Berita Jateng

Pakai PLTS, Ponpes di Sukoharjo Tekan Biaya Listrik PLN Hingga 50 Persen

Listrik menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat. Tidak kecuali bagi santri di lingkungan pondok pesantren. 

Penulis: Khoirul Muzaki | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Khoirul Muzakki
Pengelola pesantren Amanah Ummah Sukoharjo menunjukkan jaringan listrik PLTS di pesantrennya. 

TRIBUNMURIA.COM, SUKOHARJO- Listrik menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat. Tidak kecuali bagi santri di lingkungan pondok pesantren (ponpes). 

Di dunia pendidikan Islam itu, listrik bahkan dipakai untuk menunjang pembelajaran dan kebutuhan santri tiap harinya.  Karenanya, kebutuhan listrik di ponpes cukup besar. Tagihan biaya listrik tiap bulan pastinya besar. 

Kehadiran sumber energi alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bisa meringankan beban pengelola ponpes

Ini yang dirasakan Ponpes Amanah Ummah Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. 

Kepala Ponpes Amanah Ummah Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Fauzan Al Anshori bersyukur lembaganya mendapat bantuan PLTS dari Pemprov Jateng. 

Pihaknya memaksimalkan penggunaan energi surya untuk menunjang berbagai kegiatan di pesantren yang membutuhkan listrik. 

“Untuk pemakaian kegiatan pembelajaran kami bisa full untuk menggunakan multimedia, dan juga untuk pemanfaatan yang lain bisa kita maksimalkan, seperti (penggunaan listrik di) asrama,” ujarnya, Kamis (12/1/2023).

Baca juga: Maaf Aremania, Jatidiri Semarang Tak Bisa Terima Arema, Silakan Cari Stadion Lain

Baca juga: Berdiri Sejak 1918, Ini Lithang Gerbang Kebajikan, Satu-satunya Rumah Ibadah Khonghucu di Solo

Baca juga: Megawati Sentil Jokowi, Pakar Indostrategic: Jokowi Asyik Gocek Bola Sendiri, Tanpa Umpan ke PDI-P

PLTS bisa mendukung proses pembelajaran semakin maksimal, baik kegiatan pendidikan formal maupun kepesantrenan yang bisa digelar lebih leluasa. 

Meski penggunaan listrik untuk kegiatan bertambah, namun ia merasa biayanya tetap hemat. Terlebih saat cuaca panas sehingga suplai energi matahari lebih maksimal, penghematan bisa mencapai 70 persen. 

Bahkan, pihaknya tidak lagi terkendala jika ada pemadaman listrik PLN. 

“Kalau dulu per bulan bisa Rp1,5 juta, tapi karena PLTS biaya listrik berkurang 50 persen lebih. Apalagi kalau musim panas bisa sampai 70 persen. Dan, Alhamdulillah tidak terkendala pemadaman listrik,” paparnya.

Fauzan mengapresiasi upaya Pemprov Jateng yang telah memberikan perhatian kepada ponpesnya yang dihuni 164 santri dengan sistem asrama. 

Hal serupa juga dirasakan Pengurus Harian Ponpes Riyadhussolihin Nguter, Sukoharjo, Ahmad Rifai. 

Bantuan PLTS Pemprov Jateng di pesantrennya bukan hanya dimanfaatkan untuk pendidikan, melainkan juga untuk pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK).

"PLTS kita fokuskan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Balai Latihan Kerja ada jurusan tata busana. Sangat membantu,” terangnya.

Biaya listrik di Ponpes itu pun berkurang signifikan. Adanya PLTS itu mampu menghemat biaya listrik bulanan, dari biasanya lebih dari Rp500 ribu per bulan, menjadi kini hanya kisaran Rp 230 ribu.

“Dari penghematan biaya listrik itu, uangnya bisa kita alihkan ke kegiatan pendidikan di MI,” tandasnya.

Pemprov Jateng terus mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan di wilayahnya. Pada 2022, pihaknya memberikan bantuan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ke sejumlah pondok pesantren (Ponpes).

Berdasarkan data Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, ada 10 ponpes yang mendapat bantuan tersebut. Di antaranya, Ponpes Sabilul Khoirot (Semarang), Muhammadiyah Ahmad Dahlan (Tegal), Al Imam An Nawawi (Tegal), Tanbihul Ghofilin (Banjarnegara), Riyadhussholihin (Sukoharjo), Daarussalaam (Semarang).

Selain itu, Ponpes Amanah Ummah (Sukoharjo), Al Utsmani (Pekalongan), An Nawawi (Purworejo) dan Al Kahfi (Jepara).

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved