Pabrik Ekstasi Semarang
Pengakuan Koki dan Pencetak Tablet Ekstasi di Rumah Biru Semarang: Baru Belajar, Banyak Gagalnya
Koki dan pencetak ekstasi di pabrik ekstasi rumah biru Semarang, mengaku mereka masih tahap belajar, sehingga masih sering gagal dalam beraksi.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Dua pemuda MR (28) alias Muhammad dan ARD (24) alias Dani hanya bisa tertunduk pasrah saat konferensi pers pengungkapan pabrik esktasi di Palebon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.
Mereka berdua memiliki peran masing-masing, Muhammad sebagai koki dan Dani sebagai pencetak hasil racikan Muhammad.
Pengakuan mereka, produksi ekstaksi dilakukan belum lama sehingga belum sempat menjual produk kolaborasiku.

Di samping itu, mereka juga baru belajar memasak narkoba jenis ekstasi.
"Belum bisa meracik, kadang jadi kadang tidak," kata Muhammad kepada Tribunmuria.com,di lokasi kejadian, Jumat (2/6/2023).
Ia mengaku, meracik ekstasi di ruang belakang rumah yang disewa oleh seseorang bernama Kapten.
Pertemuannya dengan Kapten dilakukan di Simpang Lima, Jumat 19 Mei 2023.
Begitupun saat meracik ekstasi, ia mengaku hanya berdasarkan intruksi dari seseorang.
"Baru belajar, banyak gagalnya. Gagal saat membentuk tablet, sering hancur," ucapnya.
Terkait upah bekerja di pabrik ekstasi, Muhammad dan Dani tampak seperti menutup-nutupi.
Mereka ketika dikonfirmasi memberikan jawaban tak jelas.
"Baru dikasih Rp1 juta untuk uang makan. Belum ada pembicaraan itu (gaji)," jelas warga Tanjungpriok, Jakarta Utara itu.
Sebelumnya, rumah biru pabrik ekstasi, Jalan Kauman Barat 5 nomor V-10, Palebon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, ternyata memiliki satu ruang kedap suara.
Ruangan itu berukuran sekira 5 meter kali 5 meter yang berada paling belakang di rumah tersebut.
Pengamatan Tribun, tampak bahan-bahan pembuatan ekstasi berada di rumah tersebut seperti meth cair, gelatin, avical, tepung China dan lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.