Resensi Buku

Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik

Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung oleh Mazka Hauzan Naufal: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik

|
TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Foto novel School Nurse Ahn Eunyoung karya Chung Serang dan layar ponsel yang menampilkan salah satu adegan dalam episode pertama serial Netflix "The School Nurse Files". 

"Di tengah kegelapan itu Inpyo menyadari matanya sekarang sudah berbeda dari matanya yang dulu. Karena ketika ia menatap wajah Eunyoung, wajah itu terlihat seolah-olah bercahaya. Tentu saja Eunyoung tidak benar-benar memancarkan sinar, tetapi ketika Inpyo menggenggam tangan Eunyoung sedang tidur atau merangkul wanita itu, Eunyoung terlihat bercahaya ... Wajah bercahaya itu adalah lampu tidur bagi Inpyo." (halaman 264-265)

Kutipan di atas merupakan potongan dari paragraf penutup novel. Sebuah cara yang indah untuk mengakhiri cerita bermuatan pesan moral tentang betapa kecantikan jiwa bisa melampaui kecantikan fisik. Pesan moral ini sangat berharga di tengah-tengah stereotipe yang berkembang tentang masyarakat Korea Selatan yang "konon katanya" sangat mendewakan penampilan fisik.

Pesan moral itu kian sempurna mengingat tokoh Hong Inpyo yang menjadi tandem Eunyoung juga bukan sosok yang sempurna secara fisik. Inpyo diceritakan pernah mengalami kecelakaan sepeda motor saat kecil yang membuatnya jadi cacat permanen. Kakinya pendek sebelah. Tubuh dan wajahnya juga dihiasi bekas-bekas luka.

Ketertarikan Eunyoung kepada Inpyo, lagi-lagi, dipicu oleh hal yang tidak berada di permukaan. Inpyo dilindungi oleh energi spiritual besar. Saking besarnya energi positif itu, Eunyoung bisa mengisi ulang daya spiritual-nya yang terkuras usai menumpas energi jahat hanya dengan menyentuh tangan Inpyo.

Rasa cinta di antara mereka berdua juga bertumbuh seiring perjalanan kerja sama mereka menumpas hal-hal buruk tak kasatmata di SMA M, sekolah tempat Eunyoung bekerja sebagai perawat dan Inpyo sebagai guru Sastra Klasik.

Kisah cinta Eunyoung dan Inpyo menjadi simbolisme apik yang mengandung makna bahwa semestinya orang-orang tidak menjadi "pemuja kecantikan fisik" yang menempatkan keindahan fisik sebagai parameter utama dalam menilai orang lain. Sebaliknya, orang lebih baik fokus pada "kualitas jiwa" orang lain yang merupakan simbol dari sifat kebaikan hati.

Misteri-Misteri yang Tak Terpecahkan

Sebagai novel yang berkisah seputar roh jahat, energi negatif, makhluk tak kasatmata, dan orang mati, School Nurse Ahn Eunyoung boleh dibilang sama sekali tidak menonjolkan keseraman atau suasana horor. Sebaliknya, novel ini justru jenaka dan komikal.

Dari strukturnya, novel ini memang mengingatkan saya dengan komik terkenal asal Jepang, Doraemon (bukan yang seri petualangan). Seperti halnya komik Doraemon yang saya baca saat kecil, novel ini punya cerita-cerita pendek yang berdiri sendiri-sendiri. 

Dalam satu buku, terdapat beberapa judul atau bab yang nyaris tidak saling terkait sebagai satu alur utuh. Meski tetap menampilkan tokoh utama, setiap bab punya cerita yang berdiri sendiri-sendiri dan juga tokoh-tokoh baru yang muncul begitu saja.

Novel ini boleh dibilang lemah dalam "kepadatan struktural", "harmoni antarunsur", "alur cerita", dan juga "koherensi antarbab". Daripada novel dengan cerita yang dibangun setahap demi setahap hingga mencapai konflik puncak dan resolusi, buku ini mungkin lebih mendekati definisi "kumpulan cerpen".

Bahkan, ada bagian dalam buku ini yang menurut saya tidak akan berpengaruh bagi keseluruhan bangunan novel seandainya dihilangkan sama sekali. Bagian tersebut ialah bab berjudul "Guru Bebek, Han Areum". Bagian ini seperti filler yang tidak akan mengganggu alur cerita seandainya dihilangkan.

Bab ini bercerita tentang Han Areum, guru biologi SMA M, dan seekor bebek yang suatu hari muncul tiba-tiba di sekolah. Cerita berputar seputar konflik yang timbul akibat kemunculan bebek itu. Bebek itu jadi primadona di kalangan para siswa, tapi pihak sekolah meminta Han Areum mengembalikannya ke peternakan dekat sekolah. Singkat cerita, secara ajaib bebek itu kembali lagi ke sekolah, diterkam kucing sampai terluka, berhasil diobati, dan berakhir sebagai maskot sekolah selama berpuluh-puluh tahun.

Eunyoung dan Inpyo hanya menjadi tokoh sampingan di bab ini. Mereka hanya muncul sebagai pemeran pembantu bagi Han Areum. Di bab ini tidak ada adegan yang menjadi premis utama novel ini, yakni aktivitas Eunyoung menumpas energi-energi jahat dengan senjata pistol BB dan pedang mainan warna-warni, dibantu Inpyo yang punya energi spiritual besar.

Karena itulah, menurut saya, bab "Guru Bebek" ini cukup mengganggu bagi keseluruhan bangunan cerita dalam novel. Akhir bab ini bahkan punya latar waktu yang jauh melampaui ending novel sekalipun. Dikisahkan, si bebek bertahan jadi maskot sekolah sampai 34 tahun mendatang, lebih lama dari masa kerja Han Areum di SMA M. Jauh menembus masa depan dari kemungkinan latar waktu saat Eunyoung dan Inpyo menumpas sosok naga yang jadi lawan terakhir, final villain mereka.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved