Berita Kudus

Kesaksian Anak Kedua Korban, Ibu Dibunuh Anak Kandung: Beliau Tulang Punggung Sejak Kami Kecil

Kasus ibu dibunuh anak kandung di Kudus, membawa luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Anak kedua korban mengungkap kesaksiannya.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rezanda Akbar D
Foto keluarga yang terpasang di rumah duka: kiri ke kanan, baju hitam (suami UK), baju putih berjilbab (UK, korban pembunuhan), baju putih (Anang Budi alias AB), baju abu paling kanan (Muhammad Hoiris Shobah). 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Kasus ibu dibunuh anak kandung di Kudus, membawa luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Terlebiih, korban yang merupakan seorang janda, telah menjadi tulang punggung keluarga bagi kedua anaknya, sejak kematian sang suami belasan tahun lalu.

Anak kedua korban, Muhammad Hoiris Shobah, mengatakan ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia masih kecil.

Baca juga: Janda Tewas dengan Luka Sayat di Kamar, Saksi Sebut Genangan Darah Dikira Tumpahan Kopi

Baca juga: KEJI! Janda di Kudus Dipastikan Tewas Dibunuh Anak Kandungnya, Hanya Gara-gara Makanan

Baca juga: Kasus Anak Bunuh Ibu Kandung di Kudus, Begini Sudut Pandang Piskologi dari Dosen UMK

Sejak saat itu, ibunya yang berinisial UK (52) menjadi tulang punggung bagi keluarga kecil mereka.

UK hidup dengan dua orang anak: Anang Budi --anak pertama sekaligus tersangka pembunuhan terhadap ibunya-- dan Hoiris Shobah, anak keduanya.

Cerita hidup UK terbingkai rapi dalam ingatan Muhammad Hoiris Shobah.

Hoiris tak bisa menyembunyikan kesedihannya, saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/12/2022).

Di mata Hoiris sosok ibunya adalah sosok superhero baginya, terlebih saat ayahnya meninggal dunia.

"Sosok ibu ya orang yang sangat kuat, ibu itu jualan air kadang jualan jajanan."

"Dari kecil memang ibu tulang punggung keluarga waktu itu saya kelas 4 SD, ibu sudah mulai jadi tulang punggung," jelas pria berusia 29 tahun itu.

Dirinya sendiri sempat merasakan shock, ketika mendapatkan panggilan telepon dari tetangganya yang mengabari bahwa ibunya sudah tiada.

"Waktu kejadian itu saya di Krandon, deket Singocandi. Dapat informasi itu jam setengah 9 malam ditelepon tetangga disuruh pulang, katanya ibuku semaput (pingsan)," jelasnya.

Ketika dirinya tiba di rumah, Shobah sempat kaget melihat pemandangan rumahnya yang sudah dipenuhi warga.

"Waktu sampai rumah, di sini sudah penuh warga yang datang melihat. Saya terus dianter untuk melihat ibu saya, tapi saya tidak boleh untuk pegang," ucapnya.

Ibu dan kakak sering cekcok

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved