Sejarah
Sejarah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Diketik Sayuti Melik Pakai Mesin Tik Perwira Nazi
Tahukah kamu, naskah prokamasi kemerdekaan RI diketik pakai mesin tik perwira Nazi Jerman, Naskah Proklamasi Otentik diketik berulang Sayuti Melik.
Satsuki Mishima, seorang sekretaris urusan rumah tangga di rumah Laksamana Maeda, kemudian berinisiatif meminjam mesin ketik yang akan digunakan Sayuti Melik.
Mishima lantas pergi ke kantor militer Jerman yang pada saat itu berlokasi di Gedung KPM (sekarang Pertamina) di Koningsplein (kini Medan Merdeka Timur).
Untuk sampai ke lokasi tersebut, ia menggunakan mobil Jeep.
Di sana, Mishima bertemu Perwira Angkatan Laut Nazi Jerman, Mayor Kandelar.
Sosok inilah yang bersedia meminjamkan mesin tik, yang akhirnya dibawa Mishima ke rumah Maeda.
Tergesa-gesa dan merevisi beberapa kata
Sesampainya di rumah Maeda, giliran perwakilan golongan muda yang mengambil peran.
Sayuti Melik ditemani Burhanuddin Muhammad Diah dipercaya mengetik naskah proklamasi.
Sayuti Melik mengaku dirinya mengetik naskah tersebut dengan tergesa-gesa.
Sebab kala itu, waktu sudah menjelang pagi. Karena terburu-buru, dia sadar betul bahwa hasil ketikannya tampak tidak rapi, sedikit agak mencong atau tidak lurus.
Meski merasa tidak rapi, Sayuti Melik tetap teliti.
Sebab, ia mengubah beberapa kata yang dituliskan oleh Soekarno.
Di antaranya seperti kata ‘tempoh’ menjadi ‘tempo’, lalu kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama Bangsa Indonesia”.
Selain itu, ia juga menambahkan nama “Soekarno-Hatta” serta “Djakarta,17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”.
Angka 05 adalah singkatan dari 2605, tahun showa Jepang yang sama dengan tahun 1945 masehi.
| Jejak Komunitas Yahudi di Kota Semarang, Ada Makam di Bergota yang Usianya Hampir 100 Tahun |
|
|---|
| Masjid Menara Kampung Melayu, Usianya 221 Tahun, Perpaduan Arsitektur Arab, Melayu dan Jawa |
|
|---|
| Usia Hampir Satu Abad, Ini Sejarah Centrale Buzgerlijke Ziekewsichting yang Jadi RSUP Dr Kariadi |
|
|---|
| Solo Pernah Diterjang Banjir Bandang Tahun 1966, Puluhan Warga Tewas, 1000 Lainnya Alami Luka |
|
|---|
| Nestapa Pribumi Gegara Kebijakan Eigendom Era Kolonial, Kakek Jumani Harus Sewa Lahan Milik Sendiri |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Naskah-Proklamasi-Otentik-yang-diketik-Sayuti-Melik.jpg)