Resensi Buku
Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik
Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung oleh Mazka Hauzan Naufal: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM - “Toh, fashion tidak lagi menyangkut kecantikan umum, tapi menyangkut jiwa.”
Kata-kata yang diucapkan oleh Raedi di halaman 166 novel "School Nurse Ahn Eunyoung" itu sangat menggambarkan karakter tokoh utama dalam cerita, Ahn Eunyoung si Perawat Sekolah.
Sebagai perempuan yang diberkati dengan kemampuan spiritual untuk membasmi siluman jahat dan energi negatif, Eunyoung agak cuek dan tidak terlalu memedulikan penampilan fisik.
Bahkan Hong Inpyo, tokoh pria yang di akhir cerita menjadi kekasih Eunyoung, digambarkan punya penilaian kurang baik soal penampilan dan selera berbusana Eunyoung. Hal ini antara lain tergambar dari kutipan-kutipan berikut.
"... ia menatap bibir Eunyoung yang kering, pecah-pecah, dan pucat karena warna lipstik yang sudah memudar." (halaman 231)
Deskripsi tentang ciri fisik Eunyoung lainnya juga jauh dari kesan ideal. Mulai dari "tidak terlahir dengan kulit bagus" hingga "rambutnya dipotong asal-asalan".Di halaman 231-232, tokoh Inpyo juga digambarkan tidak menyukai orang yang memilih aksesori fesyen bermotif bunga. Menurut Inpyo, orang yang memilih motif bunga adalah orang tidak berkelas. Padahal, Eunyoung punya banyak item busana bermotif bunga, mulai dari blus, gaun terusan, tas tangan, hingga dompet.
"Eunyoung selalu memilih motif bunga..." (halaman 232)
Deskripsi penampilan fisik dan cara berbusana Eunyoung yang urakan itu banyak dibahas dalam bab akhir novel. Dalam bab berjudul "Berpelukan di Tengah Pusaran Angin" itu, Inpyo diceritakan berkencan dengan Shin Jiyoung, sosok yang cantik secara fisik, anggun, elegan, dan bercita rasa tinggi dalam berbusana.
Tapi tebak, siapa yang di akhir cerita, sesuai judul bab terakhir novel, berpelukan di tengah pusaran angin? Benar, ternyata Inpyo dengan Eunyoung.
Pada akhirnya, kecantikan jiwa Eunyoung-lah yang membuat Inpyo jatuh hati. Eunyoung yang berpenampilan eksentrik, memakai jas perawat dan kemana-mana menenteng pistol dan pedang mainan untuk membasmi energi-energi jahat, memang lebih fokus pada "jiwa" ketimbang penampilan luar.
Eunyoung punya mata yang bisa menembus jiwa orang lain. Ketimbang penilaian fisik, Eunyoung lebih menilai orang lain dari kualitas jiwa mereka yang terpancar dari ektoplasma, gumpalan mirip jeli yang menggambarkan sifat, kondisi perasaan, hingga kesialan dan keberuntungan orang lain.
Sebagai orang yang bisa melihat jiwa orang lain, kecantikan Eunyoung terpancar dari hatinya yang baik dan tulus. Dia adalah "unsung hero", pahlawan tanpa tanda jasa, yang rela membantu orang lain dengan menumpas energi dan roh jahat, meski tanpa dibayar sepeser pun.
Keikhlasan hati Eunyoung kian terlihat ketika dia dihadapkan dengan Mackenzie si Guru Bahasa Inggris, tokoh antagonis yang juga memiliki kemampuan spiritual istimewa sebagaimana Eunyoung, namun memanfaatkannya untuk melakukan "bisnis gelap".
Kebaikan hati Eunyoung juga menembus batas kehidupan. Dia menjadi sosok yang baik bagi orang lain, entah orang itu masih hidup atau sudah mati. Eunyoung bahkan selama 20 tahun rutin mengunjungi Jeonghyeon, teman masa kecilnya yang berasal dari "dunia lain".
Segala kualitas kecantikan jiwa itulah yang pada akhirnya membuat wajah Eunyoung memancarkan cahaya indah dan lembut bagaikan lampu tidur di mata Inpyo.
"Di tengah kegelapan itu Inpyo menyadari matanya sekarang sudah berbeda dari matanya yang dulu. Karena ketika ia menatap wajah Eunyoung, wajah itu terlihat seolah-olah bercahaya. Tentu saja Eunyoung tidak benar-benar memancarkan sinar, tetapi ketika Inpyo menggenggam tangan Eunyoung sedang tidur atau merangkul wanita itu, Eunyoung terlihat bercahaya ... Wajah bercahaya itu adalah lampu tidur bagi Inpyo." (halaman 264-265)
Kutipan di atas merupakan potongan dari paragraf penutup novel. Sebuah cara yang indah untuk mengakhiri cerita bermuatan pesan moral tentang betapa kecantikan jiwa bisa melampaui kecantikan fisik. Pesan moral ini sangat berharga di tengah-tengah stereotipe yang berkembang tentang masyarakat Korea Selatan yang "konon katanya" sangat mendewakan penampilan fisik.
Pesan moral itu kian sempurna mengingat tokoh Hong Inpyo yang menjadi tandem Eunyoung juga bukan sosok yang sempurna secara fisik. Inpyo diceritakan pernah mengalami kecelakaan sepeda motor saat kecil yang membuatnya jadi cacat permanen. Kakinya pendek sebelah. Tubuh dan wajahnya juga dihiasi bekas-bekas luka.
Ketertarikan Eunyoung kepada Inpyo, lagi-lagi, dipicu oleh hal yang tidak berada di permukaan. Inpyo dilindungi oleh energi spiritual besar. Saking besarnya energi positif itu, Eunyoung bisa mengisi ulang daya spiritual-nya yang terkuras usai menumpas energi jahat hanya dengan menyentuh tangan Inpyo.
Rasa cinta di antara mereka berdua juga bertumbuh seiring perjalanan kerja sama mereka menumpas hal-hal buruk tak kasatmata di SMA M, sekolah tempat Eunyoung bekerja sebagai perawat dan Inpyo sebagai guru Sastra Klasik.
Kisah cinta Eunyoung dan Inpyo menjadi simbolisme apik yang mengandung makna bahwa semestinya orang-orang tidak menjadi "pemuja kecantikan fisik" yang menempatkan keindahan fisik sebagai parameter utama dalam menilai orang lain. Sebaliknya, orang lebih baik fokus pada "kualitas jiwa" orang lain yang merupakan simbol dari sifat kebaikan hati.
Misteri-Misteri yang Tak Terpecahkan
Sebagai novel yang berkisah seputar roh jahat, energi negatif, makhluk tak kasatmata, dan orang mati, School Nurse Ahn Eunyoung boleh dibilang sama sekali tidak menonjolkan keseraman atau suasana horor. Sebaliknya, novel ini justru jenaka dan komikal.
Dari strukturnya, novel ini memang mengingatkan saya dengan komik terkenal asal Jepang, Doraemon (bukan yang seri petualangan). Seperti halnya komik Doraemon yang saya baca saat kecil, novel ini punya cerita-cerita pendek yang berdiri sendiri-sendiri.
Dalam satu buku, terdapat beberapa judul atau bab yang nyaris tidak saling terkait sebagai satu alur utuh. Meski tetap menampilkan tokoh utama, setiap bab punya cerita yang berdiri sendiri-sendiri dan juga tokoh-tokoh baru yang muncul begitu saja.
Novel ini boleh dibilang lemah dalam "kepadatan struktural", "harmoni antarunsur", "alur cerita", dan juga "koherensi antarbab". Daripada novel dengan cerita yang dibangun setahap demi setahap hingga mencapai konflik puncak dan resolusi, buku ini mungkin lebih mendekati definisi "kumpulan cerpen".
Bahkan, ada bagian dalam buku ini yang menurut saya tidak akan berpengaruh bagi keseluruhan bangunan novel seandainya dihilangkan sama sekali. Bagian tersebut ialah bab berjudul "Guru Bebek, Han Areum". Bagian ini seperti filler yang tidak akan mengganggu alur cerita seandainya dihilangkan.
Bab ini bercerita tentang Han Areum, guru biologi SMA M, dan seekor bebek yang suatu hari muncul tiba-tiba di sekolah. Cerita berputar seputar konflik yang timbul akibat kemunculan bebek itu. Bebek itu jadi primadona di kalangan para siswa, tapi pihak sekolah meminta Han Areum mengembalikannya ke peternakan dekat sekolah. Singkat cerita, secara ajaib bebek itu kembali lagi ke sekolah, diterkam kucing sampai terluka, berhasil diobati, dan berakhir sebagai maskot sekolah selama berpuluh-puluh tahun.
Eunyoung dan Inpyo hanya menjadi tokoh sampingan di bab ini. Mereka hanya muncul sebagai pemeran pembantu bagi Han Areum. Di bab ini tidak ada adegan yang menjadi premis utama novel ini, yakni aktivitas Eunyoung menumpas energi-energi jahat dengan senjata pistol BB dan pedang mainan warna-warni, dibantu Inpyo yang punya energi spiritual besar.
Karena itulah, menurut saya, bab "Guru Bebek" ini cukup mengganggu bagi keseluruhan bangunan cerita dalam novel. Akhir bab ini bahkan punya latar waktu yang jauh melampaui ending novel sekalipun. Dikisahkan, si bebek bertahan jadi maskot sekolah sampai 34 tahun mendatang, lebih lama dari masa kerja Han Areum di SMA M. Jauh menembus masa depan dari kemungkinan latar waktu saat Eunyoung dan Inpyo menumpas sosok naga yang jadi lawan terakhir, final villain mereka.
Sebagai novel yang cukup mematahkan ekspektasi pembaca dari sisi alur dan koherensi antarbab, School Nurse sebetulnya memiliki bab pertama yang bagus.
Bab pertama berjudul "Aku Mencintaimu, Jellyfish" yang berperan sebagai introduksi mengalir dengan sangat baik dalam menjelaskan siapa dan apa kemampuan spesial dua tokoh yang jadi poros utama cerita, Eunyoung dan Inpyo.
Jika dipadankan dengan formula kisah superhero ala Hollywood, Eunyoung adalah pahlawan super dan Inpyo adalah sidekick atau pahlawan pendamping.
Eunyoung adalah perawat sekolah yang punya kemampuan khusus melihat gumpalan-gumpalan jeli bermuatan energi negatif yang dihasilkan orang yang sudah mati maupun masih hidup. Gumpalan-gumpalan jeli itu menjadi musuh yang ditumpas Eunyoung dengan senjata pistol BB dan pedang mainan yang telah dialiri energi spiritual.
Adapun Inpyo adalah guru Sastra Klasik di SMA M yang juga merupakan cucu dari pendiri sekolah. Inpyo dilindungi energi spiritual besar yang kemungkinan bersumber dari mendiang kakeknya. Meski tak punya kemampuan penglihatan menembus batas "dua dunia" sebagaimana Eunyoung, Inpyo punya peran penting.
Dia bisa mengisi ulang energi spiritual Eunyoung dengan cara menggenggam tangannya. Ini cara yang lebih efisien ketimbang cara yang biasa Eunyoung lakukan untuk mengisi ulang tenaga, yakni menyentuh benda-benda bermuatan energi positif, antara lain benda-benda atau situs yang terkait ritual keagamaan.
SMA M, sekolah swasta di pinggiran Kota Seoul yang jadi latar tempat utama novel ini juga dideskripsikan dengan baik. Muncul petunjuk-petunjuk misterius tentang sekolah ini, terutama tentang rubanah (ruang bawah tanah) yang penuh misteri.
Dikisahkan, kakek Inpyo menulis wasiat berisi 10 peraturan tentang rubanah sekolah.
Di antaranya, rubanah itu harus selalu digembok dan hanya dibuka setahun sekali untuk dilakukan proses disinfeksi. Hanya satu perusahaan disinfeksi yang jadi langganan dan tidak boleh diganti. Tapi perusahaan itu tiba-tiba tutup dan oleh Inpyo diganti dengan perusahaan lain yang menetapkan ongkos jasa disinfeksi jauh lebih murah. Semenjak pergantian itu, energi negatif yang menguar dari rubanah semakin masif dan mempengaruhi warga sekolah.
Petunjuk misterius tentang rubanah itu kian menarik ketika Eunyoung dan Inpyo menemukan batu di basemen tingkat tiga. Di bawah batu itu, ternyata dahulu ada kolam yang jadi tempat favorit bunuh diri bagi anak-anak muda yang putus cinta.
Di akhir bab pertama, muncul sosok kepala raksasa berbentuk perpaduan ikan, katak, dan ular, yang hanya bisa dilihat oleh Eunyoung. Sosok itu muncul setelah Inpyo membalik batu misterius di dasar basemen.
Ternyata, sosok itu menyebarkan energi negatif yang mendorong para siswa yang tengah patah hati untuk bunuh diri dengan cara melompat dari atap.
Bab pertama diakhiri dengan adegan sangat seru dan mendebarkan: Eunyoung menghabisi sosok raksasa menyeramkan itu dengan pistol BB yang telah dialiri energi dari kedua tangan Inpyo.
Dengan bab pembuka yang seru dan bertabur petunjuk misterius, pembaca tentu berekspektasi akan ada ekskalasi konflik dan pemecahan misteri demi misteri di bab-bab selanjutnya. Namun, sayang sekali, ternyata tidak demikian.
Hingga akhir novel, justru masih tertinggal misteri-misteri yang tak terpecahkan. Di antaranya ialah misteri tentang bagaimana Inpyo mendapatkan energi spiritual dari kakeknya. Kemudian misteri tentang perusahaan disinfeksi berbiaya mahal yang tiba-tiba berhenti beroperasi. Padahal pembaca tentu berekspektasi bahwa perusahaan itu adalah "pembasmi energi jahat" di sekolah sebelum kehadiran Eunyoung. Pembaca tentu berharap ada elaborasi lebih mendalam mengenai ini.
Di Bab "Mackenzie, si Guru Bahasa Inggris", juga ada setidaknya dua misteri yang menurut penilaian saya kurang mendapat elaborasi, yakni tentang sosok Mackenzie yang punya kemampuan seperti Eunyoung dan keterlibatannya di "Pasar Gelap yang Paling Gelap". Saya berekspektasi, sosok dari Pasar Gelap yang Paling Gelap itu akan menjadi musuh terakhir Eunyoung dan Mackenzie akan jadi tokoh yang berperan penting sebagai penghubung dengannya.
Di bab terakhir novel, Eunyoung dan Inpyo menghadapi sosok naga yang muncul dari rongga berpintu di bawah monumen sekolah. Sosok yang dikaitkan dengan kemunculan naga itu ialah Jiyoung, mantan teman kencan Inpyo yang baru diperkenalkan di bab terakhir. Sebagai tokoh yang berperan penting dalam kehadiran sang naga, kemunculan Jiyoung terkesan terlambat dan tiba-tiba.
Tak seperti biasa, naga itu bukan hanya bisa dilihat oleh Eunyoung, melainkan semua orang. Di sisik punggung naga itu, ada logo sebuah perusahaan konglomerat. Di balik dada naga yang transparan, ada seragam SMA M berlabel nama seorang anak yang digosipkan merupakan anak haram dari keluarga perusahaan konglomerat tersebut. Si anak yang dikenali Inpyo itu diberitakan bunuh diri beberapa tahun setelah lulus.
Rangkaian deskripsi itu menimbulkan misteri-misteri lain yang belum terpecahkan. Apa hubungan Jiyoung dengan perusahaan konglomerat yang menjadi penyebab munculnya naga? Siapa si anak yang seragamnya ada di dalam dada naga? Apakah perusahaan konglomerat itu terkait dengan "Pasar Gelap yang Paling Gelap"?
Banyaknya misteri yang belum terpecahkan membuat novel ini berpotensi memiliki sekuel. Cerita berpotensi dikembangkan menjadi serial panjang seperti Harry Potter.
Dalam bagian Kata Penulis di halaman 268, Chung Serang memberikan harapan tentang kemungkinan adanya cerita lanjutan.
Dia menulis, "Ini kisah yang menyenangkan dan aku merasa seolah-olah aku bisa menulis tentang kisah ini selamanya. Semoga saja aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan kisah ini lagi di lain hari."
Namun, sayangnya, sepanjang pengetahuan saya, sejak novel ini kali pertama terbit di Korea Selatan pada 2015 dan diadaptasi menjadi drama serial Netflix pada 2020 dengan judul "The School Nurse Files", belum ada sekuel dari novel ini.
Bagaimanapun, di bagian Kata Penulis, halaman 266, Chung Serang juga menulis "Tujuanku menulis cerita ini hanyalah untuk bersenang-senang. Aku hanya ingin mencobanya satu kali. Jadi, kalau kalian tidak merasa senang setelah membaca cerita ini, kuanggap usahaku sudah gagal."
Dengan demikian, sekalipun di masa depan tidak pernah ada kelanjutan novel ini untuk memecahkan misteri-misteri yang belum terpecahkan, menurut saya Chung Serang tidak sepenuhnya gagal.
Sebab, novel ini tetap bisa dinikmati dengan senang. Sebagai novel fantasi bertema dunia gaib, School Nurse Ahn Eunyoung jauh dari kesan "gelap" dan "seram". Sebaliknya, novel ini bisa dinikmati sebagai bacaan yang bernuansa cerah, ringan, dan jenaka.
Peresensi: Mazka Hauzan Naufal
- Judul buku: School Nurse Ahn Eunyoung
- Penulis: Chung Serang
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan: 2020 (edisi terjemahan Indonesia)
- Tebal: 272 halaman
- ISBN: 9786020643625
- ISBN Digital: 9786020643632 (mzk)
Lagi! Program JIDS LPK Hiro-LPK Kamisora Berangkatkan Driver Bus Profesional ke Jepang |
![]() |
---|
Ihwal Gebyar PAI, Wabup Semarang: Komitmen Cetak Generasi Bangsa Terdidik |
![]() |
---|
DPRD Jateng Temui Massa Aksi Aliansi Mahasiswa Semarang Raya, Asrar Janji Sampaikan Aspirasi |
![]() |
---|
Agus Gondrong Temui Demonstran di Temanggung: Mari Kawal Aspirasi Bersama |
![]() |
---|
Ihwal Kedaulatan Energi Nasional, Dewan Penasihat PP Sebut Lifting Migas sebagai Solusi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.