Berita Pati
Kapal Penampung Ikan Nelayan Juwana Dibakar Warga Lokal di Kalimantan Barat, FNB Mengutuk Keras
Front Nelayan Bersatu (FNB) mengutuk aksi pembakaran kapal penampung ikan hasil tangkapan nelayan Juwana, yang terjadi di Kalimantan Barat.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, PATI - Nelayan di pesisir pantai utara (pantura) Jawa, yang tergabung dalam wadah Front Nelayan Bersatu (FNB) mengutuk keras aksi pembakaran kapal penampung ikan yang terjadi di Kalimantan Barat, Kamis (3/11/2022).
Sejumlah nelayan yang tergabung dalam FNB menggelar aksi demonstrasi, di Juwana, Pati.
Para nelayan menuntut pihak berwajib mengusut tuntas kasus pembakaran kapal tersebut.
Wakil Ketua FNB, Hadi Sutrisno, menjelaskan bahwa peristiwa pembakaran kapal tersebut terjadi di Pelabuhan Selakau, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pada 30 Oktober 2022 lalu.
Nelayan asal Pantura yang tengah berlabuh di sana sempat mengabadikan peristiwa tersebut dalam video.
Hadi menjelaskan, kapal yang dibakar tersebut merupakan kapal penampung ikan setempat yang biasa melayani kapal-kapal penangkap ikan asal Juwana, Pati.
"Itu kapal penampung lokal Kalimantan Barat yang biasa ngambil ikan, menampung ikan hasil tangkapan kapal-kapal dari Juwana," kata Hadi pada TribunMuria.com.
Ia mengatakan pembakaran tersebut diduga dilakukan oleh nelayan tradisional setempat yang menganggap operasional kapal tersebut mengakibatkan kelangkaan solar.
"Kapal penampung di sana itu memang biasanya selain mengambil ikan hasil tangkapan kapal Juwana juga membantu membawakan (menyuplai) solar."
"Kadang juga perbekalan dan es batu. Nelayan-nelayan lokal Selakau menganggap kelangkaan solar terjadi akibat adanya kapal-kapal Jawa yang menyuruh kapal-kapal penampung itu membawakan solar," papar Hadi.
Hadi meyakini, pasti ada pihak yang mengompori atau memprovokasi terjadinya pembakaran kapal itu.
Ia menduga hal ini boleh jadi juga terkait adanya persaingan antarkapal penampung.
"Dua atau tiga bulan yang lalu nelayan tradisional di sana sempat demo karena kelangkaan solar."
"Yang menjadi kambing hitam adalah kapal-kapal Jawa yang mendapat solar melalui kapal penampung di Kalimantan Barat," ujar Hadi.
Ia menuntut kepolisian untuk mengusut tuntas pembakaran kapal yang telah terjadi berulang-ulang.
Ia menyebut, sebelumnya di Kalimantan Selatan juga ada beberapa kapal dari pantura yang dibakar dan sampai saat ini belum pengusutan secara tuntas siapa pelakunya dan bagaimana pertanggungjawabannya.
"Saat ini malah terulang ada pembakaran kapal di Kalimantan Barat."
"Mereka (pelaku) menganggap pembakaran kapal adalah hal biasa. Padahal itu sangat anarkis."
"Itu adalah perbuatan kriminal murni."
"Kami berharap pemerintah segera menindak, menangkap, dan mengadili pelaku karena itu sangat meresahkan kami selaku pelaku perikanan yang bekerja menangkap ikan di Kalimantan Barat, di Perairan Natuna," tegas dia.
Apa pun alasannya, lanjut Hadi, pembakaran kapal adalah perbuatan kriminal yang meresahkan.
Karenanya, tegas dia, nelayan Pantura sangat mengutuk dan mengecam keras hal itu.
"Saya berharap kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk segera mengusut tuntas. Tangkap pelakunya, adili."
"Mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan yang anarkis itu," tandas dia. (mzk)