Berita Jateng
Nongkrong di Warung Kopi Pucuk’e Kendal, Didukung Energi PLTMH Bikin 24 Jam Menyala Terang
Bola-bola lampu di Warung Kopi Pucuk’e Kendal menyala terang 24 jam. Tak pernah padam.
Penulis: Yayan Isro Roziki | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA, KENDAL – Bola-bola lampu di Warung Kopi Pucuk’e Kendal menyala terang 24 jam. Tak pernah padam.
Warung kopi mandiri energi ini, berada di sisi utara kaki Gunung Ungaran, tepatnya di Dusun Gunungsari, Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.
Hanya berjarak ratusan meter dari Curug Lawe Secepit.
Memang, warung kopi ini berada di salah satu ujung Kabupaten Kendal, di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Baca juga: Kasus Anak Bunuh Ibu Kandung di Kudus, Begini Sudut Pandang Piskologi dari Dosen UMK
Dihimpit hutan dan jurang, serta berada di puncak paling atas dari perkampungan setempat.
Karena itu, diberi nama Warung Kopi Pucuk’e Kendal.
Lampu-lampu listrik selalu menyala terang dari pagi hingga malam, mulai akses jalan sepanjang ratusan meter hingga sampai di lokasi Warung Kopi Pucuk’e Kendal.

Kebutuhan listrik selama 24 jam di Warung Kopi Pucuk’e Kendal tak dipasok oleh PLN.
Melainkan, dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohdiro (PLTMH) berkekuatan 3.000 watt, yang didukung oleh Indonesia Power, dengan memanfaatkan sumber daya air setempat yang melimpah.
Baca juga: Porprov Jateng 2023, Kabupaten Jepara Pasang Target Raih 30 Medali Emas
Warung kopi mandiri energi ini mulai berdiri pada tahun 2020, dan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gunungsari Pucuke Kendal. Kini, Warung Kopi Pucuk’e Kendal tak pernah sepi pengunjung.
Dalam satu bulan, omsetnya bisa mencapai lebih dari Rp42 juta. Warung Kopi Pucuk’e Kendal dengan PLTMH Ngeserpbalong menjadi pengungkit ekonomi dan memberikan penghidupan lebih baik untuk warga sekitar.
Bermula dari pandemic Covid-19
Anggota Pokdarwis Gunungsari Pucuke Kendal sekaligus pengelola PLTMH Ngeserpbalong, Ahmad Sarifudin, mengatakan Warung Kopi Pucuk’e Kendal berdiri pada awal 2020, saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia. Kala itu, banyak warga di Gunungsari yang dirumahkan, karena dampak pandemi.
Sementara, anak-anak sekolah dan mahasiswa juga mulai belajar secara dalam jaringan (daring).
“Awalnya, karena pandemi banyak pekerja dirumahkan, anak-anak sekolah dan kuliah juga belajar dari rumah. Kita jadi sering nongkrong bareng di sini, kalau malam gelap-gelapan, karena listrik tak masuk sampai sini,” kata Udin, sapaan akrab Ahmad Sarifudin, saat ditemui di Warung Kopi Pucuk’e Kendal, kemarin.