Berita Kudus

Kulitas Udara di Kudus 'Orange', Tak Sehat untuk Kelompok Sensitif, Begini Respon Dinas PKPLH

Status kualitas udara di Kudus orange, artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif. Simak respon Dinas PKPLH Kudus

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rezanda Akbar D
Kebakaran rumah produksi pengolahan tebu di Desa Kuwukan, Kecamatan Dawe, Kudus, beberapa waktu lalu. Asap kebakaran dan kendaraan turut mempengaruhi kualitas udara di Kudus yang saat ini berstatus orange, atau tak sehat bagi kelompok sensitif. 

Ketua IDI Kudus sebut kasus ISPA meningkat

Musim kemarau panjang, membuat polutan halus terakumulasi dan bertahan lebih lama di udara hingga memunculkan berbagai masalah kesehatan. 

Satu diantaranya yakni penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang menyebabkan tenggorokan gatal atau radang, bersin, hidung tersumbat, dan batuk.

"Kalau saya lihat rangenya di rumah sakit, tidak terlalu banyak."

"Karena ISPA pada fase awal ditangani di dokter praktek, klinik, itu biasanya sudah selesai, kecuali yang sesak nafas tidak bisa nafas baru kerumah sakit," ujar Ketua IDI Kabupaten Kudus, dr Ahmad Syaifuddin yang juga Direktur RSI Sunan Kudus, Sabtu (26/8/2023). 

Ahmad Syaifuddin mengamini bahwa saat ini, tren penyakit ISPA di Kudus termasuk tinggi. 

Namun pada skala yang kecil, dalam artian bisa tertangani oleh klinik-klinik dan dokter praktek ataupun pengobatan mandiri. 

"Untuk pasien masalah penyakit ISPA di tingkat dokter praktek yang saya alami ada kenaikan, dari bulan Juli, Agustus."

"Untuk di Rumah Sakit ada tapi tidak banyak karena sudah tertangani di klinik-klinik," ucapnya. 

Dia menambahkan bahwa kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kudus, kebanyakan dari debu, kemudian alergi dan infeksi virus dan juga bakteri. 

"Utamanya debu-debu karena kualitas udara yang kurang bagus," sambungnya. 

Tingkat keberbahayaan penyakit ini, tergolong rendah. Namun sangat mengganggu produktivitas masyarakat. 

"Sebenarnya tidak seperti yang dikhawatirkan cepat meninggal."

"Namun efek berkepanjangan dengan sering terinfeksi akan sering sakit-sakitan produktivitas turun dan efek jangka panjang yang kurang baik. Tingkat kematian rendah," jelasnya. 

Dia menambahkan, untuk mencegah penyakit ISPA adalah mengenakan masker saat beraktivitas di luar, menjaga kebersihan, dan kurangi aktivitas di tempat yang berpolusi. (rad)

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved