Polisi Tembak Mati Paskibra Semarang

Siapa Sosok Wartawan Datang bersama Polisi Intervensi Keluarga Gamma Korban Tembak Mati Aparat?

Siapa sosok wartawan datang bersama polisi, intervensi keluarga Gamma -korban tembak mati polisi Semarang-, bikin video ikhlaskan kematian korban.

|
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
Iwan Arifianto
Aksi teatrikal 'polisi tembak mati pelajar' dilakukan saat demonstrasi di depan Mapolda Jateng, Kamis (28/11/2024). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Fakta baru kematian berkait Gamma Rizkynata Oktafandy atau GRO -pelajar SMK 4 Semarang yang ditembak mati polisi- bermunculan.

Keluarga korban buka suara. Mereka diintervensi oleh polisi yang datang bersama seorang wartawan, agar membuat video bahwa keluarga telah mengikhlaskan kematian korban.

Siapa sosok wartawan yang datang bersama polisi dan mengintervensi keluarga korban tersebut?

Baca juga: Geram Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMK di Semarang, Komisi III DPR: Kapolri Pelur Dievaluasi

Baca juga: Anggota Paskibraka Tewas Ditembak Polisi di Semarang: Korban Anak Piatu, Keluarga Bingung

Baca juga: Cerita di Balik Ekshumasi Makam Gamma, Kakek Korban Tak Tahu Cucunya Mati Ditembak Polisi

Seorang anggota keluarga korban mengungkapkan, mereka didatangi oleh anggota kepolisian bersama seorang wartawan untuk membuat surat pernyataan dan rekaman video pada Senin (25/11/2024) malam. 

Wartawan yang turut mengintervensi keluarga besama polisi tersebut mempunyai ciri-ciri bertumbuh gempal berkulit putih. 

Saat keluarga ditunjukan foto, keluarga memilih gambar seorang wartawan dan menyatakan bahwa sosok tersebut yang turut mengintervensi keluarga bersama polisi.

Pernyataan yang diminta polisi melalui wartawan tersebut yakni supaya keluarga mengikhlaskan kejadian tersebut.

"Kalau dari Kapolrestabesnya datang bareng wartawan. Jadi istilahnya kita diminta supaya bikin tanda tangan pernyataan supaya tidak tersebar atau berkembang ke mana-mana, maka kita disuruh mengikhlaskan," ujar seorang perwakilan keluarga yang meminta identitasnya disembunyikan demi keselamatan, di Kota Semarang, Minggu (1/12/2024).

Keluarga menolak mentah-mentah permintaan tersebut karena pernyataan Kapolrestabes dengan kejadian sebenarnya berbeda.

Selain itu, alasan polisi meminta keluarga membuat pernyataan adalah agar kasus selesai dan tidak berkembang ke mana-mana.

"Kami tentu tegas menolak diambil pernyataan tersebut dalam bentuk video. Yang minta 1 wartawan itu mewakili dari orang Polrestabes," bebernya.

Sementara Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar ketika dikonfirmasi soal pernyataan keluarga tersebut enggan berkomentar. 

Dia meminta Tribunmuria.com untuk konfirmasi ke Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jateng Kombes Pol Artanto.

"Silahkan ke Kabid Humas ya," katanya sembari membagikan kontak nomor whatsapp Kabid Humas.

Namun, Kombes Artanto belum menanggapi hal tersebut ketika Tribun mengkonfimasi.

Diberitakan sebelumnya, GRO sebelumnya tewas ditembak oleh anggota polisi dari satuan reserse narkoba Polrestabes Semarang Aipda Robig Zaenudin (38) di Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Minggu (24/11/2024).

Keluarga korban GRO lantas memilih melaporkan kasus pembunuhan dan penganiayaan ini ke Polda Jateng pada Selasa (26/11/2024) sore.

Kapolrestabes Semarang bikin geram Ketua Komisi III DPR RI

Terpisah, Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, dibuat geram oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar.

Musababnya, Irwan Anwar, sulit diajak komunikasi dan tak mau mengangkat telepon dari Habiburokhman.

Habiburokhman menghubungi Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar, guna mencari tahu duduk persoalan polisi tembak mati siswa SMK di Semarang.

Habiburokhman menduga, ada sesuatu yang ditutupi dan ketidaktransparanan dari Kapolrestabes Semarang, berkait peristiwa yang menjadi sorotan nasional ini.

Habiburokhman secara terbuka tak percaya cerita versi polisi terkait kasus anggota paskibra, pelajar SMK 4 Semarang, yang ditembak mati polisi.

Petinggi Partai Gerindra itu, menilai kinerja Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar perlu dievaluasi secara khusus.

Pun demikian dengan kinerja Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, juga perlu dievaluasi.

Terlebih, peristiwa polisi tembak mati pelajar SMK 4 Semarang ini tak berselang lama dengan peristiwa menggemparkan lainnya di Solok Selatan, Sumatra Barat (Sumbar), di perwira polisi tembak mati perwira Polri lainnya demi melindungi tambang ilegal.

Habiburokhman menegaskan, selain peristiwa Semarang, Komisi III DPR RI juga akan memanggil pejabat terkait untuk mendalami kasus polisi tembak polisi di Solok Selatan,Sumbar. 

"Iya persis, persis (akan bahas kasus penembakan Solok Selatan juga). Hari Selasa," kata Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (29/11/2024).

Menurutnya, hal ini perlu dibahas karena bisa mempengaruhi citra Polri secara keseluruhan.

Terkait kasus di Semarang, Habiburokhman menilai Kapolres Semarang perlu dievaluasi secara khusus. 

"Kejadian di Semarang ini benar-benar memprihatinkan ini, kinerja Kapolri ini perlu dievaluasi seperti apa."

"Jangan sampai nila setitik merusak susu sebelanga, itu peribahasannya. Apalagi Kapolresnya ini susah sekali berkomunikasi," ucapnya.

Tak percaya korban anggota genster

Lebih lanjut, ia juga heran jika polisi di Semarang menyebut korban sebagai kelompok kriminal atau gangster.

Padahal, korban adalah siswa SMK yang dikenal berprestasi.

Di sisi lain, Komisi III DPR RI juga ingin mengetahui soal mekanisme penggunaan senjata api di Polri.

"Kalau senpi yang kita pengen cek itu bagaimana mekanisme audit yang reguler, kalau orang pertama mendapatkan senpi oke lah ya," ujarnya.

Diketahui, peristiwa penembakan ini terjadi di area Perumahan Paramount, Semarang Barat, Minggu pukul 01.00 WIB dini hari.

Pelaku adalah Aipda RZ atau Robig Zaenudin, seorang anggota Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang.

Ia melakukan penembakan hingga melukai tiga orang, yaitu GRO, S, dan A. 

GRO atau Gamma Rizkynata Oktafandy meninggal dunia akibat tembakan tersebut.

Korban S dan A mengalami luka tembak tetapi masih selamat.

Polisi menjelaskan, di lokasi tersebut tengah terjadi tawuran antara Geng Tanggul Pojok melawan Geng Seroja.

Polisi menyebut korban GRO disebut termasuk ke dalam Geng Tanggul Pojok. 

RZ yang saat itu tengah dalam perjalanan pulang ke rumah melihat ada tawuran akhirnya berusaha melerai. 

Namun, karena para remaja disebut melawan, RZ melakukan tindakan berupa penembakan sebanyak dua kali.

"Saat kedua kelompok gangster ini melakukan tawuran, muncul anggota polisi. Kemudian dilakukan upaya untuk melerai."

"Namun, ternyata anggota polisi informasinya diserang, sehingga dilakukan tindakan tegas," paparnya.

Pihak sekolah: korban siswa berprestasi

Namun, pihak sekolah menilai GRO tidak mungkin terlibat tawuran.

GRO disebut sebagai siswa berprestasi dan anggota aktif Paskibra SMKN 4 Semarang.

Dia tinggal bersama neneknya di Kembangarum, Semarang Barat, setelah kehilangan ibunya.

Sementara, sang ayah tinggal di Sragen, Jawa Tengah. 

Pihak sekolah menggambarkan GRO sebagai siswa teladan dengan nilai akademis yang baik dan kepribadian yang positif.

 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 4 Semarang, Agus Riswantini, menyatakan pihaknya masih mencari kejelasan kronologi kejadian.

“Korban adalah siswa yang berprestasi. Kami masih menunggu informasi resmi dari pihak keluarga dan kepolisian,” kata Agus. (*)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved