Bank Jepara Artha
Terseret Kredit Bermasalah BPR Bank Jepara Artha, Gerindra: Koperasi Garudayaksa Sudah Dibekukan
Gerindra membantah terlibat dalam pusaran kredit bermasalah BPR Bank Jepara Artha, sebab Koperasi Garudayaksa yang disebut terima dana sudah dibekukan
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Yayan Isro Roziki
- Partai Gerindra terseret kasus kredit bermasalah BPR Bank Jepara Artha, melalui aliran dana yang diduga diterima dari Koperasi Garudayaksa Nusantara (KGN).
- Gerindra Jateng membantah terlibat dalam pusaran kredit bermasalah BPR Bank Jepara Artha, sebab Koperasi Garudayaksa yang disebut menerima aliran dana sudah dibekukan.
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Isu kolaps yang mendera PT BPR Bank Jepara Artha hingga kini masih menjadi perbincangan hangat berbagai elemen masyarakat.
Meski pihak manajemen hingga Pemkab Jepara selaku pemilik Bank Jepara Artha berulangkali menegaskan, lembaga keuangan ini berada di bawah tanggungan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), namun tetap tak menyurutkan ribuan nasabah untuk menarik uangnya.
Belakangan ini, kisruh di Bank Jepara Artha dikaitkan dengan urusan politik, terlebih sekarang ini merupakan masa kampanye Pemilu 2024.
Baca juga: Gerindra Terseret di Balik Kabar Kolapsnya BPR Bank Jepara Artha, Dana Pinjaman untuk Kampanye
Baca juga: BPR Bank Jepara Artha Dikabarkan Kolaps, Warga Ramai-ramai Ingin Tarik Tabungan tapi Tak Bisa
Hal ini seiring munculnya nama MIA yang disinyalir menjadi salah satu pihak yang menjadi biang masalah ini.
MIA dikaitkan dengan Partai Gerindra. Berdasar data jejak digital, MIA memang tak hanya seorang pengusaha, ia juga tercatat sebagai tim sukses calon legislatif (caleg) dari Partai Gerindra.
Pada Pemilu 2019 misalnya, ia menjadi tim sukses Pratitis Mukti Tami yang merupakan caleg Partai Gerindra dengan nomor urut tiga di Daerah Pemilihan (Dapil) V Jawa Tengah yang meliputi Klaten, Boyolali, Solo, dan Sukoharjo.
Wakil Ketua DPD Gerindra Jateng Ari Wachid angkat suara terkait persoalan ini.
Saat dikonfirmasi, Ari Wachid menegaskan jika MIA bukan kader, apalagi pengurus struktural Partai Gerindra.
"Selama saya jadi kader Gerindra sejak 2008 sampai sekarang ini, tidak pernah dengar nama MIA," kata Ari Wachid, Sabtu (23/12/2023).
Menurutnya, status MIA yang pernah menjadi tim sukses dari caleg Partai Gerindra tak secara otomatis menegaskan jika ia merupakan kader apalagi pengurus parpol berlambang burung Garuda ini.
"MIA bukan pengurus partai. Yang dilakukannya itu juga perbuatan atas nama pribadi," jelasnya.
Seperti diketahui, persoalan yang mendera BPR Jepara Artha muncul ke permukaan seiring temuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ada 35 debitur yang persyaratan jaminannya bermasalah.
Terdapat sekitar 70 hingga 80 bidang agunan yang proses balik nama dan jual beli ke nama debitur belum selesai.
Kondisi itu dianggap bermasalah oleh OJK dan dianggap mengkhawatirkan.
Rata-rata debitur ini berasal dari luar kota. Seperti Klaten, Jogyakarta, Sleman, Solo dan Wonogiri.
Hasil audit OJK itu juga diperkuat dengan temuan pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
PPATK menemukan kredit yang diduga bermasalah itu mengalir ke sejumlah nama dan lembaga atau perusahaan.
Informasi dari sumber yang tak mau disebut namanya, salah satu nama penerima kredit pinjaman dari Bank Jepara Artha adalah MIA.
Media ini mencoba menelusuri jejak digital MIA. Ia tercatat sebagai Dirut PT Bumi Manfaat Gemilang (BMG).
Perusahaan yang menaungi pabrik penggilingan beras yang berlokasi di Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah ini resmi beroperasi pada Rabu (7/6/2023).
Lokasi PT BMG yang berada di Klaten, 'nyambung' dengan data debitur yang disebut PPATK.
Berdasar informasi dari sumber yang tak mau disebut namanya, MIA menerima kucuran kredit dari Bank Jepara Artha sebesar Rp102 miliar pada kurun waktu 2022-2023.
Dana segar itu mengalir ke 27 rekening debitur.
Tak lama berselang setelah pencairan kredit itu, dilakukan penarikan tunai untuk disetorkan kembali ke rekening MIA dengan jumlah mencapai Rp94 miliar.
Lalu, dana yang masuk ke rekening MIA kemudian dialirkan kembali ke beberapa perusahaan, seperti PT BMG, PT PHN, PT NBM, beberapa individu, serta ada juga yang diduga mengalir ke Koperasi Garudayaksa Nusantara.
Koperasi Garudayaksa Nusantara dibekukan
Terkait dugaan adanya aliran dana dari Bank Jepara Artha ke Koperasi Garudayaksa melalui MIA, Ari Wachid menyatakan hal itu tidak berdasar.
Sebab Koperasi Garudayaksa Nusantara (KGN) sudah dibekukan pada tahun 2019.
Padahal aliran dana dari Bank Jepara Artha ke MIA terjadi beberapa tahun setelah pembekuan itu.
Sehingga tidak logis jika lembaga koperasinya sudah dibekukan tapi masih ada aktivitas usaha, apalagi sampai menerima kucuran dana.
"KGN (Koperasi Garudayaksa Nusantara) seperti di Jepara itu ada dalam kurun waktu 2016 - 2019."
"Dulu kegiatannya ada Warung Garuda dan Angkringan Garuda. Tapi 2019 persisnya setelah pilpres sudah ditutup."
"Jadi kalau ditanyakan apakah ada hubungannya dengan Gerindra atau Pak Prabowo Subianto jelas tak ada."
"Apalagi kalau dilihat dari waktu terjadinya kasus yakni pada 2022 - 2023 jelas tidak ada hubungan dengan kami."
"Secara resmi di tempat kami KGN tidak beroperasi seiring berakhirnya pilpres 2019," tandas Ari Wachid.
Warga kesulitan tarik tabungan
Sebelumnya, H Mahmudi (63) sudah tiga kali bolak balik ke Gedung BPR Bank Jepara Artha (Perseroan) di Jalan A Yani No 62 Pengkol Jepara.
Hal itu dilakukannya sejak Senin - Rabu (18 - 20/12), namun tetap saja keinginannya untuk menarik uangnya di bank pelat merah milik Pemkab Jepara itu belum bisa dilakukan.
Ia hanya dijanjikan dilayani pada 2 Januari 2024. Itupun nominalnya hanya Rp10 juta.
Padahal ia ingin mengambil Rp70 juta dari uang sebesar Rp200 juta yang ditabungnya di BPR Jepara Artha.
"Padahal saya sangat butuh sekali uang itu karena mau ada hajat."
"Petugasnya bilang antrian sudah banyak," kata warga Pakisaji Jepara ini, Jumat (22/12/2023).
Hal serupa juga dialami Anita, guru TK Pertiwi Ujungbatu, Kecamatan Jepara.
Ia juga sudah bolak balik hingga tiga kali, namun uang tabungan anak didiknya sebesar Rp22 juta di BPR Jepara Artha juga belum bisa ditarik.
Anita dijanjikan dilayani pada 19 Januari 2024. Itupun juga sama hanya Rp10 juta yang bisa ditarik.
Anita mengaku mengambil uang tabungan anak didiknya setelah muncul isu BPR Jepara Artha kolaps di sejumlah media sosial yang diikutinya.
"Khawatir saja kalau beneran kolaps bagaimana? Karena ini bukan uang saya, tapi milik anak didik," jelas perempuan berkacamata ini saat ditemui Jumat (22/12/2013).
Isu BPR Jepara Artha kolaps memang berseliweran di medsos sepekan terakhir.
Seiring isu itu, para nasabah berbondong-bondong datang ke gedung bank pelat merah ini untuk menarik uangnya.
Berdasar data yang disampaikan Ubaidur Rohman, petugas pendaftaran penarikan tabungan BPR Jepara Artha, hingga kini sudah ada ribuan nasabah yang bermaksud menarik uangnya.
Namun mayoritas tak bisa langsung dilayani, karena manajemen sudah membuat ketentuan, tiap hari hanya 100 nasabah yang dilayani.
Imbasnya terjadi antrean daftar tarikan nasabah. Hingga Jumat (22/12) daftar antrean sudah ada hingga tanggal 23 Januari 2024.
Jumlah antrean diperkirakan akan terus panjang dan lama. Sebab tiap hari, ada nasabah yang mendaftar ingin menarik uangnya.
"Nasabah ada yang datang pukul 02.00 dini hari. Sehingga pagi hari kuota 100 nasabah itu sudah habis, ini yang mengakibatkan antrean kian panjang," jelas Ubaidur Rohman yang sehari-hari bertugas sebagai Satpam BPR Jepara Artha ini. (*)
Penting! Segera Cek Jumlah Tabungan Nasabah Bank Jepara Artha yang Dijamin LPS, Begini Caranya |
![]() |
---|
Musykil! Penerima PKH di Klaten Jadi Debitur Miliaran Rupiah Bank Jepara Artha, Siapa Terlibat? |
![]() |
---|
Terancam Kolaps, Bank Jepara Artha Jual Aset, Tim Penyehatan: untuk Jaga Likuiditas Perusahaan |
![]() |
---|
Pj Bupati Jepara Minta Warga Tak Panik Tarik Tabungan: Aman, Jepara Artha 'Bank dalam Penyehatan' |
![]() |
---|
Gerindra Terseret di Balik Kabar Kolapsnya BPR Bank Jepara Artha, Dana Pinjaman untuk Kampanye |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.