Harga Kedelai Meroket
Perajin Tempe di Pekalongan Kurangi Ukuran Agar Tak Merugi
Dari hal itu, membuat perajin tempe terpaksa mengecilkan ukuran tempe yang akan dijual.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: M Zaenal Arifin
Ia menambahkan, memang banyak seruan perajin tempe dan tahu mogok produksi, karena harga kedelai masih tinggi.
"Betul ada seruan seperti itu, tapi kalau mogok produksi bingung mau makan apa".
"Sehingga, disiasati dengan mengecilkan ukuran tempe," tambahnya.
Dzikri berharap, agar harga bahan baku tempe ini dapat kembali stabil diangka Rp 9 ribu per kilogram.
Tri Handayani (38) warga Kradenan, Kecamatan Pekalongan Selatan, mengaku ukuran tempe dikecilkan sudah satu bulan ini, mengingat harga kedelai yang semakin naik.
"Hampir satu bulan, ketika saya beli tempe di pasar ukuran tempenya semakin kecil".
"Tapi untuk harga masih sama Rp 5 ribu."
"Bahkan pedagangnya bilang, kalau ukuran tempe kecil karena kedelainya mahal," katanya.
Sementara, Gina (40) pedagang gorengan, mengaku keberatan dengan ukuran tempe yang dikecilkan.
Menurutnya, hal ini sering terjadi ketika harga kedelai naik.
"Keberatan sih, akhirnya tempe yang saya jual dikecilkan juga".
"Harganya saya naikkan jadi Rp 2 ribu 3 gorengan tempe," katanya.
Selain ukuran tempe dikecilkan, minyak goreng juga mahal dan sulit dicari.
"Harga minyak goreng juga mahal, ada yang menjual Rp 20 ribu per kilogram, ada juga yang menjual Rp 14 ribu," imbuhnya. (*)