Jajanan Anak Latiao
Petaka Latiao Jajanan Anak dari China, Picu Keracunan Massal, Peredarannya Disetop BPOM
Jajanan anak dari China, Latiao, memicu keracunan massal di berbagai daerah. BPOM setop peredaran jajanan anak dengan rasa kenyal dan gurih ini.
Jajanan anak dari China, Latiao, memicu keracunan massal di berbagai daerah. BPOM setop peredaran jajanan anak dengan rasa kenyal dan gurih, dari Provinsi Henan, Tiongkok, ini.
TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Jajanan anak Latiao dari China memicu keracunan massal anak-anak di berbagai daerah, hingga sejumlah korban terkapar di rumah sakit.
Latiao merupakan jajanan impor dari Tiongkok yang mempunyai tekstur kenyal dan rasa pedas gurih.
Jajajan dari Provinsi Henan, China, ini belakangan populer di kalangan anak-anak dan remaja di banyak daerah di Indonesia.
Setelah memicu keracunan massal di beberapa daerah, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetop peredaran seluruh produk Latiao dari pasaran.
BPOM menyebut, langkah ini penting dilakukan guna melindungi kesehatan publik, menyusul Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBKP) di sejumlah tempat.
Kepala BPOM Taruna Ikrar ungkap langkah penghentian ini dikarenakan pihaknya menerima laporan keracunan akibat Latiao, pangan olahan asal China.
Makanan ini terbuat dari tepung terigu atau gandum, minyak cabai, air, garam, cabai merah, penyedap rasa, dan bahan-bahan lainnya.
Setelah dicampur, bahan-bahan tersebut dipanaskan dengan suhu tinggi dan dibentuk menjadi lembaran yang digulung hingga menjadi seperti stik.
Latiao memiliki rasa pedas dan gurih, serta tekstur yang elastis saat digigit.
Rasanya sedikit mirip dendeng, sehingga cocok dimakan sebagai cemilan saat senggang atau penundaan lapar. Latiao juga bisa dimakan dengan bir sebagai minuman pelengkap.
Laporan keracunan ini didapat dari tujuh wilayah yaitu Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, dan Pamekasan.
"Hasil pengujian laboratorium berdasarkan pengujian terhadap produk yang diduga menyebabkan KLBKP kami menemukan indikasi kontaminasi bakteri Bacillus Cereus," kata Taruna pada konferensi pers virtual di kanal YouTube BPOM, Jumat (1/11/2024).
Bakteri tersebut, lanjut Taruna, menyebabkan gejala-gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, seperti yang dilaporkan para korban.
Pihaknya pun memeriksa sarana peredaran yakni gudang importir dan distributor.
Menteri ATR Sebut 60 Keluarga Kuasai Hmapir 50 Persen Tanah Indonesia, LSKB: Distribusikan |
![]() |
---|
Kolaborasi YLPKGI dan Muhammadiyah Resmikan SPPG, Arsjad Rasjid: Penggerak Ekonomi Lokal |
![]() |
---|
Aktivis Muda Nahdliyin Sayangkan Keterlibatan PBNU dalam Industri Tambang Ekstraktif |
![]() |
---|
Peluang Industri Kripto pada Paruh Kedua 2025, Upbit Soroti Pengaruh Tiga Faktor Utama Ini |
![]() |
---|
Bupati Temanggung Temui Sopir Truk yang Blokade Jalan soal ODOL: Kami Hara Ruang Dialog Terbuka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.