Berita Kudus
Koleksi Baru Museum Kretek Kudus, Meja dan Alat Linting yang Boleh Dicoba oleh Pengunjung
Museum Kretek Kudus miliki koleksi baru berupa meja dan alat linting yang bisa dicoba oleh para pengunjung. Koleksi baru ini sumbangan PT Nojorono.
Penulis: Saiful MaSum | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Museum Kretek Kabupaten Kudus kini memiliki koleksi istimewa yang bisa dijadikan sarana edukasi langsung bagi pengunjung.
Koleksi terbarunya adalah seperangkat alat linting rokok, terdiri dari meja kayu, kursi, dan alat untuk melinting tembakau dari PT Nojorono Kudus.
Alat tersebut hasil hibah perusahaan rokok guna menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada di Museum Kretek.
Spesialnya, alat linting ini tidak hanya dipajang sebagai koleksi saja. Pengunjung bisa langsung mencoba bagaimana cara melinting rokok dengan menggunakan alat tradisional.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah mengatakan, alat linting dari Nojorono resmi diperkenalkan dan dipajang bersama koleksi Museum Kretek pada, Selasa (26/3/2024).
Saat ini jumlah koleksi di Museum Kretek mencapai 1.061 item. Alat linting baru ini menjadi pelengkap koleksi-koleksi yang sudah ada.
Menjadi daya tarik baru bagi keberlangsungan destinasi wisata Museum Kretek Kudus.
"Pihak Nojorono melihat perlu adanya tambahan koleksi, berupa meja linting tardisional. Koleksi baru ini menambah daya tarik wisata agar masyarakat lebih tertarik untuk datang," terangnya.
Mutrikah menjelaskan, sudah seharusnya Museum Kretek menjadi lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan koleksi-koleksi yang ada.
Pemerintah daerah bersama semua elemen masyarakat bertanggungjawab untuk melestarikan kebudayaan.
Supaya museum tidak hanya sebagai ruang untuk melestarikan budaya saja, juga ruang rekreasi yang menyenangkan.
"Ciri khas Kabupaten Kudus adalah Kota Kretek. Di mana di dalamnya ada Museum Kretek yang menjadi satu-satunya di Indonesia."
"Perlu upaya pengembangan, pelestarian dan upaya penambahan koleksi agar lebih banyak lagi," tuturnya.
Direktur PT Nojorono Tobacco International, Arief Goenadibrata menyampaikan, Kabupaten Kudus merupakan Kota Kretek.
Di mana di dalamnya terdapat Museum Kretek yang menyimpan lebih dari seribu koleksi.
Kata dia, meja linting yang dihibahkan ke Museum Kretek bisa dijadikan sebagai sarana edukasi.
Supaya Museum Kretek jadi museum yang atraktif, museum yang hidup, museum yang bisa bercerita, bukan hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan barang mati saja.
"Saya melihat dan ingin berpartisipasi untuk memberikan tambahan koleksi di Museum Kretek. Kudus tidak boleh hanya diam saja selain menyandang nama kota kretek."
"Harus bisa dikonsep jadi jujukan destinasi wisata, sehingga semua orang bisa teredukasi atas koleksi yang ada," ucapnya.
Menurut Arief, usia perjalanan PT Nojorono sudah berdiri kurang lebih 91 tahun. Meja linting dan satu set perlengkapan linting yang dihibahkan ke Museum Kretek diyakini menjadi bagian saksi sejarah dari perjalanan perusahaan, meskipun tahun penggunaannya tidak diketahui secara pasti.
Kata dia, penghibahan koleksi ini tidak hanya sekadar memindahkan meja dari gudang perusahaan saja.
Juga menjadi daya tarik sebuah alat yang dulu digunakan untuk memproduksi rokok Minak Djinggo, pelopor Inovasi sigaret kretek tangan (SKT)
Pihaknya sudah menyiapkan tembakau khusus yang tidak bisa dikonsumsi sebagai sarana bagi pengunjung Museum Kretek untuk mencoba alat.
"Kami berterimakasih bisa digandeng untuk mengembangkan Museum Kretek."
"Melalui alat linting ini menjadi refleksi kita membayangkan kisah perjuangan masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian utama di bidang rokok pada waktu itu."
"Sejarahnya tak ternilai dan perlu diapresiasi," ucapnya.
Pj Bupati Kudu, M Hasan Chabibie menambahkan, Museum Kretek jadi salah satu nafas masyarakat Kudus.
Sehingga dimungkinkan bahwa usia industri rokok yang ada sama dengan usia tumbuhnya Kota Kretek.
Meski dalam perjalanannya terjadi evolusi produksi.
Panjangnya proses perjalanan industri rokok di Kudus membuat eksistensi industri rokok tetap terjaga dengan baik.
Di mana perkiraan pekerja rokok di Kudus saat ini di angka 1/10 dari jumlah penduduk yang ada. Tersebar di 103 industri rokok kecil hingga skala besar.
Kata dia, rokok sudah menjadi DNA masyarakat Kudus. Butuh upaya untuk merekam masing-masing perjalanan itu agar bisa dilihat dan memberi manfaat hari ini hingga di masa yang akan datang.
"Museum ini bisa jadi cerita hidup perjalanan rokok. Masyarakat Kudus wajib berbangga atas kekayaan kretek di Kudus."
"Jadi sarana edukasi masyarakat lebih luas lagi, jadi nafas peradaban di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Hasan berharap, ke depannya perusahan-perusahaan lain berperan aktif dalam menyalurkan hibah koleksi di Museum Kretek. Terutama koleksi di zaman lampau yang jadi kekayaan spesial. (sam)
PCNU Kudus Kembalikan Dana Hibah Rp 1,3 Miliar dari Pemkab ke Kejari |
![]() |
---|
Koleksi Melimpah, Museum Situs Purbakala Patiayam Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional |
![]() |
---|
Siswa Belajar dalam Kondisi Cemas, Ruang Kelas di SD Ngembalrejo Kudus Rusak sejak Lama |
![]() |
---|
Mengenal Syekh Abdul Hamid, Ulama Berdarah Kudus Mengisi Belantika Keilmuan Islam di Makkah |
![]() |
---|
Mustakim Masih Bersyukur, Tak Kuat Nanjak Bus Wisata Nyaris Terjun Jurang Sedalam 100 M di Kudus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.