Berita Kudus
Festival Pager Mangkok, Adaptasi Ajaran Sunan Muria Untuk Berbagi Bersama
Festival Pager Mangkok di Dukuh Piji Wetan, Desa Lau menggelar mengadaptasi dari ajaran Sunan Muria untuk berbagi bersama.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Raka F Pujangga
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Festival Pager Mangkok di Dukuh Piji Wetan, Desa Lau menggelar mengadaptasi dari ajaran Sunan Muria untuk berbagi bersama.
Gunungan berisikan sayur mayur dan buah-buahan seperti sawi, cabai, pete, nanas, pisang, kacang panjang dan sebagainya diarak oleh warga.
Nantinya, usai menjalani ritual dan didoakan, gunungan yang berisi hasil bumi tersebut akan diperebutkan warga sekitar dengan harapan mendapatkan keberkahan.
Baca juga: Meriahnya Kirab Festival Pager Mangkok di Piji, Warga Berbagi Makanan Berbungkus Daun Pisang
Bersama dengan gunungan itu, warga juga mengarak nasi yang terbungkus daun pisang.
Nasi tersebut buatan para warga Piji Wetan yang berisikan nasi, kering tempe dan bakmi yang akan dibagikan kepada warga ataupun tamu yang mengikuti kirab dan ritual Pager Mangkok.
Untuk Pager Mangkoknya, adalah mangkok tanah liat yang berjumlah belasan berisi makanan seperti nasi, ayam, telur dan sayur yang kemudian dibagikan kepada tamu-tamu yang datang.

Kebudayaan tersebut, mengadaptasi dari ajaran Sunan Muria terkait bersedekah makanan.
"Jadi ritual atau festival Pager Mangkok ini berasal dari ajaran Sunan Muria, kawasan ini juga masuk kemuriaan. Jadi kami memotivasi masyarakat untuk pentingnya bersedekah," ucap Ketua Desa Budaya Piji Wetan, Muhammad Zaini, Jumat (25/11/2022).
Kata Zaini, sedekah ini bisa dimulai dengan cakupan yang kecil seperti tetangga.
Baca juga: Festival Pager Mangkok dari Falsafah Sunan Muria, Tumbuhkan Semangat Bersedekah Warga Piji Kudus
"Ini penting, mulai dari tetangga. Karena tetangga ini saudara terdekat kita, kalau kesusahan tetangga yang membantu," katanya.
Kabid Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas PMD Kudus, Lilik Ngesti, berharap adanya festival ini bisa menjadi percikan semangat bagi para desa lain menguri-uri budaya.
"Jadi kebudayaan itu harus dilestarikan, disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Sehingga tidak ketinggalan zaman, semakin hari kebudayaan tersebut bisa menjadi pola hidup," ucapnya. (rad)