Berita Jateng

Kisah Sukses Alumni SMKN Jateng Pati Kerja di Jepang, Gajinya Bikin Full Senyum, Ubah Nasib Orangtua

Kisah sukses alumni SMKN Jateng Pati angkatan II bernama Mohammad Safii Anshori di Jepang yang kini mampu mengubah nasib finansial orangtua.

Dokumen Pribadi
Mohammad Safii Anshori alumni SMKN Jateng berswafoto di benteng Osaka, Jepang, belum lama ini. 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Tuah ayam boleh dilihat, tuah manusia siapa tahu? Buah nasib seseorang bergantung ketekunan usaha yang dilakukan.

Mohammad Safii Anshori (22) tak malu disebut anak dari keluarga tak mampu. Ayahnya, Sobirin (49) hanyalah kuli bangunan. Sedangkan ibu, Suaidah (47) tidak bekerja. Mereka tinggal di rumah sederhana, wilayah Desa Kayen RT 8 RW 2, Pati.

Hidup dengan keterbatasan finansial sudah biasa dia lakoni semasa kecil. Mau beli apa-apa yang diinginkan ya harus melihat uang bapak dulu. Apakah ada sisa untuk itu? Jawaban Safii, tidak.

Alumni SMKN Jateng Pati, Mohammad Safii Anshori berswafoto latarbelakang kuil Fushimi Inari di Jepang.
Alumni SMKN Jateng Pati, Mohammad Safii Anshori berswafoto latarbelakang kuil Fushimi Inari di Jepang. (Dokumen Pribadi)

Lulus dari SMP PGRI 6 Kayen, si sulung itu dihadapkan pilihan putus sekolah atau lanjut? Keinginannya bersekolah di SMA reguler dibayang-bayangi beban hidup orangtua yang bakal makin bertambah. 

Apa yang bisa dijanjikan dari upah seorang ayah kuli bangunan? Bisa makan saja sudah syukur Alhamdulillah. Apalagi bisa bersekolah, termasuk bonus. 

Safii beruntung tinggal di Jawa Tengah. Ternyata ada boarding school yang bisa menampung Safii dan anak-anak golongan tidak mampu. Semua biaya gratis dari kelas 1 hingga lulus sekolah: SMKN Jateng.

"Saya dibantu didaftarkan dari sekolah (SMP) ke SMKN Jateng di Pati. Pakai SKTM. Benar-benar tidak menyangka kalau gratis semua. Dapat asrama. Makan sehari 3 kali, ada tim medis kalau sakit," kata Safii.

Kesempatan itu tak disiakan Safii. Dia masuk jurusan TBO atau Teknik Body Otomotif, sesuai minatnya. Safii serius belajar cara pengecatan, pun mengambil ekstrakurikuler bahasa Jepang.

Singkat cerita, Safii lulus di tahun 2018. Ada banyak tawaran kerja. Beberapa dari AHM, Komatsu, lalu ada pilihan magang PT JIAEC (Japan Indonesia Association For Economy Cooperation) untuk penempatan di Jepang.

"Di Komatsu itu pengumumannya diterima, tapi terlambat sebulan. Saya sudah duluan masuk ke JIAEC. Latihan selama 4 bulan, 2 bulan di Yogyakarta, 2 bulan di Depok," urainya.

Safii pun memilih latihan kerja di JIAEC. Untuk transport dan biaya hidup sehari-hari selama pelatihan kerja, Safii musti hutang Rp 6 juta ke bos ayahnya.

Selama di JIAEC, Safii dilatih mahir berbahasa dan memahami kebudayaan Jepang, negara tujuannya. Empat bulan berlalu dan muncul kabar baik. Dia lolos seleksi JIAEC dan mendapatkan perusahaan yang menampungnya bekerja di Jepang: Ebashi Kougyou.

Safii dipersilakan mengurus paspor dan visa dan diizinkan pulang ke rumah selama 14 hari untuk berpamitan.

Sebagai informasi, Ebashi Kougyou merupakan perusahaan pengecatan mesin dan produk logam. Lokasinya di Susono, wilayah Shizouka. 

Semua biaya transportasi Safii ke Jepang ditanggung Ebashi Kougyou. Sistemnya potong gaji. Hal tersebut cukup membantu Safii karena tak perlu lagi menambah hutang. Biaya tiket pesawat saja sudah mencapai Rp 9 jutaan.

Perjalanan Safii ke Jepang ditempuh dalam 7 jam. Pesawat sempat singgah ke Malaysia, sebelum terbang langsung ke Jepang.

Safii tak langsung bekerja. Dia musti sebulan singgah di asrama JIAEC Narita untuk pemantapan kerja. 

"Datang kali pertama pas masih musim dingin, awal Januari. Kaus rangkap dua, jaket rangkap dua, tetep tembus dinginnya. Gembreges, perlu penyesuaian suhu," selorohnya.

Kontrak kerja pertama disetujui selama 3 tahun dengan gaji Rp 18 juta sebulan, kurs saat itu. Perpanjangan kontrak selanjutnya, Safii mendapat gaji Rp 20 juta, lantaran dia sudah memiliki 2 sertifikat pekerja. Pun dia mendapat asuransi kerja yang mana bila dicairkan selama 5 tahun, nominalnya mencapai Rp 60 juta.

"Sudah 4 tahun ini saya di Jepang, masih galau mau lanjut atau tidak kontraknya. Alhamdulillah, sekarang saya benar-benar bisa mengubah nasib keluarga," kata Safii.

Pendapatan selama di Jepang ia kumpulkan. Safii cenderung ingin berinvestasi. Dia membeli dua bidang tanah pekarangan seharga Rp 150 juta dan Rp 130 juta di wilayah Desa Kayen dan Ronggo. Pun Safii bisa membelikan adiknya motor

"Yang mengurus pembelian tanah itu semua saya pasrahkan ke bapak, saya ikut saja. Rencana mau saya kelola untuk peternakan kambing. Ingin kerjasama dengan perusahaan lain," tambah Safii.

Hal senada pun dirasakan alumni SMKN Jateng di Pati, Rizki Indra Pradana. Dia teman seangkatan Safii, yakni angkatan 2.

Rizki merupakan warga Blora. Dia pula dilabeli sebagai anak keluarga tak mampu.

Kisahnya nyaris mirip Safii. Rizki merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya hanyalah tukang ojek. Sedangkan ibunya tidak bekerja.

rizki indra pradana
Alumni SMKN Jateng Rizki Indra Pradana berswafoto semasa bekerja di Jepang.

Dia diterima di SMKN Jateng Pati dibantu guru Bimbingan Konseling SMP. Kini dia bekerja di Jepang. 

Rizki pun berhasil mengubah nasib keluarnya yang semula dipandang kurang mampu. Dia membuatkan toko sembako untuk ayahnya agar tidak lagi ngojek. Toko itu berlapak di sebuah pasar baru wilayah Blora. 

Rizki bersyukur bisa masuk SMKN Jateng dan diarahkan untuk pelamaran kerja di Jepang. Dia berpesan untuk anak-anak kurang mampu jangan takut tidak bersekolah. Karena pemerintah Provinsi Jawa Tengah memiliki 3 SMKN Jateng yang siap menampung dan mengarahkan siswa-siswinya ke pekerjaan yang lebih baik.

Parenting

Kepala SMKN Jateng Pati Hardo Sujatmiko memaparkan pihaknya memang fokus menerima siswa dari keluarga tidak mampu. Dia menyebut SMKN Jateng merupakan boarding school yang berbeda dengan sekolah reguler, katakanlah SMA negeri pun swasta.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMKN Jateng lebih awal 3 bulan dibuka dibanding PPDB reguler. 

"Kami tidak menerapkan zonasi. Wilayah Cilacap sampai Blora bisa masuk," jelas Hardo, sapaannya.

Hardo Sujatmiko
Kepala SMKN Jateng Pati Hardo Sujatmiko.

Penyeleksian siswa pun meliputi administratif dan akademis. Hardo menjelaskan ada tugas tambahan yang membutuhkan tenaga ekstra dalam proses penyeleksian administrasi, yakni matching data. Pihak sekolah harus memastikan calon siswanya benar-benar dari keluarga tak mampu. Bagaimana caranya?

"Yang pasti kami harus mendatangi satu per satu rumah calon siswa, memastikan ke RT, RW dan itu yang paling berat. Bayangkan, dari Cilacap sampai Blora yang daftar, butuh tenaga ekstra dalam hal ini," kata dia.

SMKN Jateng Pati membuka dua jurusan. Agrobisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Teknik Body Otomotif. Tiap jurusan dibatasi 24 siswa. Totalnya jadi 48 tiap angkatan. Semua siswa yang diterima wajib tinggal di asrama, makan 3 kali, ada tim medis. Asrama dibagi dua bagian, yakni putra dan putri.

"Semua free. Kami menyediakan 6 pamong di asrama plus tim medis kalau ada yang sakit," tambahnya.

Menjadi kepala sekolah boarding, kata Hardo, bukan tugas yang mudah. Dia menerapkan teknik pengajaran pada siswa-siswi tidak seperti sekolah reguler pada umumnya. Poin utamanya adalah parenting alias mengasuh.

"Mereka tinggal di asrama, jarang bertemu orangtua, bahkan ada yang nyuwun sewu, orangtua sudah meninggal alias yatim piatu. Mereka butuh pengasuhan, kepedulian lebih. Apalagi mereka merupakan keluarga tak mampu. Saya menempatkan diri sebagai orangtua mereka, sehingga mereka merasa nyaman, aman, betah di asrama," tutur dia.

Soal mempersiapkan para siswanya bakalan minat di dunia pekerjaan apa, Hardo mengungkap strateginya. Dia intens melakukan wawancara per siswa dari kelas 1 hingga kelas 3. Hardo selalu menanyakan minat siswa di bidang apa. Apakah selepas lulus mau langsung kerja atau melanjutkan kuliah?

Minat siswa yang ingin lanjut bekerja pun tidak sedikit. Pasalnya, mereka tidak mempunyai dana untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Pilihan satu-satunya ialah lanjut bekerja.

Lalu bagaimana cara Hardo mengasuh para siswanya siap bekerja? Selain memberikan dasar pendidikan sesuai jurusan yang dipilih, rupanya SMKN Jateng memiliki jaringan ikatan dinas yang cukup luas berkat para alumni. Kebanyakan alumni SMKN Jateng berprestasi di perusahaan, hal itu meningkatkan kepercayaan perusahaan soal perekrutan selanjutnya.

"Lulusan kami atitudenya semua baik, nyuwun sewu lagi ya, karena mereka berasal dari keluarga tidak mampu, yang harus membuktikan bahwa dirinya layak diterima kerja untuk mengubah nasib orangtuanya. Semangat itulah yang diperlukan," tambah Hardo.

Hardo menambahkan ada kerjasama dengan JIAEC untuk lulusan yang ingin mendapat pekerjaan di Jepang. Semula, lulusan yang ingin magang di JIAEC tidak dikenai biaya. Namun berlalunya waktu, kini kebijakan magang di JIAEC dibutuhkan biaya Rp 5 juta.

Tak habis ide, Hardo pun mencari cara agar para siswa memiliki tabungan untuk mendaftar magang di JIAEC. Caranya adalah dengan memilihkan perusahaan untuk PKL siswa yang berbayar.

"Saya tidak malu dikata ngemis-ngemis ke perusahaan buat siswa. Saya carikan perusahaan yang menerima PKL dengan bayaran, biar apa? Biar mereka ada tabungan kalau mau magang ke Jepang," urainya.

Rupanya usaha Hardo membuahkan hasil. Dia mendapat beberapa perusahaan yang bersedia membayar PKL dari SMKN Jateng Pati sebulan Rp 1,3 juta. Hardo pun berkoordinasi dengan perusahaan agar tidak memberikan langsung bayaran itu ke siswa. Namun dengan cara memberikan saat akhir masa PKL 6 bulan. 

Sebelum menutup obrolan, Hardo menyampaikan hal yang dirasanya penting. Dia menilai program Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mempelopori 3 sekolah boarding sangatlah keren.  

"Danane ora sitik mas, gedhe, memprakasai itu selama tiga tahun beliau sudah top. Namun, usul saya, dibangunlah sebuah jembatan kecil yang dihubungkan dunia usaha bahkan institusi seperti TNI Polri. Keterserapan SMKN Jateng itu 85 persen, supaya jadi 100 persen tolong TNI Polri bisa memilih anak-anak SMKN Jateng yang bagus-bagus tapi miskin. Kalau jembatan ini bisa dibangun, Pak Ganjar saya jempoli dua," tandasnya. (dna)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved