PPDS Anestesi Undip

Menkes Ungkap Fakta, Dokter Junior PPDS Anestesi Undip di Kariadi Diinitimidasi agar Tak Buka Mulut

Menkes Budi Gunadi Sadikin ungkap fakta mencengangkan, dokter junior peserta PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi diintimidasi agar tak buka suara.

Tribunnews.com/Herudin
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin. 

TRIBUNMURIA.COM - Fakta mencengangkan diungkap Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, berkait kasus dugaan bunuh diri dokter muda, Aulia Risma Lestari (ARL), peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Undip yang ada di RSUP dr Kariadi.

ARL ditemukan tewas di kos, diduga bunuh diri dengan menyuntikkan cairan obat bius keras ke dalam tubuhnya.

Korban diduga bunuh diri karena tak kuat menjadi sasaran bully atau perundungan dari para seniornya.

Baca juga: Kemenkes Hentikan PPDS Anestesi Undip, Buntut Dugaan Dokter Bunuh Diri karena Tak Kuat Dibully

Baca juga: Dokter PPDS Anestesi Undip Diduga Bunuh Diri Suntikkan Obat ke Tubuh karena Tak Kuat Dibully

Baca juga: Ihwal Dokter Peserta PPDS Anestesi Undip Bunuh Diri, Alumni SMAN 1 Tegal Siap Tempuh Jalur Hukum

Dalam penyelidikan yang dilakukan Kementrian Kesehatan (Kemenkes), terungkap tak hanya korban yang mengalami perundungan.

Bahkan, pascamencuatnya kasus ini, seluruh junior pada PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi mengalami intimidasi.

Dokter junior peserta PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang diintimidasi oleh senior agar bungkam dan tak membeberkan fakta perundungan dan bully saat diperiksa pihak berwenang.

Oleh karena mendapati hal ini dalam penyelidikan, Kemenkes memutuskan menghentikan PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi.

"Penutupan sementara ini kami lakukan karena begitu kami mau memeriksa semua murid junior diintimidasi tidak boleh bicara," terang Budi Gunadi dikutip dari tayangan di Kompas TV.

Ia berharap dengan pemberhentian ini, penyelidikan bisa dilakukan dengan cepat, bersih dan transparan, bebas dari intimidasi.

"Kami nggak ada niat menutup program ini selamanya enggak, kami hanya ingin bikin situasi yang nyaman agar semua yang terlibat pada saat dipanggil, bisa berbicara apa adanya tanpa takut diancam seniornya," jelasnya lebih lanjut.

Dengan begitu nantinya akan diambil tindakan yang tepat dan cepat sehingga bisa dibuka kembali Program Pendidikan Dokter Spesialis.

Ia menjelaskan saat ini Kemenkes sudah ada mengirim tim ke Semarang, dan sudah melakukan pemeriksaan-pemeriksaan.

Menkes menyebutkan saat ini ia menerima cukup banyak laporan tentang hal serupa yang terjadi di PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi.

 Dari informasi yang dia terima hasil otopsi sudah keluar dan dipastikan bahwa Dokter Aulia Risma meninggal karena bunuh diri.

Oleh karena itu polisi juga sudah turun tangan untuk melakukan pemeriksaan.

Undip Membantah

Universitas Diponegoro (Undip) Semarang tepis dugaan tewasnya dokter program pendidikan spesialis (PPDS) akibat perundungan.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan, yang terjadi dari investigasi internal kami hal tersebut tidak benar," tegas Rektor Undip Suharmono melalui Manajer layanan terpadu dan humas Undip Utami Setyowati, Kamis (15/8/2024).

Menurutnya, Aulia merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya.

Namun Aulia mempunyai masalah kesehatan yang mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh.

Namun pihaknya tidak menyebut penyakit yang diderita Aulia.

"Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas (kerahasiaan) medis dan privasi almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," jelasnya.

Utami menyebut pengelola pendidikan program studi anestesi juga menyikapi masalah kesehatan yang  diderita Aulia dengan memantau aktif kesehatannya.

Bahkan karena kondisi kesehatan itu, Aulia sempat mengajukan untuk mengundurkan diri.

"Namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga almarhumah mengurungkan niat itu," tuturnya.

Pihaknya sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasinya.

Tak hanya itu Undip siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan zero bullying di Fakultas Kedokteran Undip.

"Fakultas kedokteran Undip telah menerapkan gerakan zero bullying yang dipantau secara aktif oleh tim pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan seksual pada Fakultas Kedokteran Undip sejak 1 Agustus 2023," jelasnya.

Berkait dengan Surat Dirjen Yankes Nomor TK.02.02/D44137/2024, kata dia, tim fakultas Kedokteran Undip bersama dengan tim RSUP dr. Kariadi telah melakukan pertemuan dengan Dirjen Yankes dan menyampaikan klarifikasi mengenai hal-hal itu.

"Undip siap berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusikan dan melakukan penanganan lebih lanjut," tuturnya.

Terkait hasil investigasi, Utami mengatakan belum dilakukan secara detil. Pihaknya hanya merespon meninggalnya Aulia. Begitu juga beasiswa didapatkan Aulia  tak diterangkan secara detail.

"Kami tidak bisa menyebutkan beasiswanya," tuturnya.

Utami juga tidak bisa menyebutkan denda administrasi sebesar Rp500 juta yang dikenakan kepada Aulia saat mengajukan pengunduruan diri.

"Ya itu nanti kami tanyakan," kata dia.

Ia menegaskan meninggalnya Aulia bukan karena perundungan tetapi memiliki riwayat sakit.

 Namun Utami tak menjawab saat ditanya apakah Aulia tewas karena bunuh diri.

"Kalau bunuh diri atau tidak nanti urusan Polisi," tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Semua Mahasiswa Junior PPDS Anestesi Undip Diintimidasi, Menkes Ungkap Alasan Pemberhentian Program

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved