Resensi Buku

Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik

Resensi Buku School Nurse Ahn Eunyoung oleh Mazka Hauzan Naufal: Kecantikan Jiwa Lebih Utama dari Kecantikan Fisik

|
TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Foto novel School Nurse Ahn Eunyoung karya Chung Serang dan layar ponsel yang menampilkan salah satu adegan dalam episode pertama serial Netflix "The School Nurse Files". 

TRIBUNMURIA.COM - “Toh, fashion tidak lagi menyangkut kecantikan umum, tapi menyangkut jiwa.” 

Kata-kata yang diucapkan oleh Raedi di halaman 166 novel "School Nurse Ahn Eunyoung" itu sangat menggambarkan karakter tokoh utama dalam cerita, Ahn Eunyoung si Perawat Sekolah.

Sebagai perempuan yang diberkati dengan kemampuan spiritual untuk membasmi siluman jahat dan energi negatif, Eunyoung agak cuek dan tidak terlalu memedulikan penampilan fisik.

Bahkan Hong Inpyo, tokoh pria yang di akhir cerita menjadi kekasih Eunyoung, digambarkan punya penilaian kurang baik soal penampilan dan selera berbusana Eunyoung. Hal ini antara lain tergambar dari kutipan-kutipan berikut.

"... ia menatap bibir Eunyoung yang kering, pecah-pecah, dan pucat karena warna lipstik yang sudah memudar." (halaman 231)

Deskripsi tentang ciri fisik Eunyoung lainnya juga jauh dari kesan ideal. Mulai dari "tidak terlahir dengan kulit bagus" hingga "rambutnya dipotong asal-asalan".Di halaman 231-232, tokoh Inpyo juga digambarkan tidak menyukai orang yang memilih aksesori fesyen bermotif bunga. Menurut Inpyo, orang yang memilih motif bunga adalah orang tidak berkelas. Padahal, Eunyoung punya banyak item busana bermotif bunga, mulai dari blus, gaun terusan, tas tangan, hingga dompet.

"Eunyoung selalu memilih motif bunga..." (halaman 232)

Deskripsi penampilan fisik dan cara berbusana Eunyoung yang urakan itu banyak dibahas dalam bab akhir novel. Dalam bab berjudul "Berpelukan di Tengah Pusaran Angin" itu, Inpyo diceritakan berkencan dengan Shin Jiyoung, sosok yang cantik secara fisik, anggun, elegan, dan bercita rasa tinggi dalam berbusana.

Tapi tebak, siapa yang di akhir cerita, sesuai judul bab terakhir novel, berpelukan di tengah pusaran angin? Benar, ternyata Inpyo dengan Eunyoung. 

Pada akhirnya, kecantikan jiwa Eunyoung-lah yang membuat Inpyo jatuh hati. Eunyoung yang berpenampilan eksentrik, memakai jas perawat dan kemana-mana menenteng pistol dan pedang mainan untuk membasmi energi-energi jahat, memang lebih fokus pada "jiwa" ketimbang penampilan luar.

Eunyoung punya mata yang bisa menembus jiwa orang lain. Ketimbang penilaian fisik, Eunyoung lebih menilai orang lain dari kualitas jiwa mereka yang terpancar dari ektoplasma, gumpalan mirip jeli yang menggambarkan sifat, kondisi perasaan, hingga kesialan dan keberuntungan orang lain.

Sebagai orang yang bisa melihat jiwa orang lain, kecantikan Eunyoung terpancar dari hatinya yang baik dan tulus. Dia adalah "unsung hero", pahlawan tanpa tanda jasa, yang rela membantu orang lain dengan menumpas energi dan roh jahat, meski tanpa dibayar sepeser pun.

Keikhlasan hati Eunyoung kian terlihat ketika dia dihadapkan dengan Mackenzie si Guru Bahasa Inggris, tokoh antagonis yang juga memiliki kemampuan spiritual istimewa sebagaimana Eunyoung, namun memanfaatkannya untuk melakukan "bisnis gelap".

Kebaikan hati Eunyoung juga menembus batas kehidupan. Dia menjadi sosok yang baik bagi orang lain, entah orang itu masih hidup atau sudah mati. Eunyoung bahkan selama 20 tahun rutin mengunjungi Jeonghyeon, teman masa kecilnya yang berasal dari "dunia lain".

Segala kualitas kecantikan jiwa itulah yang pada akhirnya membuat wajah Eunyoung memancarkan cahaya indah dan lembut bagaikan lampu tidur di mata Inpyo.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved