Berita Jateng

Kisah Pilu ODGJ di Semarang, 8 Kali Dihamili Pria Berbeda, Keluarga Kewalahan Rawat Anak-anaknya

Siti Suaedah (42) ODGJ Semarang yang hamil delapan kali dengan lelaki yang berbeda-beda. Keluarga kewalahan rawat anak-anaknya, berharap Siti disteril

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
DOKUMENTASI
Kepala Seksi Tuna Susila dan Perdagangan Orang (Kasi TSPO) Dinsos Kota Semarang, Bambang Sumedi saat bersama Siti Suaedah (42) dan Youtuber Pratiwi Noviyanthi (baju hitam). 
  • Kisah Siti Suaedah (42), orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Semarang, 8 kali hamil dengan lelaki berbeda. Kini keluarga kewalahan rawat anak-anaknya.
  • Seperti apa kisahnya?

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Keluarga Siti Suaedah (42) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Semarang yang hamil delapan kali dengan lelaki yang berbeda-beda berharap ada proses sterilisasi atau KB Steril.

Sebab, keluarga ingin Siti tak hamil lagi apalagi usianya sudah kepala empat.

"Kasihan sudah melahirkan delapan kali jadi kalau bisa sembuh semisal tidak ya diberi KB steril supaya kejadian tak dinginkan terulang," ujar Adik sepupu Siti, yang meminta identitasnya diinisial L (42) kepada Tribun, Kamis (26/1/2023).

Ia mengatakan, Siti pernah kerja di Jakarta kabarnya di sebuah klub malam.

Kondisi rumah yang dihuni Siti Suaedah (42) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)  Semarang yang hamil delapan kali dengan lelaki yang berbeda-beda di Kota Semarang, Kamis (26/1/2023).
Kondisi rumah yang dihuni Siti Suaedah (42) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)  Semarang yang hamil delapan kali dengan lelaki yang berbeda-beda di Kota Semarang, Kamis (26/1/2023). (Tribun Muria/Iwan Arifianto)

Sewaktu kerja di Jakarta, Siti hidup normal selayaknya wanita biasa, menikah ada suami dan anak. 

Siti dalam keluarga kecilnya menjadi tulang punggung sebab suaminya tidak bekerja hanya bertugas merawat anak.

Namun, ia mulai mengalami gejala depresi sekira tahun 2005. 

Mulanya, ia mendatangi rumah kontrakan kakak kandungnya yang sama-sama kerja di Jakarta.

Di rumah tersebut, Siti mengamuk hingga merusak sejumlah barang.

Selepas kejaidan itu, Siti diantar pulang ke Semarang oleh kakak kandungnya. 

Sedangkan suami dan anaknya kembali ke Mojokerto meninggalkan Siti menghadapai masa sulit itu sendiri.

"Peristiwa itu sekira ya tahun 2005, anak pertamanya masih kecil lalu dibawa ayah kandung dan neneknya ke Mojokerto," ucap L.

Deretan peristiwa tragis berikutnya terjadi ketika Siti di Semarang.

Di antaranya dari Siti membacok ayah kandungnya di sawah hingga  dua anaknya hamil entah dengan siapa meninggal dunia.

Pihak keluarga menyangsikan bahwa kedua anak Siti meninggal akibat dianiaya. 

Sebab, Siti begitu sayang kepada anaknya sehingga hal itu yang menjadi kesulitan keluarga ketika hendak mengambil anak tersebut.

"Iya ada dua anaknya meninggal dunia kabarnya dianiaya, tapi melihat Siti begitu sayang kepada anak tidak mungkin, kemungkin besar karena sakit," bebernya.

Diakuinya, meski Siti sama anak sayang sekali akan tapi kalau sudah kumat depresinya anak menjadi tidak diurus.

"Kami mau minta anaknya tidak boleh, anak lainnya berhasil diselamatkan karena ya diambil secara diam-diam," terangnya.

Siti tinggal di rumahnya memang sendiri. 

Jarak dengan rumah saudaranya tidak terlalu jauh hanya berjarak sekira 500 meter.

Untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan hasil mencari sendiri. 

Semisal tidak ada uang baru Siti minta makan ke rumah saudara.

"Kalau dapat uang ya beli sesuatu seperti dispenser dan kipas angin padahal di rumah sudah tidak ada listrik," ucapnya.

Rumah yang dihuni Siti memang tak dihubungkan dengan arus Listrik sebab warga takut terjadi hal tak dinginkan.

"Rumah itu sudah dipasang lampu tapi dipecah sama Siti, kalau pakai listrik takut kebakaran," jelasnya.

Ia mengatakan, kehamilan Siti yang berulang kali memang tak lepas dari perilaku dan fisiknya.

Siti ketika usia 30an seringkali kepergok sama laki-laki lain di rumahnya akibat ada beberapa laki-laki kepincut dari fisiknya putih bersih dan langsing.

Apalagi Siti ketika tidak kumat mampu diajak komunikasi seperti orang pada umumnya. 

"Warga pernah memergoki Siti sama lelaki di rumah, ada yang dinikahkan siri ada yang tidak, total ada sampai lima orang yang kepergok di rumah," terangnya.

Ia mengungkapkan, keadaan keluarganya sudah tidak sanggup lagi menampung anak Siti yang kedelapan lantaran sudah merawat anaknya yang ketujuh. 

Keluarga juga bingung ketika diserahkan dirawat Siti takut terjadi hal tak diinginkan.

"Mau dirawat Siti ya samar-samar jadi saya serahkan ke Dinsos dan pihak lain yang sudah menolong," ucapnya.

Dipulangkan kakak, bacok ayah di sawah

Diberitakan sebelumnya, Siti Suaedah (42) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)  Semarang yang hamil delapan kali dengan lelaki yang berbeda-beda memiliki masa lalu yang kelam.

Keluarga tidak tahu sebab pasti Siti alami gangguan jiwa. Hanya saja sepulang dari Jakarta di tahun 2005, Siti sudah menunjukkan perilaku orang yang depresi.

Ia kembali dipulangkan dari Jakarta ke Semarang lantaran mengamuk tak jelas di rumah kakak kandungnya.

"Ketika pulang di Semarang tinggal sama ayahnya di Kampung Tambangan, Siti pernah bacok ayahnya di sawah karena minta uang," beber Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan Tambangan Ratna Herawati kepada Tribunmuria, Kamis (26/1/2023).

Melihat perilaku Siti yang kian parah, warga sekitar akhirnya membawa Siti ke rumah sakit jiwa.

Sudah dua kali Siti dirujuk ke rumah sakit jiwa yakni di RS Amino Gondohutomo dan Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental (PPSDM) Ngudi Rahayu Salamsari Boja, Kendal.

Siti dari dua tempat tersebut selalu kabur dan kembali ke rumahnya.

Hal itu membuat keluarga dan warga sekitar kapok.

Akhirnya selepas ayahnya meninggal dunia, Siti tinggal sendirian di rumahnya peninggalan orangtua.

Pemantauan Siti sudah dilakukan petugas PSM setempat sejak tahun 2016. Namun baru intensif dua tahun berikutnya.

"Sehari-hari tinggal di sini (Tambangan), seminggu 2-3 kali kami kunjungi, kendala ia selalu pergi sendiri tidak terpantau," beber Ratna.

Siti setiap harinya pergi sendiri ke berbagai tempat semau dirinya. Ia pergi mengendarai bus.

Seringkali petugas mendapatkan kabar Siti sudah berada di Johar, museum Ronggowarsito dan tempat lainnya.

"Perginya masih diam seputar kota Semarang, pergi pagi sore pulang, selalu begitu," ucapnya.

Akibat tak terkontrol tersebut, Siti hamil berulang kali dengan lelaki tidak jelas.

Ratna mengaku, tentu sulit menelusuri siapa yang menghamili Siti sebab pergi dan bergaul dengan siapa tidak jelas orangnya.

Namun, kehamilan Siti diurus olehnya dan keluarga dari memeriksakan ke puskesmas hingga mengurus persalinan.

"Mau dilaporkan ke polisi, laporan ke siapa, tidak tahu orangnya, yang penting saat hamil dibawa ke puskesmas," terangnya.

Pengakuannya, Siti dalam kehidupan sehari-hari bersikap seperti orang normal pada umumnya.

Ia dapat diajak mengobrol ketika merasa nyaman dengan lawan bicara.

"Hanya saja Siti tidak suka keramaian," terangnya.

Siti diketahui pula sudah menikah sebanyak dua kali, satu pernikahan resmi dan satu lagi secara siri.

Dari hasil pernikahan memiliki seorang anak.

Anak pertama usia 20 tahun dirawat ayah kandungnya di Mojokerto.

Anak kedua usia 16 tahun dirawat di Jakarta oleh Budenya.

Anak ketiga usia delapan tahun meninggal dunia diduga karena kurangnya perawatan.

Anak keempat 6 tahun 6 bulan, dirawat oleh orang lain di Solo.

Anak kelima 4 tahun dirawat seseorang di Ngaliyan.

Anak keenam usia 3 tabun meninggal karena kurangnya perawatan.

Anak ketujuh 1 tahun dirawat adik sepupu di Tambangan,  Mijen. Anak kedelapan masih di kandungan.

"Infonya yang anak kedelapan jenis kelamin laki-laki," ucap Ratna.

Ia menambahkan, masih terus memantau perkembangan  Siti yang dirawat oleh Yayasan di Bekasi.

Siti terpantau merasa nyaman dan nurut saat bersama youtuber Pratiwi Noviyanthi.

"Rencana tindak lanjut belum tahu tapi yang jelas Siti perlu rehabilitasi sampai nanti paskakehamilan," imbuhnya. (iwn)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved