Mahasiswi Undip Meninggal di Gunung Lawu

Subrata Miliki Firasat Ingin Tidur di Kamar Anindita, Mahasiswi Undip yang Meninggal di Gunung Lawu

Suasana duka menyelimuti kediamanan Anindita Syafa Nabila Rizki (21) mahasiswi Teknik Mesin Undip yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Lawu.

Tribunmuria.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas
Suasana rumah duka Anindita Syafa Nabila Rizki (21) mahasiswi Undip yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Lawu 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG- Suasana duka menyelimuti kediamanan Anindita Syafa Nabila Rizki (21) mahasiswi Teknik Mesin Undip yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Lawu.

Anindita dimakamkan di pemakaman Kedongminong Semeru Gajahmungkur Semarang.

Keluarga maupun kolega terus berdatangan melayat ke rumah duka.

Kedua orang tua Anindita terlihat tegar atas kepergian putri bungsunya. 

Ayah Anandita, Subrata menuturkan putrinya izin berangkat mendaki gunung Lawu pada Jumat (23/6/2023) sore.

Putrinya itu telah lama merencanakan  mendaki Gunung Lawu.

"Dia (Anindita) berangkat bersama teman-temannya organisasi pendaki gunung di kampusnya yakni KOMPAS. Dari rumah dianterin ibunya. Kondisinya sehat waktu berangkat sempat cek dokter dulu," ujarnya saat ditemui tribunjateng.com, Senin (26/6/2023).

Baca juga: Mahasiswi Undip Meninggal Saat Mendaki Gunung Lawu, Sempat Tak Sadarkan Diri dan Mulut Berbusa

Baca juga: Mahasiswi Undip yang Meninggal Saat Mendaki Gunung Lawu Punya Riwayat Penyakit Ini

Menurutnya, sebelum kejadian Anindita sempat mengirimkan swa foto ke saudaranya.

Kondisinya masih sehat.

"Katanya baru jalan 100 meter mutah karena memang punya riwayat penyakit asam lambung.Padahal di bawah sudah diperiksa dokter diizinkan mendaki," ujarnya.

Saat mual putrinya ditolong dua warga yang  mengawal pendakian. Anindita diajak turun dan tidur di tenda.

"Katanya sempat ngobrol juga. Dia juga sempat minum obat asam lambung. Orang yang nolong itu lagi masak air. Ternyata di dalam tenda dia sudah kejang," tuturnya.

Dikatakannya, pengawal pendakian turun meminta bantuan warga setempat. Saat dicek ternyata detak nadinya tidak ada.

"Kemudian Anindita digendong turun ke bawah. Jenazah baru dipulangkan pukul 00.15 dan sampai di rumah duka pukul 03.00," imbuhnya.

Dikatakannya, Anindita dikenal orang yang pendiam dan memiliki banyak teman.  Sejak SMA putrinya sudah senang mendaki gunung. Hal itu berlanjut hingga kuliah.

"Awalnya dekat-dekat mendaki gunung," tutur dia.

Ia tidak menduga putrinya begitu cepat berpulang.

Dia memiliki firasat ingin tidur di kamar putrinya sebelum meninggal dunia.

"Karena kalau saya tidur di kamarnya pasti dimarahi. Karena gulingnya pasti saya tekuk. Saat dikafani gulingnya tidak boleh dipindah," tandasnya.

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved