Berita Jateng

Langganan Banjir, Di Era Hindia Belanda Pun Sudah Ada Megaproyek Penanggulangan Banjir di Semarang

Banjir seolah identik dengan Kota Semarang. Daratan kota, khususnya di pesisir utara Jawa Tengah ini, terbentuk dari endapan aluvial.

Penulis: Budi Susanto | Editor: Moch Anhar
DOKUMENTASI
Bendungan Simongan Kota Semarang, Senin (2/1/2023). Bendungan tersebut merupakan bendungan tertua di Kota Semarang yang digarap oleh pemerintah Hindia-Belanda di abad 19. Bendungan tersebut masuk dalam proyek pengendalian banjir melalui sistem kanalisasi. 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Banjir seolah identik dengan Kota Semarang.

Daratan kota, khususnya di pesisir utara Jawa Tengah ini, terbentuk dari endapan aluvial.

Seiring waktu berjalan, garis pantai ini kian menjorok menjadi daratan yang mampat.

Mega proyek pengendalian banjir pun pernah dikerjakan di masa Hindia Belanda saat itu, khususnya kanalisasi sungai.

Baca juga: Potensi Hujan Lebat Sore Ini, Prakiraan Cuaca Kabupaten Semarang dari BMKG Selasa 3 Januari 2023

Hal tersebut pernah dicatat oleh Van Bemmelen, ahli geologi Belanda yang banyak melakukan survei awal terhadap vulkanisme dan tektonisme di Indonesia di masa kolonial.

Van Bemmelen telah memetakan Kota Semarang dari 1695 hingga 1940.

Dari mapping yang ia lakukan, Kota Semarang mengalami akresi pantai mencapai 12 meter pertahun sejak 1847.

Sedimentasi juga terjadi di sungai-sungai secara masif kala itu.

Penyebabnya, penggundulan hutan di Gunung Ungaran sisi utara.

Kondisi itu mengakibatkan sungai-sungai besar di Kota Semarang seperti Sungai Garang, acapkali meluap.

Untuk mengantisipasi banjir, pemerintah kolonial yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-55 yaitu Johan Wilhelm van Lansberge, mulai mengerjakan proyek kanalisasi pada 1875.

Pada 1879, mega proyek pengendalian banjir di Kota Semarang berupa Banjirkanal Barat (Western-bandjirkanaal) atau Bendungan Simongan rampung. 

Banjirkanal Barat juga terdokumentasi oleh De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-03-1885.

Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-58, Cornelis Pijnacker Hordijk. Banjir Kanal Timur (Ooster-Bandjirkanaal) juga dibangun pada 1889.

Dua kanal tersebut menjadi satu-satunya sistem pengendalian banjir di Jateng pada masa Hindia-Belanda 

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved