Berita Kudus
Kisah Perjuangan Bambang Pujiono, Tukang Tambal Ban Listrik di Kudus Sekolahkan Anak sampai Sarjana
Bambang Pujiono tukang tambal ban listrik di Kudus mampu menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Bambang manfaatkan listrik untuk tambal ban lebih cepat
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
Mula-mula dia mengawali karirnya sebagai penambal ban bakar. Metode tambal ban bakar ini banyak dijumpai di sejumlah titik di Kota Kudus.
Ban bocor akan ditambal dengan karet hitam yang ditekan oleh lempengan besi.
Sementara di bawah bagian lempengan dipanaskan menggunakan bara api agar karet melekat pada bagian ban dalam yang bocor.
“Itu cara lama. Saya pakai cara saya sendiri,” kata Bambang terkekeh.
Manfaatkan tenaga listrik untuk tambal ban lebih cepat
Setelah 10 tahun dikenal sebagai penambal ban dengan cara dibakar, Bambang baru terpikir bahwa metode menambal yang selama ini dilakoninya terlalu lama.
Untuk satu ban bocor butuh waktu sampai hampir setengah jam.
Tentu itu tidak cocok bagi mereka yang sedang terburu-buru. Akan banyak waktu yang terbuang.
Dari situlah kemudian dia berpikir untuk menambal menggunakan listrik, yakni energi listrik diubah menjadi panas.
Dia memilih komponen berupa lempengan besi dari alat pemasak nasi atau rice cooker sebagai media pemanas.
Di bawahnya menjuntai kabel sebagai pemasok energi listrik ke lempengan tersebut. Di sebelah lempengan besi itu terpasang knop pemutar dari mesin cuci.
Tugas alat ini sebagai penghitung mundur saat ban dipanaskan di atas lempengan besi.
Benar saja, alat ini berhasil menambal ban bocor hanya dalam waktu kurang dari dua menit. Sebuah alat sederhana yang dirangkai oleh orang yang sederhana pula.
“Jadi, terhitung saya menambal ban pakai listrik ini sudah lima tahun,” ujarnya.
Pilihan Bambang memilih listrik sebagai solusi atas lamanya tambal ban bakar terbilang tepat. Sejumlah warga memilihnya karena memakan waktu yang singkat.