Berita Kudus
Kulitas Udara di Kudus 'Orange', Tak Sehat untuk Kelompok Sensitif, Begini Respon Dinas PKPLH
Status kualitas udara di Kudus orange, artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif. Simak respon Dinas PKPLH Kudus
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS — Indeks Kualitas Udara (IQAir) di Kabupaten Kudus memasuki status oranye, dengan indeks kualitas udara AQI US 101-150 dan polutan utama PM2.5.
Status kualitas udara orange artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Data tersebut diambil dari website IQAir yakni laporan kualitas udara global utama pertama yang berbasis dari pedoman kualitas udara WHO.
IQAir adalah perusahaan teknologi kualitas udara yang berbasis di Swiss.
Indikator Air Quality Index untuk Kabupaten Kudus hari ini didominasi warna oranye.
Artinya, udara di Kudus tergolong tidak sehat bagi kelompok yang sensitif.
Namun juga tidak jarang indeks kualitas udara masuk pada warna kuning atau sedang dengan angka 51-100 dan juga merah dengan angka 151-200 yang menunjukkan udara tidak sehat.
Tingkat kualitas udara berwarna oranye, disebabkan dari adanya polusi udara seperti debu, asap kendaraan, asap industri, asap kebakaran lahan dan sebagainya.
Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus, Abdul Halil, menyatakan kualitas udara di Kudus masih dalam kategori wajar.
"Ini memang musim kemarau, memang seperti ini panas tapi dalam hal kualitas udara masih dalam batas wajar," ucapnya, Sabtu (26/8/2023).
Pada musim kemarau ini, pihaknya juga menyoroti terkait potensi kebakaran hutan dan lahan.
"Potensi kekeringan seperti ini, sedikit saja (bara api) bisa menyebabkan kebakaran (hutan dan lahan)."
"Oleh karena itu saya meminta kepada masyarakat untuk berhati-hati," pintanya.
Terpisah, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kabupaten Kudus, dibentuk Satgas Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tahun 2023 di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Kamis (24/8/2023) lalu.
Pasukan Satgas Penanganan Karhutla tersebut melibatkan personel gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, Satpol PP dan Damkar, BPBD Kab Kudus, Dishub Kudus, Tagana, Dinkes dan BEM, ormas serta Tim Damkar dari sejumlah perusahaan yang ada di Kudus.
Ketua IDI Kudus sebut kasus ISPA meningkat
Musim kemarau panjang, membuat polutan halus terakumulasi dan bertahan lebih lama di udara hingga memunculkan berbagai masalah kesehatan.
Satu diantaranya yakni penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang menyebabkan tenggorokan gatal atau radang, bersin, hidung tersumbat, dan batuk.
"Kalau saya lihat rangenya di rumah sakit, tidak terlalu banyak."
"Karena ISPA pada fase awal ditangani di dokter praktek, klinik, itu biasanya sudah selesai, kecuali yang sesak nafas tidak bisa nafas baru kerumah sakit," ujar Ketua IDI Kabupaten Kudus, dr Ahmad Syaifuddin yang juga Direktur RSI Sunan Kudus, Sabtu (26/8/2023).
Ahmad Syaifuddin mengamini bahwa saat ini, tren penyakit ISPA di Kudus termasuk tinggi.
Namun pada skala yang kecil, dalam artian bisa tertangani oleh klinik-klinik dan dokter praktek ataupun pengobatan mandiri.
"Untuk pasien masalah penyakit ISPA di tingkat dokter praktek yang saya alami ada kenaikan, dari bulan Juli, Agustus."
"Untuk di Rumah Sakit ada tapi tidak banyak karena sudah tertangani di klinik-klinik," ucapnya.
Dia menambahkan bahwa kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kudus, kebanyakan dari debu, kemudian alergi dan infeksi virus dan juga bakteri.
"Utamanya debu-debu karena kualitas udara yang kurang bagus," sambungnya.
Tingkat keberbahayaan penyakit ini, tergolong rendah. Namun sangat mengganggu produktivitas masyarakat.
"Sebenarnya tidak seperti yang dikhawatirkan cepat meninggal."
"Namun efek berkepanjangan dengan sering terinfeksi akan sering sakit-sakitan produktivitas turun dan efek jangka panjang yang kurang baik. Tingkat kematian rendah," jelasnya.
Dia menambahkan, untuk mencegah penyakit ISPA adalah mengenakan masker saat beraktivitas di luar, menjaga kebersihan, dan kurangi aktivitas di tempat yang berpolusi. (rad)
TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Asa, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria |
![]() |
---|
PCNU Kudus Kembalikan Dana Hibah Rp 1,3 Miliar dari Pemkab ke Kejari |
![]() |
---|
Koleksi Melimpah, Museum Situs Purbakala Patiayam Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional |
![]() |
---|
Siswa Belajar dalam Kondisi Cemas, Ruang Kelas di SD Ngembalrejo Kudus Rusak sejak Lama |
![]() |
---|
Mengenal Syekh Abdul Hamid, Ulama Berdarah Kudus Mengisi Belantika Keilmuan Islam di Makkah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.