Berita Jateng
Kisah Warga Karangdowo Kendal, Banyak yang Membangun Bisnis, Kini Jadi Sentra Perdagangan
Warga Karangdowo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal dikenal kegigihannya dalam membangun bisnis perdagangan dari nol, hingga jadi sentra perdagangan.
Penulis: Saiful MaSum | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, KENDAL - Perjuangan tak kenal lelah pernah dijajaki warga Karangdowo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal.
Dalam beberapa puluh tahun ke belakang, perekonomian masyarakat sekitar jauh dari level menengah.
Tak banyak warga yang memiliki mata pencaharian mapan, meskipun Karangdowo terletak tak jauh dari pusat Kecamatan Weleri.
Kondisi berubah, penduduknya kini mampu menyulap perekonomian masyarakat sekitar meningkat tajam, taraf hidup masyarakat pun terus mengalami pertumbuhan.
Semua itu terjadi tidak terlepas dari kegigihan dan ketekunan warga Karangdowo dalam membangun bisnis perdagangan dari nol, hingga menjadi sentra perdagangan di Kecamatan Weleri.
Baca juga: Cerita Syekh Jangkung dan Riwayat Desa Kaliputu sebagai Sentra Produsen Jenang Terbesar di Kudus
Baca juga: Satpol PP Jateng Apresiasi Kota Semarang Tegas Lakukan Pengawasan Hewan Kurban Saat Wabah PMK
Baca juga: Ihwal Seleksi Pengganti Harry Azhar, PB PMII Ingatkan DPR RI: Setop Isi BPK dengan Mantan Politisi
Di antaranya, perdagangan kain, elektronik, kebutuhan rumah tangga, kuliner, dan aneka jenis usaha lainnya.
Pemerintah desa mencatat, 70 persen dari total penduduk 2.200-an jiwa berprofesi sebagai pelaku usaha (pedagang).
Sisanya menjadi pegawai, petani, dan beberapa jenis profesi lainnya.
Tingkat pendidikan warga juga tergolong cukup bagus, mulai dari jenjang SMA hingga sarjana.
Modal ini menjadi dasar pendukung pesatnya kemajuan perdagangan di wilayah Karangdowo.
Didukung dengan program pemerintah desa yang difokuskan pada peningkatan usaha masyarakat. Di antaranya, akses lalu lintas, pemasaran, hingga program digitalisasi yang menjangkau lapisan terjauh dari pusat pemerintahan desa.
Perjuangan warga dalam mendukung desa mandiri terjadi sejak belasan hingga puluhan tahun.
Di antaranya adalah Salafudin (50) dan Ruminah (39) yang berprofesi sebagai pedagang kain dan perlengkapan rumah tangga.
Salafudin merintis usaha kainnya sejak 1995 dengan berjualan keliling. Bermodalkan sepeda motor butut, ia harus mencari pembeli ke luar desa dengan mendatangi pasar-pasar kecil hingga pengajian.
Semua itu dilakukan berlangsung selama lima tahun agar roda dagangnnya bisa berputar.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/stok-barang-306.jpg)