Gempa Garut
Gempa Garut, Netizen Sebut Getarannya Terasa hingga Magelang dan Wonogiri
Gempa mengguncang Kabupaten Garut, Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49 WIB. Netizen menyebut, getaran gempa terasa hingga wilayah Magelang dan Wonogiri.
TRIBUNMURIA.COM - Gempa mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49 WIB.
Netizen menyebut, getaran gempa terasa hingga wilayah Magelang dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Hal ini diketahui dari netizen yang me-retweet cuitan akun Twitter @Jateng_Twit.
Twitter @Jateng_Twit membagikan informasi dari akun @BMKG mendapat balasan dari sejumlah netizen.
Mereka mengaku, getaran gempa Garut juga dirasakan di berbagai wilayah di Jateng.
Misalnya diungkapkan akun @PujhyArya: Aku di wonogiri ikut kerasa.
Senada diungkapkan akun @salllisa_: Gempanya kerasa ampe magelang.
Sementara, akun @inyourhert yang langsung me-reply cuitan @BMKG juga mengungkapkan hal serupa: magelang krosoo pol.
Tak berpotensi tsunami
Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kiwari, gempa baru saja mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49 WIB.
Getaran gempa Garut dengan kekuatan magnitudo 6,4 terasa hingga wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Nadia, warga Depok, mengaku merasakan guncangan tersebut meski hanya sebentar.
"Terasa gempa waktu lagi duduk,goyang-goyang gitu, tapi sebentar banget," ujar dia.
Linimasa Twitter terbaru menunjukkan kepanikan warganet karena merasakan guncangan akibat gempa tersebut.
Salah satunya, kicauan akun Twitter @kotabekasikeren yang melihat lampu bergoyang saat gempa terjadi.
"Minbek lemes banget pas liat lampu goyang-goyang, pada berasa gempa ga Bekasinians?" bunyi tweet tersebut.
Twitter resmi BMKG juga menginformasikan perihal info gempa Garut.
#Gempa Mag:6.4, 03-Des-22 16:49:41 WIB, Lok:7.51 LS,107.52 BT (52 km BaratDaya KAB-GARUT-JABAR), Kedlmn:118 Km, tdk berpotensi tsunami #BMKG," tulis akun resmi BMKG @infoBMKG.
Gempa Cianjur tidak terlalu besar, tapi begitu merusak, begini penjelasan BMKG
Sebelumnya, gempa mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022) siang.
Gempa Cianjur terhitung tidak terlalu besar dan kuat.
Namun, faktanya daya rusak gempat berkekuatan 5,6 magnitudo tersebut cukup mengerikan, hingga menimbulkan 162 korban tewas, ratusan lainnya luka-luka, serta 13.784 orang mengungsi.
Meski kekuatannya tidak terlalu besar, mengapa gempa Cianjur bisa begitu merusak dan menimbulkan banyak korban jiwa?
Simak berikut penjelasan BMKG.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa bumi yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat, pada sebenarnya tidak terlalu besar.
Namun, gempa bermagnitudo 5,6 itu menimbulkan kerusakan signifikan karena berjenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.
"Karakteristik shallow crustal earthquake sangat dangkal. Jadi memang energinya itu dari pusat yang dipancarkan, yang diradiasikan ke permukaan tanah itu masih kuat," kata Daryono dalam tayangan Kompas TV, Selasa (22/11/2022).
Selain itu, kata Daryono, struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa.
Banyak sekali rumah yang dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa karena menggunakan besi tulangan atau semen standar.
Lokasi permukiman penduduk yang berada di daerah tanah lunak juga menyebabkan resonansi gelombang gempa yang akhirnya mengamplifikasi atau memperbesar dampak getaran gempa.
Belum lagi, di daerah perbukitan atau lereng, rumah-rumah penduduk mengalami kerusakan parah lantaran topografi wilayah tersebut tidak stabil.
"Gempa itu sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tapi bangunan yang tidak standar aman gempa yang kemudian roboh yang menimpa penghuninya itu menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka," ujar Daryono.
Sejarah gempa sesar Cimandiri
Lebih lanjut, Daryono menjelaskan, gempa Cianjur dipicu oleh pergerakan sesar Cimandiri.
Dalam sejarahnya, daerah-daerah di sekitar sesar Cimandiri kerap diguncang gempa, termasuk yang berkekuatan besar.
Beberapa gempa yang dampaknya sangat merusak misalnya terjadi pada tahun 1844, 1879, 1910, dan 1912.
Kemudian, sejak penggunaan seismograf, tercatat pada tahun 1969 terjadi gempa bermagnitudo 5,4 di kawasan tersebut yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan.
Lalu, pada 1982 terjadi gempa bermagnitudo 5,5 dengan 7 korban luka dan banyak rumah rusak.
Kemudian, pada Juli tahun 2000 terjadi gempa bermagnitudo 5,4 dan 5,1 yang mengakibatkan lebih dari 1.900 rumah rusak.
Setelahnya, sempat terjadi beberapa kali gempa besar hingga yang terbaru pada 21 November 2022 yang dampaknya juga sangat merusak.
"Rata-rata gempa yang terjadi di zona ini tidak ada yang melebihi 6,0, semuanya bermagnitudo 5 koma," terang Daryono. (*)