Berita Kudus

Penggunaan Istilah "Kasunanan Kudus" Diperdebatkan, Ini Alasan Lengkap Yayasan Menara Kudus

Terminologi "Kasunanan Kudus" berpotensi menimbulkan banyak persepsi. Kasunanan ini merujuk

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Moch Anhar
Saiful Masum
Sejumlah peserta Kirab Punden dan Belik mengarak air punden masing-masing tempat mengikuti rangkaian Perayaan 488 Ta'sis Masjid Al Aqsho dan Menara Kasunanan Kudus, Minggu (5/2/2023). 

Akademisi IAIN Kudus, Nur Said, mengatakan, selama ini, ia belum menemukan referensi perihal Kasunanan Kudus.

Tetapi jika berbicara Sunan Kudus bagian dari Walisongo terdapat kesinambungan dakwah antara Kesultanan Demak kemudian Kudus.

“Dalam sebuah dakwah adalah proses yang sustainable. Sebagai satu bentuk kesinambungan. Kalau bicara tentang Kudus justru Kudus Darussalam. Bagaimana Kudus sebagai satu lokus dalam penyebaran Islam yang damai dan ramah. Dalam literatur sejarah ditemukan Kudus Darussalam. Kalau kemudian ada Desa Dersalam, bisa jadi itu ada hubungannya dengan Kudus Darussalam. Tinggal inti episentrumnya di mana perlu adanya riset,” katanya.

Jika bicara kasunanan di mana di situ ada wali, terutama yang dikenal sebagai walisongo di situ pasti ada sunan.

Kalau kemudian disebut kasunanan bukan berarti suatu bentuk sistem pemerintahan, tetapi sebagai satu bentuk ekologi religiusitas budaya sunan.

“Sehingga punjernya (pusatnya) di Menara. Tapi dalam perkembangan sejarah tidak hanya di sekitar Menara. Tidak bisa dibatasi kasunanan sebagai Kudus kulon,” kata Nur Said.

Baca juga: Cerita Prof Dr Umma Farida, Perempuan Guru Besar Pertama IAIN Kudus, Dikukuhkan Suami Sendiri

Akademisi IAIN Kudus lainnya, Moh Rosyid, menyebut kata kasunanan dapat bermakna tempat tinggal sunan. Hanya saja dalam konteks pemerintahan lokal masa lalu hingga kini kasunanan berwujud keraton atau kerajaan.

Jika memang kasunanan mengacu pada tempat tinggal sunan, katanya, jejak dan tempat tinggal Sunan Kudus hingga kini belum terwujud. Hanya ada dalam kisah tutur yang sifatnya prediktif.

Untuk menguatkan penyebutan kasunanan, katanya, sebaiknya jejak riil kerajaan, kediaman Sunan Kudus dibuktikan secara ilmiah terlebih dahulu. Baik melalui kajian atau riset sejarah dan arkeologis. Bila tidak, katanya, bisa menimbulkan kerancuan istilah kasunanan itu sendiri.

“Selama ini kajian tentang sejarah Kudus kuno didominasi pendekatan klasik, idealnya dengan pendekatan sejarah modern yang kritis,” kata Rosyid yang juga sebagai dosen sejarah IAIN Kudus. (*)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved