Utamanya adalah sistem kompetisi yang menerapkan sistem bubble to bubble.
Baca juga: Sami Lihat Ada Bule Angkut Tulang Belulang dari Makam Belanda di Klampok Banjarnegara
Baca juga: Pria Berotot di Demak Tertangkap Polisi Curi Motor, Alasannya Buat Karaoke Bareng Cewek Cantik
Baca juga: Jangan Lewatkan, Besok Akan Ada Pameran dan Lokakarya Seni Rupa Unnes di Grand Maerakaca
Di awal musim, manajemen PSIS menargetkan tim finish di posisi lima besar.
"Kalau secara target dari awal belum sesuai apa yang direncanakan, tapi dengan sistem kompetisi yang berjalan bubble membuat pemain harus berpindah dari satu kota ke kota lain dan dia harus bertahan di sana. Tentu ada faktor salah satunya mungkin jarang bertemu keluarga yang mempengaruhi psikis pemain dan akhirnya mungkin ada di urutan delapan atau tujuh klasemen akhir. Menurut saya para pemain tetap harus diapresiasi," tandas Galih. (*)