Jejak Sejarah

Masjid Menara Kampung Melayu, Usianya 221 Tahun, Perpaduan Arsitektur Arab, Melayu dan Jawa

Penulis: Budi Susanto
Editor: Muhammad Olies
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Menara yang ada di Kampung Melayu Kota Semarang, masjid tersebut berdiri pada 1802 hingga kini Masjid Menara berusia 221 tahun, Rabu (8/3/2023).

Pengelola Masjid Menara, Ali Mahsun mengatakan Masjid Menara memiliki makna penting bagi masyarakat Kampung Melayu.

Hal itu dapat dilihat pada bulan ramadhan, di mana masyarakat berkumpul untuk menggelar ibadah bersama.

Selain kurma dan kue, ada tradisi turun temurun yang digelar di Masjid Menara saat ramadhan.

"Di Masjid Menara setiap bulan puasa disediakan kopi Arab. Hal itu sudah dilakukan sejak Masjid Menara awal berdiri," tutur Ali Mahsun, Rabu (8/3/2023).

Baca juga: Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Dibuka 28 Februari Ini, Khusus Ramadan Ada Lima Imam dari UEA

Baca juga: Marak Aksi Makelar Proposal Bantuan Masjid di Jepara hingga Pati Raya, Baznas Jateng: Itu Penipuan

Baca juga: DMI Jateng Keluarkan Imbauan Bagi Parpol, Multazam: Masjid Bukan Tempat Untuk Kampanye 

Dikatakannya, kopi Arab berisi berbagai macam rempah, seperti jahe, kapulaga, daun pandan, pala, cengkeh, kayu manis, sereh.

Selain menyediakan kopi Arab, saat Idul Fitri kotbah di Masjid Menara juga menggunakan bahasa Arab.

"Hal itu sudah dilakukan dari dulu dan masih dijaga sampai sekarang," katanya.

Diceritakannya, saat Ali masuk pertama kali ke Masjid Menara, tangga yang ada masih berjumlah 12.

Karena di wilayah Kampung Melayu sering dilanda banjir, kawasan Masjid Menara ditinggikan.

Alhasil Masjid Menara yang dulu dua lantai, kini menjadi satu lantai.

"Sembilan anak tangga hilang karena dilakukan peninggian. Bangunan lantai dasar dulu digunakan untuk istirahat para musafir dari berbagai daerah," tuturnya.

Meski demikian ia berujar, bangunan utama dan menara yang ada di Masjid Menara masih asli seperti awal berdiri.

Empat tiang penyangga yang ada di dalam masjid juga tidak pernah dirubah, selain itu aksen kayu hingga atap masih aslinya.

"Kalau menara ada dua versi, yang pertama untuk mengumandangkan adzan. Versi kedua sebagai pos pantau, karena dulu banyak kapal yang bersandar di Kali Semarang," imbuhnya.

Kopi Arab Selalu Ditunggu Masyarakat

Halaman
123