Berita Jateng

Kisah Kusmawireja Ikut Perang Kemerdekaan di Purbalingga, Kini Masih Hafal Lagu Wajib Jepang

Kusmawireja pejuang kemerdekaan RI yang masih hidup hingga kini. Kusmwireja asal Purbalingga, sempat ikut pelatihan militer, hafal lagu wajib Jepang

Humas Pemkab Purbalingga
H. Kusmawireja, pejuang kemerdekaan Republik Indonesia asal Desa Karangcegak Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, saat berada di rumahnya, Selasa (16/8/2022). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Pejuang kemerdekaan Republik Indonesia pernah bermarkas di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, tepatnya di rumah H. Kusmawireja

Rumah yang berada dekat kebun rindang di Dusun IV RT 18/RW 8, Karangcegak itu nampak asri khas pedesaan yang berada di kaki Gunung Slamet.

H. Kusmawireja yang lahir sekitar 1920-an masih nampak sehat didampingi putra-putrinya.

Menurut putra ketiganya, Sakirin, ayahnya sering bercerita tentang masa perjuangan mempertahankan tanah air dari penjajahan Jepang dan Belanda. 

Sakirin yang menjadi juru bicara pun menuturkan bahwa saat remaja H. Kusmawireja mengikuti pendidikan militer yang digelar oleh Jepang.

"Pada masa pendudukan Jepang bapak saya masih remaja yang kemudian dilatih kemiliteran, sampai sekarang masih hafal lagu-lagu wajib Jepang," tutur Sakirin kepada Tribunbanyumas.com, dalam rilis, Rabu (17/8/2022). 

Sakirin menceritakan, dulu wilayah perjuangan ayahnya selain Purbalingga juga meliputi Purwokerto, Cilongok, dan Ajibarang. 

Ayahnya sendiri bertugas membawa senjata dan ransel para pejuang yang lain. 

Beberapa senjata dan ransel ia panggul sendiri dengan penuh keikhlasan dan semangat juang demi kemerdekaan Indonesia.

"Setelah Jepang pergi dari Indonesia, Belanda datang lagi, saat berjuang melawan Belanda, markas besarnya para pejuang di rumah ini," ujarnya.

Pada saat itu, lanjut Sakirin, H. Kusmawireja di bawah pimpinan Kolonel Infanteri Poedjadi Djaring Bandapoedja dalam agresi militer Belanda kedua. 

Diceritakan, ayahnya bersama para pejuang yang lain pernah menghadang kereta api yang mengangkut logistik Belanda di Ajibarang.

"Setiap pulang dari perjuangan ayah saya diperintahkan untuk menyembunyikan senjata dengan menggali tanah di kebun bambu kemudian ditutup kembali dengan dedaunan," lanjutnya.

Pada saat pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), H. Kusmawireja ditangkap di Kedung Banteng Purwokerto dengan dugaan sebagai mata-mata DI. 

Pada saat itu, apabila dalam waktu sehari semalam tidak ada pejabat setempat yang menjemput maka akan dieksekusi hingga akhirnya Penatus Karangcegak menjemput dan membebaskannya.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved