Berita Kudus

Mengenal Syekh Abdul Hamid, Ulama Berdarah Kudus Mengisi Belantika Keilmuan Islam di Makkah

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: Yayan Isro Roziki
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEMINAR SYEKH ABDUL HAMID - para peserta seminar tengah menyaksikan tampilan layar bergambar Syekh Abdul Hamid dalam seminar bertajuk Syaikh Abdul Hamid Kudus dan Jejak Ulama Nusantara dalam Belantika Keilmuan Islam di Pendopo Kudus, Miggu (13/7/2025). (Foto: Tribunjateng/Rifqi Gozali).

Kemudian di bidang fiqih ada kitab karya Abdul Hamid berjudul al-Anwar al-Saniyyah fi Syarh al-Durar al-Bahiyyah dan di bidang teologi terdapat kitab karyanya berjudul Irsyad al-Mubtadi fi Syarh Kifayah al-Mubtadi. Selain beberapa judul tersebut masih ada beberapa kitab lain karyanya.

Ulama moncer lengkap dengan berbagai karya berupa kitab tersebut memang tidak banyak yang tahu kalau dia berdarah Kudus.

Abdul Hamid ini semula dianggap sebagai orang Yaman. Hal itu diperkuat dengan adanya petunjuk dari sejarawan Yaman bernama Ustaz Abdul Malik.

Namun belakangan, pendapat tersebut terbantah. Kata Nanal, di dalam salah satu karya Abdul Hamid berjudul Irsyad al-Mubtadi di dalamnya tertulis bahwa Abdul Hamid merupakan anak seorang ulama bernama Muhammad Ali bin Abdul Qodir al-Khotib bi Jami’ Baladil Quds.

Al-Khotib di situ semula dianggap marga orang Yaman. Namun belakangan al-Khotib merupakan atribusi yang melekat pada diri kakek Abdul Hamid yang bernama Abdul Qodir yang merupakan seorang khatib di Masjid Menara Kudus.

Pertalian dengan Nusantara

Meski lahir dan tumbuh di Makkah, semasa hidupnya Abdul Hamid masih memiliki pertalian dengan Nusantara.

Para pegiat di Nahdlatut Turots menemukan sejumlah tulisan Arab berbahasa Jawa atau Arab pegon sebagai pada beberapa manuskrip kitab milik Syekh Abdul Hamid. Bukti ini semakin menguatkan bahwa Abdul Hamid merupakan asli Kudus. Sebuah wilayah di Pantura Jawa Tengah.

Kemudian yang tidak kalah penting, Abdul Hamid juga memiliki keterikatan dengan sejumlah tokoh di Jawa.

Misalnya, dia pernah menulis sebuah kitab berisi tentang tarekat Samaniyah. Kitab tersebut ditulis setelah diminta oleh seorang Penghulu Tafsir Anom dari Solo.

“Kami juga menemukan bukti surat yang dikirimkan Syekh Abdul Hamid kepada Kiai Mas Nawawi Sidogiri. Dan di Maktabah Hasyim Asy’ari ternyata memang ada beberapa kitab Syekh Abdul Hamid,” kata dia.

Melihat sepak terjang ulama berdarah Kudus yang dikenal di Makkah lengkap dengan berbagai karyanya harus menjadi perhatian generasi sekarang.

Apalagi, ada beberapa warisan tertulis berupa manuskrip yang layak untuk dipertahankan.

Maka dari itu Nanal berharap semangat untuk menguak lebih dalam manuskrip lama peninggalan ulama terdahulu di Nusantara harus menjadi perhatian para santri yang saat ini masih mengeyam pendidikan di pesantren. 

Bila perlu harus ada upaya menyelamatkan manuskrip sebagai bentuk menjaga warisan atas peninggalan ulama terdahulu.

Halaman
123