Polisi Tembak Mati Paskibra Semarang

Sengkarut Kasus Penembakan Gamma, Puskampol Indonesia: Ada Ketidakpercayaan Publik pada Polri

Puskampol Indonesia menyebut sengkarut dan polemik kasus polisi tembak mati Gamma, pelajar SMK di Semarang, karena adanya ketidapercayaan ke Polri.

KOMPAS/DIDIE SW
Ilustrasi oknum polisi nakal - Puskampol Indonesia menyebut sengkarut dan polemik kasus polisi tembak mati Gamma, pelajar SMK di Semarang, karena adanya gelombang ketidapercayaan publik terhadap Polri. 

Selain itu, rekam jejak korban Gamma yang disebutkan sebagai anak baik dan berprestasi baik oleh keluarga, sekolah maupun temannya, tentu membuat publik ragu benarkah korban masuk geng tawuran?,” terang dia.

Hal ini ditambah beredarnya berbagai isu, kesaksian atau bukti, yang meski tidak semuanya tervalidasi kredibilitasnya, namun kemudian dianggap bisa sebagai pembantah pernyataan pihak kepolisian, tentu makin mempertebal keraguan tidak hanya pada sebagian kronologi versi polisi, namun secara keseluruhan. 

“Publik sudah memahami bahwa penembakan oleh anggota polisi adalah sesuatu hal yang hanya boleh dilakukan dalam kondisi memaksa dan itupun tetap dengan prosedur yang ketat, sedangkan kondisi memaksa dan prosedur yang ketat tersebut tampaknya kurang dapat dibuktikan dalam kasus ini,” sambungnya.

Oleh karenanya, ia menyarankan kepolisian untuk sangat berhati-hati ketika melakukan rilis awal sebuah kasus, apalagi kasus yang menyedot dan melibatkan anggotanya sendiri sebagai bagian dari kontroversi. 

“Kesan (kepolisian) melindungi anggotanya secara berlebihan apalagi sampai melekatkan predikat negatif pada pihak yang sudah jadi korban, kecuali bukti yang kredibel dan tak terbantahkan dapat langsung dihadirkan, tentu menyakiti keluarga dan publik,” ucapnya.

Namun demikain, Andy berharap, kasus Gamma tak membuat lupa masyarakat Semarang atas aksi tawuran geng, yang telah meresahkan dalam beberapa waktu belakangan ini.

“Kita tak ingin, kasus tawuran kreak-kreak hingga menewaskan Muhammad Tirza N, mahasiswa Udinus, beberapa waktu lalu terulang. Ke depan jangan sampai ada Gamma yang lain, dam jangan sampai ada Tirza yang lain,” harap dia. 

Diketahui, Gamma Rizkynata Oktafandi tewas ditembak Aipda Robig Zaenudin pada Minggu (24/11/2024) dini hari. Polisi berdalih, Robig menembak Gamma dan dua orang temannya karena membubarkan tawuran dan membela diri.

Namun, alibi ini dibantah oleh Kabidpropam Polda Jateng, Kombes Pol Aris Supriyono yang menyebut, Robig menembak mati Gamma, karena kesal sepeda motornya hampir bersenggolan dengan rombongan korban saat hendak pulang.

Pada sidang etik, Senin (9/12/2024), Aipda Robig diputus bersalah dan dipecat dari Polri. Namun, Robig tak terima dan mengajukan banding.

Kasus ini semakin menarik perhatian nasional, setelah terungkap ada oknum wartawan dan polisi yang diduga bermufakat untuk mengintervensi keluarga korban.

Keluarga Gamma: cerita gengster rekayasa polisi

Keluarga Gamma Rizkynata Oktafandy atau GRO (17) -siswa SMK 4 Semarang yang ditembak mati polisi- meyakini narasi korban adalah anggota gengster adalah rekayasa aparat belaka.

Tak hanya itu, keluarga korban juga meragukan pernyataan polisi yang menyebut korban ditembak mati karena melakukan penyerangan ke polisi menggunakan senjata tajam.

Keraguan keluarga itu berdasarkan rekaman video penembakan berdurasi 41 detik yang berhasil dikantongi keluarga korban.  

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved