Berita Pati

Wow! Hampir 11.000 Balita di Pati Derita ISPA selama Januari - Juli 2023, Begini Kata Dinkes

Selama Januari - Juli 2023, hampir 11.000 anak di bawah usia lima tahun (balita) di Pati menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

pixabay.com
Ilustrasi balita penderita infeksi saluran penasaran atas (ISPA). 

Selama Januari - Juli 2023, hampir 11.000 anak di bawah usia lima tahun (balita) di Pati menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berikut rinciannya.

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Pada 2023 ini, terhitung hingga Juli, terdapat total 10.959 anak berusia di bawah lima tahun di Kabupaten Pati yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.561 anak berusia di bawah 1 tahun. Selebihnya, yakni 8.398 anak, berada pada rentang usia 1 sampai kurang dari 5 tahun.

Jumlah anak penderita ISPA yang mendekati 11 ribu anak itu terkategori bukan pneumonia.

Di luar kategori tersebut, hingga Juli 2023 ini tercatat ada 2.287 balita (di bawah usia 5 tahun) yang terjangkit ISPA Pneumonia. 

Kemudian, ada 9 balita yang terkategori Pneumonia Berat.

Data tersebut disampaikan oleh Pengampu Program ISPA pada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, Syamsul Ma'arif, saat diwawancarai TribunMuria.com di ruang kerjanya, Jumat (25/8/2023).

Dia menyebut, memasuki musim kemarau belakangan ini, grafik anak yang terjangkit ISPA cenderung meningkat.

Cuaca panas yang mengakibatkan kondisi tanah kering dan berdebu dinilai jadi pemicunya.

"Penyebabnya dari tahun ke tahun sama. Paling utama kondisi cuaca."

"Saat ini cuaca tidak menentu. Panas kering, debu banyak. Itu salah satu penyebab ISPA," jelas Syamsul.

Faktor cuaca merupakan penyebab eksternal atau dari luar.

Demikian pula apabila balita tinggal di lingkungan perokok. Asap rokok juga jadi penyebab eksternal pemicu ISPA.

Ada pula penyebab internal atau dari dalam, yakni perilaku hidup yang tidak bersih dan sehat.

"Kemudian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang buruk juga bisa jadi penyebab."

"Misalnya anak balita main di luar, kena debu. Lalu mereka makan tanpa cuci tangan dulu," ungkap dia.

Kondisi imunitas anak juga jadi faktor penentu tingkat keparahan ISPA.

Menurut Syamsul, semua kategori usia bisa terkena ISPA. Namun, pada bayi atau balita, tingkat keparahannya cenderung lebih tinggi.

Sebab, bayi di bawah 5 tahun imunitasnya belum sempurna.

ISPA perlu diwaspadai, terutama jika sudah terkategori pneumonia atau pneumonia berat. Sebab, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.

Sebagaimana telah disebutkan di awal tulisan ini, tahun ini, terhitung hingga Juli, tercatat ada 2.287 balita terjangkit pneumonia dan 9 balita pneumonia berat.

Temuan kasus pneumonia pada Semester pertama 2023 ini (Juni) meningkat sebanyak 5 persen dari temuan pneumonia pada semester pertama 2022.

Pada semester pertama 2022, DKK Pati mencatat ada 1.677 kasus. Sementara, pada semester pertama 2023 (sampai Juni), telah tercatat 1.906 kasus.

"Meski jumlah kasus cenderung meningkat. Alhamdulillah di Pati belum ada kematian akibat pneumonia," ujar Syamsul.

Dia berharap masyarakat tidak menganggap remeh ISPA. Terlebih, penderita ISPA pneumonia berat punya risiko kematian tinggi.

"Apalagi penularannya mudah. Lewat udara masuk ke pernapasan, mirip Covid-19," tutur dia.

Kalau ada satu saja balita meninggal akibat ISPA di suatu daerah, kata Syamsul, akan ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Syamsul menegaskan, pneumonia bisa disembuhkan asal penanganannya tepat. Dalam hal ini, orang tua harus peka melihat gejala pada anak.

"Ketika ada tanda gejala, segera bawa ke faskes (fasilitas kesehatan) terdekat. Bisa puskesmas atau klinik. Agar penanganannya tepat," kata dia.

Ciri-ciri awal ISPA, kata Syamsul, di antaranya batuk, flu, dan demam.

Kalau batuk berlangsung lama, kira-kira 2 minggu tidak kunjung sembuh, anak harus langsung diobati di Puskesmas atau faskes terdekat.

"Kalau sekadar batuk ringan bukan pneumonia, pengobatannya simpel, bisa pakai pereda batuk biasa atau pelega tenggorokan," tutur dia.

Jika anak menunjukkan ciri tambahan, yakni bernapas cepat lebih dari 50 kali per menit (usia kurang dari 12 bulan) atau lebih dari 40 kali per menit (usia 12 sampai 59 bulan), maka orang tua harus lebih waspada. Sebab ini merupakan ciri pneumonia.

"Kalau sudah seperti ini harus segera dibawa ke faskes dan wajib diberi antibiotik," tegas Syamsul.

Adapun jika ada ciri tambahan lagi berupa tarikan dinding dada ke dalam, dada anak melesap ke dalam ketika bernapas, dan juga saturasi oksigen kurang dari 90, hal itu merupakan tanda pneumonia berat.

"Kalau sudah sampai situ langsung dirujuk ke rumah sakit. Pengobatannya sama, diberi antibiotik, tapi kalau parah ditambah oksigen," jelas dia.

Syamsul berharap masyarakat bisa lebih awas terhadap tahapan ciri-ciri ISPA ini.

Untuk mencegah keterlambatan penanganan ISPA, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Puskesmas untuk memberikan sosialisasi terkait ISPA pada masyarakat lewat Posyandu. (mzk)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved