Pembunuhan Iwan Budi

Kasus Pembunuhan Iwan Budi, Polisi Dalami Peran Dukun Asal Demak dan ASN Pemkot Semarang

Polisi mendalami peran dukun asal Demak dan ASN Pemkot Semarang dalam pusaran kasus pembunuhan Iwan Budi -pegawai Bapenda Semarang.

TribunMuria.com/Muhammad Fajar Syafiq Aufa
Dirreskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Djuhandani Rahardjo Puro (kiri), bersama Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar (kanan) saat berada di TKP penemuan mayat Iwan Budi, pegawai Bapenda Semarang, Jumat (9/9/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Polisi terus melakukan penyelidikan dan mengumpulkan keterangan saksi, terkait kasus pembunuhan pegawai Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang.

Penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Semarang telah meminta keterangan 30 saksi dalam perkara pembunuhan Iwan Budi.

Dua di antara saksi tersebut adalah dukun asal Demak berinisial MK dan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Polisi mendalami peran kedua orang tersebut dalam kaitannya dengan kasus pembunuhan Iwan Budi.

Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Donny Lumbantoruan, sosok paranormal atau dukun itu didapat dari hasil penyelidikan, setelah polisi mempelajari hasil komunikasi WhatsApp (WA).

Dalam komunikasi via WA itu terungkap, sang dukun asal Demak diminta tolong oleh seorang PNS Pemkot Semarang untuk mengusahakan promosi jabatan tertentu di Bapenda.

"Bukan masalah siapa yang datang ke sana tetapi memang ada komunikasi via WA kami dapatkan," tuturnya saat dihubungi tribunmuria.com, Selasa (1/11/2022).

Memamng, menurutnya pada komunikasi via WA tersebut tidak secara gamblang menyebut nama Iwan Budi.

Namun pada komunikasi Whatsapp itu ada satu diantara saksi yang merupakan PNS di Pemkot Semarang, yang ingin mendapatkan jabatan tertentu di Bapenda Kota Semarang.

Di mana jabatan itu, sebelumnya santer dikabarkan akan direkomendasikan untuk Iwan Budi.

Satu saksi beri keterangan tak konsisten

AKBP Donny menuturkan, hingga saat ini ada satu dari 30 saksi sipil yang telah diperiksa, memberikan keterangan tidak konsisten.

Namun, ucap Donny, saksi tersebut belum sampai pada tahap mencabut keterangan yang telah diberikan.

"Kalau mencabut keterangan tidak ada. Adanya saksi memberikan keterangan tidak konsisten," imbuhnya.

Kuasa hukum keluarga Iwan Budi sorot LPSK

Kuasa hukum keluarga Iwan Boedi, Yunanto Adi Setiawan, menyoroti peran LPSK dalam penyelidikan perkara ini.

Menurut Yunantyo, LPSK justru dirasa tak mempermudah upaya polisi dalam melakukan penyelidikan.

Sebab, ditengarai, saksi yang tak konsisten memberikan keterangan tersebut adalah saksi yang saat ini berstatus dalam lindungan LPSK.

Yunantyo menegaskan, seharusnya LPSK mendorong saksi berstatus dilindungi itu untuk memberikan keterangan yang sebenarnya.

Ia menyatakan, jika LPSK tak bisa melakukan itu, maka sejatinya LPSK telah gagal menjalankan fungsi dan tugasnya.

"Seharusnya LPSK mendorong saksi ngomong yang benar. Kalau (saksi terus) berubah-rubah (keterangannya) buat apa LPSK mendampingi," tuturnya.

"Kami mendorong jika LPSK mau membantu saksi memberikan kenyamanan agar mau ngomong yang benar. Bukan membuat saksi tadinya mau ngomong jadi tidak mau ngomong," ujar dia.

Ia berharap bahan yang didapat Polisi dari keterangan sejumlah saksi bisa mengarah penetapan tersangka.

Dirinya meminta polisi bisa menetapkan tersangka dari unsur masyarakat sipil terlebih dahulu.

Diduga libatkan orang terlatih

Sebelumnya diberitakan, pembunuh pegawai Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang, Iwan Budi, diduga orang terlatih dan profesional.

Anak Iwan Budi, Theresia Alfita Saraswati (25) curhat (curahan hati, red) takut kasus pembunuhan  ayahnya tak terungkap.

Ia berharap, aparat penegak hukum dapat segera menuntaskan dan mengungkap kasus pembunuhan terhadap ayahnya.

Termasuk mengungkap siapa dalang dibalik peristiwa pembunuhan keji tersebut.

Theresia mengaku, keluarganya bakal hidup tak tenang semisal kasus itu tak terungkap tuntas.

"Misal pelaku belum ditangkap, jujur kami belum bisa hidup tenang, siapa ya pelaku sekeji itu."

"Motifnya apa, jadi kami masih bertanya-tanya," ujarnya saat dihubungi TribunMuria.com, Rabu  (12/10/2022) malam.

Ia mengaku, hingga saat ini keluarganya masih memiliki ketakutan, apalagi ayahnya meninggal dengan cara tidak wajar. 

Namun, ia lebih takut kalau kasusnya itu tidak terungkap.

"Kita harus realistis juga kalau ini kepentingannya melibatkan orang-orang tertentu, inikan ya, dari keluarga sendiri ya pasti takut," katanya.

Ia menginginkan, pelaku dapat ditangkap lalu dihukum seadil-adilnya.

"Pelaku mempertanggungjawabkan perbuatannya, jadi keluarga bisa melanjutkan hidup lagi dengan tenang," katanya.

Keluarga Iwan Budi surati Presiden Jokowi

Pihaknya juga berupaya mengirimkan surat permohon keadilan kepada Presiden Jokowi.

Rencana surat akan dikirim dalam waktu mendekati atau setelah acara 40 hari ayahnya.

Peringatan 40 hari ayahnya jatuh pada hari Jumat (14/10/2022).

"Rencana mau dikirim karena kan ini hampir 40 hari, kasusnya belum terungkap sampai saat ini."

"Ya kita memang ada rencana mengirim surat kepada jokowi," katanya.

Menurutnya, sejauh ini belum ada informasi resmi terkait perkembangan kasus tersebut dari Polda Jateng maupun dari Polrestabes Semarang.

Sebaliknya, keluarga mengetahui perkembangan kasus dari pemberitaan di media.

Pihaknya kini hanya bisa membantu doa sekaligus rasa kepercayaan kepada pihak kepolisian yang masih berusaha keras mengungkap kasus ini 

"Mungkin sekecil apapun itu bukti atau mungkin saksi bisa semakin menemui titik terang," tandasnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved