Berita Banyumas

Kopipo Banyumas Kembali Ekspor Gula Kristal ke AS dan Eropa setelah Bangkit dari 'Mati Suri'

Koperasi Integrasi Petani Organik (Kopipo) Bnayumas yang sempat mati suri kini kembali bangkit mengekspor gula kristal ke Eropa dan Amerika Serikat

TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
PRODUKSI GULA KRISTAL - Menteri Perdagangan Budi Santoso dan Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto saat melihat proses produksi gula kelapa kristal di BUMDes Kabul Ciptaku, Desa Langgongsari Kecamatan Cilongok, Kabupten Banyumas, Kamis (1/5/2025). 

TRIBUNMURIA.COM, BANYUMAS - Koperasi Integrasi Petani Organik (Kopipo) yang sempat mati suri kini kembali bangkit. Ekspor gula kristal ke Eropa, Amerika Serikat, dan berbagai negara lain menjadi penanda bangkitnya Kopipo.

Eksistensi Kopipo sempat mengalami pasang surut, bahkan sempat tenggelam oleh keadaan. Kopipo menjadi satu di antara koperasi di Kabupaten Banyumas yang mampu bertahan  dan kini tengah meniti sukses.

Koperasi yang ada di Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu menjadi wadah bagi petani kelapa. Kopipo bergerak di bidang produksi gula kelapa kristal atau gula kristal.

Berdiri sejak 2018, Kopipo mengalami pasang surut usaha. Apalagi, saat pandemi Covid-19 melanda dan menghantam bisnis ekspor pada 2020, Kopipo memilih vakum lantaran mereka kesulitan melempar produk ke pasar.

Namun, sejak 2023, mereka bangkit secara luar biasa. Kopipo kembali berproduksi dan mengekspor gula kelapa ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara lain.

"Kini, produksi kami bisa sampai 15 ton gula kristal per hari, dari sebelumnya hanya 2 ton pada 2018/2019. Jumlah awal anggota kami hanya 246 petani hingga sekarang berkembang mencapai 2.052 petani," ujar pembina Koperasi Kopipo, Suntoro, Selasa (20/5). 

Suntoro mengatakan, gula kristal produksi Kopipo dipasarkan ke Eropa, Kanada, UEA, dan Arab Saudi melalui PT Integral Mulia Cita. Dengan harga Rp23 ribu per kilogram dan volume produksi 15 ton, omzet harian Kopipo bisa mencapai Rp345 juta.

Perluas keanggotaan

Kini, keanggotaan Kopipo tersebar di beberapa wilayah kecamatan di Banyumas. Di antaranya Kecamatan Purwojati, Ajibarang, Cilongok, Gumelar, hingga Sumpiuh. 

Kopipo juga menanggung iuran BPJS Ketenagakerjaan seluruh anggotanya dari sisa hasil usaha koperasi. Sebagai koperasi yang beranggotakan petani kelapa, jatuh dari pohon kelapa merupakan kecelakaan tak terelakkan.

"Dalam satu bulan, kecelakaan kerja bisa mencapai 20 kasus dan koperasi mengeluarkan dana Rp10 juta untuk menanggungnya. Kami tetap tanggung jawab," ucapnya.

Untuk menekan risiko kecelakaan kerja ini, Kopipo berusaha mencari bantuan tanaman kelapa yang lebih rendah atau pohon kelapa genjah. Bersama koperasi lain yang bergerak di bidang yang sama, mereka menerima 6.000 bibit kelapa genjah dari Pemkab Banyumas.

Manfaat lain yang diterima petani gula kelapa anggota Kopipo adalah harga jual. Di Kopipo, anggota bisa menjual gula kristal kelapa organik seharga Rp23 ribu per kilogram.

Harga ini lebih mahal Rp5 ribu ketimbang mereka mencetak dan menjual di pasaran. Dalam sehari, para petani rata-rata menyetorkan 5 kilo gula kristal kelapa organik ke koperasi.

Suntoro mengakui, membina ribuan anggota yang merupakan petani gula kelapa bukanlah hal mudah. Ia mengatakan, usaha ekspor mereka sempat terhenti karena ulah nakal segelintir anggota.

Mereka sempat kehilangan sertifikasi organik karena ada anggota "nakal" yang mencampur produk dengan gluten. Kondisi ini membuat mereka sadar pentingnya menjaga kualitas dan kemurnian produk sesuai dengan usaha yang mereka usung.

"Kopipo bangkit dan terus mengingatkan anggota untuk menjaga kemurnian gula kelapa yang dibuat dan menggunakan pupuk organik," ujarnya.

Kini, Kopipo tengah menapaki kembali jalan meraih sertifikasi organik. Suntoro berharap, Kopipo dapat terus berkembang dan menyejahterakan anggota. 

Pengamat Koperasi sekaligus akademisi dari Universitas Jenderal Sudirman (Unsoed) Purwokerto, Dicky Satria Ramadhan, mengatakan digitalisasi adalah hal penting yang perlu dilakukan agar koperasi tetap eksis. Selain itu, terus menggali potensi ekonomi untuk meraih peluang yang bisa diciptakan.

"Para pengurus koperasi diharapkan adalah dari kalangan pemuda yang melek digital. Selain itu, agar koperasi tetap berjalan dengan sehat, audit rutin harus dilakukan," ucapnya. (jti)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved