Berita Jateng
Kisah Sukses Alumni SMKN Jateng Pati Kerja di Jepang, Gajinya Bikin Full Senyum, Ubah Nasib Orangtua
Kisah sukses alumni SMKN Jateng Pati angkatan II bernama Mohammad Safii Anshori di Jepang yang kini mampu mengubah nasib finansial orangtua.
Penulis: Daniel Ari Purnomo | Editor: Daniel Ari Purnomo
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMKN Jateng lebih awal 3 bulan dibuka dibanding PPDB reguler.
"Kami tidak menerapkan zonasi. Wilayah Cilacap sampai Blora bisa masuk," jelas Hardo, sapaannya.

Penyeleksian siswa pun meliputi administratif dan akademis. Hardo menjelaskan ada tugas tambahan yang membutuhkan tenaga ekstra dalam proses penyeleksian administrasi, yakni matching data. Pihak sekolah harus memastikan calon siswanya benar-benar dari keluarga tak mampu. Bagaimana caranya?
"Yang pasti kami harus mendatangi satu per satu rumah calon siswa, memastikan ke RT, RW dan itu yang paling berat. Bayangkan, dari Cilacap sampai Blora yang daftar, butuh tenaga ekstra dalam hal ini," kata dia.
SMKN Jateng Pati membuka dua jurusan. Agrobisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Teknik Body Otomotif. Tiap jurusan dibatasi 24 siswa. Totalnya jadi 48 tiap angkatan. Semua siswa yang diterima wajib tinggal di asrama, makan 3 kali, ada tim medis. Asrama dibagi dua bagian, yakni putra dan putri.
"Semua free. Kami menyediakan 6 pamong di asrama plus tim medis kalau ada yang sakit," tambahnya.
Menjadi kepala sekolah boarding, kata Hardo, bukan tugas yang mudah. Dia menerapkan teknik pengajaran pada siswa-siswi tidak seperti sekolah reguler pada umumnya. Poin utamanya adalah parenting alias mengasuh.
"Mereka tinggal di asrama, jarang bertemu orangtua, bahkan ada yang nyuwun sewu, orangtua sudah meninggal alias yatim piatu. Mereka butuh pengasuhan, kepedulian lebih. Apalagi mereka merupakan keluarga tak mampu. Saya menempatkan diri sebagai orangtua mereka, sehingga mereka merasa nyaman, aman, betah di asrama," tutur dia.
Soal mempersiapkan para siswanya bakalan minat di dunia pekerjaan apa, Hardo mengungkap strateginya. Dia intens melakukan wawancara per siswa dari kelas 1 hingga kelas 3. Hardo selalu menanyakan minat siswa di bidang apa. Apakah selepas lulus mau langsung kerja atau melanjutkan kuliah?
Minat siswa yang ingin lanjut bekerja pun tidak sedikit. Pasalnya, mereka tidak mempunyai dana untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Pilihan satu-satunya ialah lanjut bekerja.
Lalu bagaimana cara Hardo mengasuh para siswanya siap bekerja? Selain memberikan dasar pendidikan sesuai jurusan yang dipilih, rupanya SMKN Jateng memiliki jaringan ikatan dinas yang cukup luas berkat para alumni. Kebanyakan alumni SMKN Jateng berprestasi di perusahaan, hal itu meningkatkan kepercayaan perusahaan soal perekrutan selanjutnya.
"Lulusan kami atitudenya semua baik, nyuwun sewu lagi ya, karena mereka berasal dari keluarga tidak mampu, yang harus membuktikan bahwa dirinya layak diterima kerja untuk mengubah nasib orangtuanya. Semangat itulah yang diperlukan," tambah Hardo.
Hardo menambahkan ada kerjasama dengan JIAEC untuk lulusan yang ingin mendapat pekerjaan di Jepang. Semula, lulusan yang ingin magang di JIAEC tidak dikenai biaya. Namun berlalunya waktu, kini kebijakan magang di JIAEC dibutuhkan biaya Rp 5 juta.
Tak habis ide, Hardo pun mencari cara agar para siswa memiliki tabungan untuk mendaftar magang di JIAEC. Caranya adalah dengan memilihkan perusahaan untuk PKL siswa yang berbayar.
"Saya tidak malu dikata ngemis-ngemis ke perusahaan buat siswa. Saya carikan perusahaan yang menerima PKL dengan bayaran, biar apa? Biar mereka ada tabungan kalau mau magang ke Jepang," urainya.