Berita Jateng
Prediksi Ancaman Resesi Global, Jateng Siapkan Strategi Hadapi Krisis Pangan 2023
Prediksi ancaman krisis pangan di 2023 ditanggapi serius oleh Pemprov Jateng. Sejumlah langkah dirancang mulai dari optimalisasi musim tanam.
Penulis: Hermawan Endra | Editor: Yayan Isro Roziki
Selain itu, petani difasilitasi pupuk organik untuk perbaikan struktur dan tesktur tanah sehingga tanah menjadi subur.
Juga benih unggul dan bersertifikat serta alsintan guna mendukung percepatan dan efisiensi dalam kegiatan usaha tani.
Faktor SDM juga sangat menentukan dalam pencapaian target produksi sehingga kompetensi petani, petugas terus ditingkatkan dengan berbagai pelatihan peningkatan kapasitas petani maupun petugas.
Tidak kalah pentingnya, adalah pendampingan dan pengawalan dalam pengamanan pertanaman oleh Petugas Pengamat organisme penggangu tanaman (OPT) melalui peramalan, pengendalian OPT.
"Insya Allah kita optimis, Tentu saja tidak semata-mata optimis, kita juga ada strategi untuk mengantisipasi hal-hal yang banyak dikhawatirkan oleh banyak pihak termasuk kami."
"Dengan strategi dan usaha kami optimis (memasuki 2023)," imbuhnya.
Selain produksi pangan strategis pajale, Jawa Tengah juga melimpah produksi pangan alternatif seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton di September 2022, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton dan kacang hijau 24.590 ton.
Intervensi Harga Pangan
Upaya peningkatan kuantitas tanaman pangan, juga didukung dengan stabilisasi stok dan harga.
Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng mencatat, produksi pangan pokok seperti beras memang mengalami surplus.
Data prognosa (perkiraan) yang dikompilasi oleh Dishanpan hingga akhir Desember 2022 ketersediaan beras di Jateng mencapai 10.038.575 ton.
Sedangkan kebutuhan konsumsi diperkirakan 3.244.363 ton.
Namun demikian, kelebihan produksi beras tidak lantas menjaga harga tetap stabil. Kepala Dishanpan Jateng Dyah Lukisari mengatakan, harga beras dipengaruhi juga oleh dinamika pasar.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga beras dengan kualitas tertentu mengalami kenaikan.
Harga beras kualitas bawah I misalnya, dari harga awal pada 14 Oktober 2022 yang Rp 9.050, tercatat mengalami kenaikan pada 21 Oktober 2022 menjadi Rp 9.100.