Berita Semarang

Cuaca Ekstrem Kualitas Durian Kota Semarang Menurun, Tak Lagi Legit, Kholil: Belum Nemu Solusinya

Cuaca ekstrem memicu penurunan produktivitas, baik secara kualitas dan kuantitas, durian di Kota Semarang.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
Istimewa
Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu danara penikmat durian saat mendatangi festival durian di Gunungpati, Kota Semarang, pertengahan Februari 2023 kemarin. 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Cuaca ekstrem memicu penurunan produktivitas durian di Kota Semarang.

Begitupun soal rasa, curah hujan tinggi mengakibatkan kualitas rasa durian tak begitu bagus.

"Iya imbas cuaca ekstrem, hujan terus durian jadi tidak legit karena kadar airnya tinggi," ucap petani durian Mijen, Kota Semarang, Kholil kepada Tribunmuria, Sabtu (4/3/2023). 

Cuaca ekstrem yang menimpa petani Kota Semarang, diakuinya sudah dirasakan sejak awal tahun 2022.

Cuaca ekstrem lebih berimbas terhadap kualitas durian daripada kuantitas. 

Sebab, kualitas durian semakin tidak legit sedangkan hasil panen durian setiap pohonnya tidak terlalu terpengaruh.

"Pengaruh terkait kualitas hampir menimpa ke semua varietas durian," beber Kholil. 

Menangani persoalan itu, ia berupaya memberikan pupuk kapur dolomite.  

Kapur pertanian itu berfungsi menetralkan pH tanah atau keasaman dan kebasaan tanah.

Kiat tersebut diperolehnya selepas berkonsultasi dari komunitas petani durian dari Banjarnegara dan Wonosobo. 

Namun, cara itu dinilainya belum terlalu efektif. 

Ia menganggap cuaca yang kelewat esktrem menjadi biang keroknya.  

"Sampai sekarang, saya masih mencari cara solusi yang efektif," tuturnya.

Petani durian Gunungpati, Kota Semarang, Tumidiarso menuturkan, cuaca ekstrem di kota Semarang memang berpengaruh terhadap kualitas durian.

Begitupun dari kuantitas juga berpengaruh,  semisal durian usia 10 tahun biasanya menghasilkan 20-30 biji per pohon sekarang hanya 15 biji.

"Intensitas curah hujan tinggi lalu pohon sering bertunas menyebabkan kualitas buah menurun, sejurus dengan hal itu kuantitas hasil panen juga  menurun," ujarnya kepada Tribun.

Ia mengaku, cuaca ekstrem yang dialaminya mulai dirasakan September 2022 Jateng hingga Maret ini.Sontak selama kurun waktu tersebut, hampir tidak terjadi panas sehingga menyebabkan penurunan produktivitas hasil panen durian.

"Kondisi itu berpengaruh ke segala jenis varietas durian," paparnya.

Menurutnya, pemupukan menjadi kunci yakni dengan memberikan kapur dolomit untuk pH tanah, peningkatan unsur kalium dan fosfat.

Ketika langkah pemupukan dilakukan dengan benar, ia menyakini mampu mengurangi dampak dari cuaca ekstrem.

"Kami sering tukar pengalaman ke sesama petani durian di berbagai daerah di Jateng yang mengalami hal yang sama," imbuhnya. "Ke dinas malah tidak pernah."

Para petani durian Kota Semarang tidak semuanya melek teknologi. 

Tumidi, sapaanya, mengaku, sudah berupaya menghadapi  cuaca ekstrem dengan memantau prakiraan cuaca dari BMKG. 

Prakiraan tersebut untuk menentukan proses tanam dan penangan terhadap buah durian.

"Misal prediksi BMKG benar yaitu Maret sudah mulai panas maka produksi durian akan bagus di tahun berikutnya," ujarnya.

Pakar Lingkungan Semarang, Mila Karmila menyebut, tentu ada hubungan antara cuaca ekstrem dengan penurunan produktivitas pertanian termasuk bagi petani durian.

Sebab cuaca ekstrem mengakibatkan perubahan musim dan kejadian banjir maupun kekeringan.

"Hal itu sangat memengaruhi waktu panen yang menjadi tidak menentu dan seringkali hasilnya tidak maksimal," paparnya kepada Tribun.

Terkait cuaca ekstrem yang imbasnya ke petani, ia menegaskan, seharusnya Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui dinas terkait perlu memberikan sosialisasi mengenai apa yang dapat dan harus dilakukan oleh petani agar tidak merugi.

Selain itu, melalui komunitas petani seharusnya ada langkah untuk bisa mendesak pemerintah dalam menghadapi persoalan tersebut.

"Petani harus mendesak pemerintah supaya bisa mengembangkan varietas-varietas baru yang tahan terhadap cuaca ekstrem," katanya.

Kendati begitu, Kota Semarang sesuai visi misinya memang bukan diperuntukkan untuk kota pertanian jadi  memang kebijakannya tidak untuk pertanian.

Walaupun secara data dari dinas pertanian kota Semarang tahun 2022 ada sebanyak 10.108 petani.

"Secara umum visi dan misi Kota Semarang adalah kawasan perdagangan jadi pertanian mungkin tidak prioritas," ucapnya. (Iwn)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved