Berita Nasional

Nestapa Nasib Petani 'Menunggu Mati': Tak Ada Perhatian Serius Pemerintah, Krisis Regenerasi

Nasib petani hidup segan mati tak mau, tinggal menunggu mati karena tak ada regenerasi. Pemerintah tak serius memperhatikan nasib petani.

SHUTTERSTOCK/GNOMEANDI
Ilustrasi petani sedang memanen padi di sawah. 

TRIBUNMURIA.COM, GARUT - Nasib petani kian terjepit dari hari ke hari, meski saat harga beras melambung tinggi.

Tak ada perhatian serius dari pemerintah, tak ada regenerasi karena sektor pertanian dipandang tak menarik lagi.

Nasib petani pun kian nestapa 'menunggu mati'.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Garut, Jawa Barat, Endang Solihin mengatakan, menjadi petani saat ini bukan pilihan terbaik bagi banyak orang.

Jika ada pekerjaan yang lebih baik, banyak petani pasti lebih memilih bekerja di sektor lain.

“Memang tidak menguntungkan. Padahal kalau dibilang modal, tidak kalah sama pedagang."

"Petani perlu lahan (sawah) yang sekarang harganya sudah tinggi."

"Belum lagi biaya operasi buat pupuk dan ongkos kerja,” kata Endang saat ditemui di Kelurahan Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Selasa (5/3/2024).

Tak ada regenerasi

Endang menyebut, saat ini hampir 60 persen masyarakat Garut berprofesi sebagai petani padi. Namun, hal itu karena memang tidak ada pilihan.

Selain itu, banyak generasi muda tidak melirik profesi ini karena tak menguntungkan.

Contohnya saja, meski harga beras saat ini naik, tapi para petani di Garut belum bisa mendapat untung karena mereka baru memasuki musim tanam.

Diperkirakan pertanian di Garut mulai memasuki masa panen pada akhir Maret atau awal April. Namun, harga beras bisa jadi sudah turun.

Di mana pemerintah?

Endang menyoroti kurangnya keberpihakan pemerintah kepada petani.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved