Berita Jateng
Analisis Bencana Tanah Gerak di Karangreja Purbalingga, Bupati Tiwi Libatkan Ahli Geologi Unsoed
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, melibatkan ahli geologi Unsoed untuk menganalisis bencana tanah gerak di Kecamatan Karangreja.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, PURBALINGGA - Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi mengunjungi 2 posko pengungsian bencana tanah bergerak dan tanah longsor di Kecamatan Karangreja, Rabu (26/10/2022) malam.
Di antaranya posko pengungsian di Gedung TPQ Desa Tlahab Lor dan TPQ Miftahul Ulum Desa Siwarak.
Kunjungan kali ini, Bupati Tiwi menyapa dan menyemangati.
Di samping itu juga menyerap aspirasi, kebutuhan dan keluhan para pengungsi, sambil membagi-bagikan kue dan susu kepada para anak-anak di pengungsian.
"Sampai saat ini mereka yang dalam pengungsian semua dalam kondisi sehat."
"Kami juga cek apa yang jadi kebutuhan masyarakat di pengungsian dan nanti inshaallah apa yang jadi kebutuhan akan kami cukupi dari Pemkab Purbalingga," kata Bupati kepada Tribunbanyumas.com.
Seperti yang diketahui, para pengungsi dari 2 desa ini berasal dari 2 titik kejadian bencana.
Diantaranya tanah bergerak di Dukuh Cumbut Desa Tlahab Lor sebanyak 35 kepala keluarga (KK) dan tanah bergerak di Dukuh Petung Desa Siwarak sebanyak 66 KK.
Bencana ini disebabkan hujan deras yang mengguyur lokasi setempat pada Selasa (25/10/2022) siang.
Bupati mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak, termasuk para relawan yang banyak membantu melakukan penanganan pasca terjadinya gerakan tanah dan tanah longsor baik di Desa Tlahab Lor dan Siwarak.
"Kami pemerintah tidak bisa sendiri di saat seperti inilah kita butuh untuk bersama-sama dan bergandengan tangan," katanya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, M Umar Faozi mengungkapkan pihaknya bekerjasama dengan Tim Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk memberikan analisis ilmiah bagaimana ke depan.
"Apakah masyarakat yang ada di sini perlu direlokasi atau tidak dengan cukup memberikan intervensi terhadap rekahan tanah yang ada di beberapa rumah," imbuhnya.
Umar mendeskripsikan, dampak dari tanah bergerak di dua desa ini hanya ada rekahan-rekahan tanah yang ukurannya tidak terlalu lebar.
Paling lebar rekahan hanya mencapai 10 centimeter (cm), rata-rata belum sampai pada rumah atau dinding ambruk.