Berita Brebes

Balita Gizi Buruk di Brebes Memprihatinkan, Dada Membesar dan Kepala Luka, Tak Tersentuh Bantuan

Nasib bayi gizi buruk (stunting) di Brebes memprihatinkan. Bayi tengkes usia 3 tahun di Kecamatan Kota itu tak tersentuh bantuan pemerintah.

|
TribunMuria.com/Fajar Bahruddin Achmad
Lina Handayani saat bersama bayinya yang dinyatakan kurang gizi di rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamatkulon RT 05 RW 03, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jumat (26/5/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, TEGAL - Kondisi memprihatinkan dialami oleh Cintya Rizki Azalia, bayi berusia 3 tahun lebih 1 minggu asal Desa Kaligangsawetan RT 02/RW 06, Kecamatan/Kabupaten Brebes

Bayi perempuan mungil itu harus dinyatakan mengalami gizi buruk dan stunting

Badannya kurus kering, kakinya bengkok, bagian dada membesar, kepala alami luka, hanya bisa menangis, dan harus makan menggunakan selang NGT. 

Sesekali terdengar suara tangisnya yang seperti merintih kesakitan. 

Padahal saat lahir, bayi tersebut dalam kondisi normal dengan berat badan 2,7 kilogram.  

Dia mengalami gizi buruk belum lama ini saat berusia 2 tahun lebih 5 bulan, sekira delapan bulan lalu, pada Agustus 2022. 

Mirisnya dengan kondisi yang memprihatinkan itu, belum ada bantuan dan uluran tangan dari pemerintah atau pemerintah daerah. 

Kedua orangtua bayi tersebut bernama Isfandi (49) dan Lina Handayani (37), mereka warga ber-KTP Desa Kaligangsawetan RT 02/RW 06, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes

Pekerjaannya adalah seorang satpam dan ibu rumah tangga.

Saat ini, mereka menempati rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamatkulon RT 05 RW 03, Kecamatan Margadana, Kota Tegal. 

Isfandi mengatakan, kondisi anak keduanya itu saat ini belum bisa berbicara, baru bisa menangis.

Ia ingat betul, saat lahir anaknya normal seperti bayi pada umumnya. 

"Baru bisa nangis. Terus makan juga masih pakai selang NGT, makannya cuma susu khusus gizi buruk tiap 3 jam sekali," kata pria yang akrab disapa Andi, kepada tribunjateng.com, Jumat (26/5/2023).

Andi mengatakan, anaknya dinyatakan mengalami gizi buruk saat berusia 2 tahun lebih 5 bulan. 

Awalnya sakit yang dialami panas, pilek, dan kejang.

Ia membawa anaknya ke RSUD Brebes, oleh dokter ditangani dengan suntikan kejang dan dibawa ke ruang perawatan.

Selama tiga hari perawatan anaknya diberi susu formula, tetapi dampaknya tidak bisa BAB.

"Dari situ dia kalau mau BAB ngeden seperti orang dewasa. Nahan sampai dua hari hingga kehabisan tenaga."

"Kondisinya sempat kolaps hingga akhirnya dilarikan di ruang ICU RSUD Brebes," ujarnya. 

Andi bersyukur, anaknya memperlihatkan perkembangan yang baik setelah dibawa berobat ke RSUD Kardinah, Kota Tegal. 

Dari yang awalnya tidak bisa apa-apa, kini bisa menangis. 

Tetapi masih harus dipasangkan selang NGT. 

Menurut Andi, dokter menyampaikan bahwa anaknya bisa kembali normal lagi seperti sediakala. 

Tetapi harus melakukan perawatan lanjutan untuk menangani bentuk fisik yang mengalami perubahan. 

Seperti kaki yang semula lurus kini bengkok.

"Alhamdulillah ini ada kemajuan. Menurut dokter ada harapan untuk kembali normal," ungkapnya. 

 

Butuh uluran tangan, tak tersentuh bantuan pemerintah

Andi mengatakan, belum ada bantuan dari pemerintah untuk membantu pengobatan anak keduanya yang dinyatakan gizi buruk

Baik itu bantuan dari dinas sosial maupun bantuan khusus untuk anak gizi buruk dan stunting

Untuk pengobatan sendiri, awalnya menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desanya di Kabupaten Brebes

Tetapi kini ia menggunakan BPJS yang dibayarkan menggunakan potongan gajinya sebagai satpam. 

"Dari awal saya berkeluarga saya belum pernah mendapat yang namanya bantuan, PKH atau apapun itu."

"Bahkan sampai dikatakan kategori gizi buruk dan stunting juga tetap tidak ada," ujarnya. 

Andi mengatakan, keluarganya hidup dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. 

Ia bahkan sampai mencari pekerjaan tambahan dengan mengamen untuk menambah pemasukan keuangan. 

Anak pertamanya yang seharusnya duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Wanasari, Kabupaten Brebes, diminta mengundurkan diri oleh pihak sekolah karena menunggak bayar SPP. 

Saat ini fokusnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memberikan susu khusus gizi buruk.

"Saya tugas jadi satpam sif malam, pukul 19.00 WIB- 07.00, 12 jam kerja. Siangnya nanti saya mengamen," ungkapnya. 

Sementara ibu si bayi, Lina Handayani mengatakan, ia hanya ingin anaknya normal kembali seperti dulu. 

Bisa tertawa, bersuara, makan dengan mulut, dan stabil lagi.

"Inginnya saya cuma seperti itu, anak saya tumbuh besar seperti anak-anak yang lain, tumbuh sehat," harapnya. (fba)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved