Berita Nasional

Tiga Fakta Terkait Peneliti BRIN yang Jadi Tersangka Karena Ancam Warga Muhammadiyah

Bareskrim Polri resmi menahan peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin (APH) terkait ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus ujaran kebencian.

Editor: Muhammad Olies
KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA
Jumpa pers penangkapan peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin oleh Bareskrim Polri di Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/5/2023). 

TRIBUNMURIA.COM - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri resmi menahan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin (APH) terkait ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus ujaran kebencian berdasarkan SARA.

Sebelum ditahan, Andi lebih dulu ditetapkan sebagai tersangka.

Andi harus berurusan dengan polisi terkait kasus ancaman pembunuhan warga Muhammadiyah.

Berikut Tiga Fakta Terkait Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin  

1. Berpendidikan Tinggi

Andi memiliki latar belakang pendidikan tinggi berupa ilmuwan dan berhasil menjadi salah satu pegawai BRIN.

Latar belakang Andi tersebut pun membuat polisi heran dan bertanya-tanya kenapa pria berusia 30 tahun itu bisa melakukan ancaman pembunuhan warga Muhammadiyah.

Kepada polisi, Andi mengaku lelah dan kesal karena debat mengenai beda penetapan Lebaran Idul Fitri 2023 tidak kunjung selesai, sehingga kalimat tak pantas tersebut terlontar dari dirinya.

Meski begitu, Bareskrim Polri menegaskan bahwa apa yang Andi lakukan ini tidak pantas.

"Motivasinya tadi kami sempat tanyakan kepada yang bersangkutan, bahwa selama ini Pak Thomas (peneliti BRIN Thomas Djamaluddin) sering berdiskusi tentang gimana yang fokus dari pada pernyataan ini adalah pada saat penetapan Lebaran," ujar Dirtipidsiber Bareskrim Brigjen Adi Vivid dalam jumpa pers di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (1/5/2023).

Vivid mengaku heran dengan perbuatan Andi, melihat latar belakangnya yang merupakan seorang ilmuwan.

"Terus kenapa Bapak sebagai orang yang memiliki keilmuan yang cukup sehingga sampai terpilih menjadi salah satu pegawai di BRIN, kenapa kok seperti itu?" kata Vivid membeberkan percakapannya dengan Andi.

Meski demikian, Vivid menegaskan bahwa apa yang Andi lakukan ini tidak pantas. Apalagi, kata dia, pengancamannya sampai ke pembunuhan.

Akan tetapi, Vivid melihat mungkin saja Andi bisa khilaf lantaran juga merupakan seorang manusia.

"Ya memang sangat-sangat tidak pantas ya menantang 'saya bunuh satu per satu'. Itu kan sangat-sangat tidak pantas diucapkan seorang yang tadi saya bilang, keilmuannya tinggi," imbuhnya.

Baca juga: BRIN Prediksi Ada Perbedaan Penetapan Idul Fitri 1444 H, Ini Alasannya

2. Mengaku Dalam Kondisi Lelah

Ancaman pembunuhan warga Muhammadiyah yang dilakukan Andi memang tak pantas dilakukan oleh seseorang yang berpendidikan.

Vivid menjelaskan, ketika lelah, Andi emosi.

Walhasil, muncullah kalimat ancaman tersebut di Facebook.

Adapun komentar itu Andi tulis di Facebook pada 21 April 2022 dalam posisi sendirian.

"Kemudian dia emosi, karena ini kok diskusinya enggak selesai-selesai, akhirnya emosi dan terucaplah kalimat atau kata-kata tersebut." 

"Nah, rupanya percakapan ini sudah dilakukan berulang kali, dan di situ ada jawaban, ada tanya ada jawab, ada pendapat. Nah, yang bersangkutan menyatakan pada saat menyampaikan hal itu tercapailah titik lelahnya dia," jelas Vivid.

 

3. Minta Perlindungan Polisi 

Mencuatnya kasus ini rupanya membuat Andi ketakutan.

Ia khawatir warga Muhammadiyah marah.

Menurut Vivid Andi ketakutan ketika ditangkap oleh polisi di Jombang, Jawa Timur. Saat itu, Andi sedang berada di sebuah rumah kos.

Menurut dia, Andi tidak melawan sama sekali ketika diringkus oleh kepolisian.

"Pada saat penangkapan, beliau tidak melakukan perlawanan, yang bersangkutan minta perlindungan. Yang bersangkutan sudah ketakutan," jelasnya.

Vivid mengatakan, Andi takut karena komentarnya di Facebook itu viral dan membangkitkan amarah warga Muhammadiyah.

Maka dari itu, ketika ditangkap, Andi justru meminta perlindungan dari polisi.

"Karena dia tidak sadar bahwa kata-katanya membangkitkan amarah seluruh umat Muhammadiyah," ucap Vivid.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ironi Peneliti BRIN: Berpendidikan Tinggi, tapi Ancam Warga Muhammadiyah karena Beda Lebaran 2023"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved