Namun, Gus Muhdlor lolos dari sergapan dan kemudian menghilang.
“Pada hari H kami sesungguhnya kami juga langsung secara simultan melakukan proses, berupaya menemukan yang bersangkutan di hari-hari dari Kamis sampai Jumat tersebut,” kata Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Ghufron dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024) lalu.
Dalam perjalanannya, ekspose atau gelar perkara hasil OTT itu berlangsung alot.
Sejumlah pihak di KPK disebut ingin menyerahkan kasus Gus Muhdlor ke aparat penegak hukum lain karena barang bukti dalam OTT itu dinilai kecil.
Akhirnya, dalam waktu 1 x 24 jam KPK hanya menetapkan Siska sebagai tersangka.
“Jadi bahwa ekspose alot, rata-rata alot, termasuk yang ini begitu,” kata Ghufron.
Beberapa hari setelah menghilang, Gus Muhdlor semakin menjadi sorotan karena ia mengubah dukungan politiknya.
Sebelum OTT, Gus Muhdlor merupakan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Berasal dari keluarga pesantren, Gus Muhdlor memang tercatat sebagai kader Partai Kebagnkitan Bangsa (PKB) yang mengusung pasangan nomor urut 1 itu.
Namun, pada Kamis, 1 Februari 2024 Gus Muhdlor muncul dalam acara deklarasi dukungan ke pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Deklarasi digelar di pesantren keluarganya, Bumi Shlawat, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Dalam deklarasi itu ia memuji-muji kinerja Presiden Joko Widodo dan menyebut Prabowo menjadi penerusnya.
"Kalau Pak Jokowi sudah berhasil maka otomatis harus dilanjutkan pembangunannya, yang bisa melanjutkan, yang merepresentasikan. Yang menggambarkan Jokowi hari ini adalah Pak Prabowo," kata dia.
KPK Akui OTT Tidak Sempurna
Kasus korupsi di Sidoarjo itu pun berlarut-larut karena KPK lama sekali tidak kunjung menetapkan Gus Muhdlor sebagai tersangka.