Berita Haji

BREAKING NEWS: 1 Calon Jemaah Haji Demak Meninggal 5 Jam setelah Tiba di Madinah, Ini Identitasnya

Calon jemaah haji (calhaj) asal Sayung, Demak, Suprapto Tarlim Kerto Wijoyo, meninggal dunia 5 jam setelah tiba di Madinah, karena gagal jantung.

|
Tribunnews/Bahauddin R Baso/ MCH 2019
Ilustrasi jemaah haji sedang melaksanakan ibadah di dekat Kabah atau Masjidil Haram. 

TRIBUNMURIA.COM, BOYOLALI - Satu calon jemaah haji (calhaj) asal Demak meninggal dunia di Tanah Suci, 5 jam setelah tiba di Madinah, Kamis (25/5/2023).

Calhaj asal Demak yang meninggal setelah tiba di Madinah atas nama Suprapto Tarlim Kerto Wijoyo (53), asal Desa Kalisari, Kecamatan Sayung.

Kabar duka kematian calhaj asal Sayung, Demak, atas nama Suprapto Tarlim Kerto Wijoyo, disampaikan oleh Humas PPIH Embarkasi Solo Gentur, Rachma Indriadi.

Baca juga: 1.790 Calhaj Demak Siap Berangkat Haji Tahun Ini, Terbanyak di Jateng, Kemenag: Didominasi Lansia

Baca juga: Tradisi Unik Calhaj Demak, Putari Alun-alun 7 Kali sebelum Berangkat ke Asrama Haji Donohudan

Baca juga: 1.275 Orang Calhaj Kudus akan Berangkat Haji, 65 Persen di Antaranya Kategori Rentan Risiko Tinggi

"Suprapto Tarlim Kerto Wijoyo (53) JCH asal Desa Kalisari, Kecamatan Sayung, Demak, meninggal dunia setelah 5 jam check in di hotel atau pada pukul 02.30 waktu madinah atau 06.30 WIB," kata Rachma.

Rachma Indriadi juga mengungkapkan penyebab meninggalnya calon jemaah haji asal DemakSuprapto Tarlim

"Informasinya, almarhum meninggal karena gagal jantung," ucapnya.

Dituturkan, berdasarkan informasi yang diterima, almarhum meninggal setelah salat subuh dan buang air di kamar mandi.

" Tapi saat ini kami sedang koordinasi dengan bidang terkait. Kita koordinasi keabsahan datanya," jelasnya.

JCH yang gugur di Madinah ini masuk dalam kelompok terbang (Kloter) 3, di rombongan 8 regu 2.

Diterbangkan dari Embarkasi Solo, Rabu (24/5/2023) pukul 12.55 WIB.

"Penyebab meninggal dunia, Heart Failure atau gagal jantung," pungkasnya.

Kuota haji 2023 Demak tertinggi di Jateng

Suasana di sekitar Alun-alun Demak saat rombongan calon jemaah haji (Calhaj) Kloter 7 SOC melakukan tradisi menglilingi Alun-alun Demak sebanyak 7 kali sebelum menuju Asrama Haji Donohudan, Kamis (25/5/2023).
Suasana di sekitar Alun-alun Demak saat rombongan calon jemaah haji (Calhaj) Kloter 7 SOC melakukan tradisi menglilingi Alun-alun Demak sebanyak 7 kali sebelum menuju Asrama Haji Donohudan, Kamis (25/5/2023). (TribunMuria.com/Tito Isna Utama)

Sebelumnya diberitakan, Kabupaten Demak menjadi daerah di Jawa Tengah yang terbanyak yang akan mengirimkan calon jamaah haji untuk berangkat ke tanah suci pada tahun ini.

Mengacu pada data Dari Kemenag Kabupaten Demak, ada 1.790 calon jemaah haji (calhaj) yang siap berangkat pada tahun 2023 ini.

Dari total calhaj yang akan berangkat ke tanah suci tersebut, dididominasi oleh lanjut usia (lansia) dengan umur kisaran 65 tahun ke atas.

Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama (Kasi PHU Kemenag) Demak, Sujati, mengaku optimis semua calhaj dapat semunya berangkat, meski diakuinya banyak yang mengeluh ihwal kabar naiknya ongkos naik haji (ONH) atau biaya haji 2023.

"Banyak pesan yang masuk, dengan biaya yang cukup tinggi, kami khawatir ada yang mundur, ada yang cabut dan lain sebagainya."

"Namun kami tetap optimis mereka akan berangkat semua, karena menunggunya lama," kata Sujati kepada Tribunmuria, Rabu (25/1/2023).

Dengan kenaikan biaya haji 2023 itu, lanjut kata dia, pihaknya terus lakukan sosialisasi kepada calhaj.

"Kami selalu sosialisasi yang penting bisa bayar, besarnya berapa bisa bayar dan siap," ungkapnya.

Ia menyampaikan sampai saat ini, belum ada calon jamaah aja yang mengundurkan karena kenaikan biaya.

"Belum ada yang mundur. Kami sampaikan, ada kenaikan cukup banyak, tapi diimbangi dengan fasilitas cukup baik," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa untuk peserta haji tahun ini, lebih banyak didominasi oleh lansia yang sebelumnya belum bisa berangkat haji, lantaran pembatasan kouta.

Hal itupun senada dengan tema yang akan diangkat pada haji kali ini, yaitu ramah lansia.

"Ada 500 calon jamaah haji sampai 600 jamaah haji yang seharusnya berangkat 2020 kemarin, tapi tertunda karena kouta 47 persen dan usia yang 65 keatas tidak boleh."

"Nah, mereka yang kemarin belum bisa berangkat karena pembatasan kuota dan pembatasan usia, kami upayakan berangkat tahun ini," tutupnya.

65 persen calhaj Kudus kategori risiko tinggi

Terpisah, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus mencatat, sekira 65 persen dari jemaah calon haji dari Kudus yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini masuk dalam kelompok rentan.

Subkoordinator Surveilans dan Imunisasi DKK Kudus, Aniq Fuad mengatakan, berdasarkan data yang diterima dari Kementerian Agama (Kemenag) Kudus, ada sebanyak 1.275 orang yang rencananya berangkat haji tahun ini.

Dari jumlah tersebut, 65 persen calon jemaah haji tergolong dalam kelompok beresiko tinggi, baik berdasarkan faktor usia maupun penyakit.

Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan edukasi kesehatan sebelum keberangkatan.

"Edukasi kesehatan kita lakukan agar sewaktu menjalan ibadah haji di sana, para jemaah itu tidak bermasalah dan bisa mengantisipasi penyakit bawaannya," tutur Aniq, Rabu (24/5/2023).

Edukasi yang diberikan nantinya berupa pembinaan kesehatan kepada calon jemaah haji, yang akan dilakukan dengan menggandeng puskesmas maupun petugas kesehatan dari DKK Kudus.

"Rencananya Juni akan kita mulai, nanti kita kumpulkan per kecamatan untuk edukasi tentang kesehatan terkait tips-tips haji agar tetap sehat dan bugar," paparnya.

Aniq melanjutkan, kelompok beresiko tinggi yang dimaksud tidak hanya sekedar karena faktor usia.

Namun, pihaknya mengungkapkan bahwa tidak sedikit dari kalangan dewasa yang ternyata memiliki penyakit bawaan.

"Sekarang anak muda yang punya penyakit kan banyak."

"Misal usia 30 punya hipertensi, kolesterol, asam urat. Kalau sampai di sana umat kan kasihan, jadi kita antisipasi itu," tandasnya.

Pihaknya berharap, dengan diberikannya edukasi terkait kesehatan nantinya, para calon jemaah haji bisa lebih bijak dalam menjaga kesehatan tubuhnya.

Mereka juga bisa melakukan prosesi ibadah dengan lancar dan nyaman.

"Yang tau dirinya merasa sehat, kuat atau tidak kan dirinya sendiri, jadi setelah kita berikan edukasi kesehatan semoga bisa mewanti-wanti kejadian yang tidak diinginkan, dan di sana bisa beribadah dengan khusyu," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved