Berita Pati

Prihatin Netizen Indonesia Disebut Paling Tidak Sopan, Madrasah Damai Gelar Pelatihan Media Sosial

Madrasah Damai membangun ruang digital yang lebih ramah untuk menghargai sebuah perbedaan dan mengutamakan nilai kesantunan.

Tribunmuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Pembukaan Pelatihan "Sosial Media sebagai Ruang Dialog" yang digelar Madrasah Damai di Aula Lantai 3 The Safin Hotel Pati, Jumat (1/10/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Belum lama ini, laporan Digital Civility Index yang dirilis Microsoft jadi perbincangan publik dan warganet di Indonesia.

Laporan riset tersebut menunjukkan bahwa warganet atau pengguna internet di Indonesia adalah yang paling tidak sopan di Asia Tenggara.

Hal tersebut menjadi kegelisahan bagi Madrasah Damai, komunitas sekaligus lembaga pelatihan, penelitian, dan pendidikan perdamaian berbasis santri yang berasal dari Waturoyo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati.

Baca juga: Bersiap ANBK di Blora, 122 SD Terima Paket Bantuan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)

Berlatar belakang kegelisahan tersebut, Madrasah Damai menggelar Pelatihan "Sosial Media sebagai Ruang Dialog" di Aula Lantai 3 The Safin Hotel Pati.

Pelatihan tersebut berlangsung selama tiga hari, Jumat-Minggu 14-16 Oktober 2022.

Pendiri Madrasah Damai, Kamilia Hamidah, berharap pelatihan ini mampu membentuk komunitas yang bisa membangun ruang digital yang lebih ramah.

"Kemarin sempat viral, warganet Indonesia disebut sangat tidak sopan, tidak ramah, di media sosial. Itu menjadi kegelisahan kami. Selain itu, kegelisahan lain kami adalah bagaimana komunitas pesantren itu sulit untuk bisa mendominasi ruang publik dengan pesan-pesan yang edukatif," kata Kamilia saat diwawancarai awak media, Jumat (14/10/2022).

Dia berharap, nilai-nilai dan budaya pesantren bisa ditransformasikan ke ruang digital, khususnya mengenai nilai kesantunan dan menghargai perbedaan.

"Yang dipromosikan adalah bagaimana mengedukasi dan membangun relasi yang baik. Agree to disagree. Sepakat untuk berbeda," ujarnya.

"Artinya tentang menghargai perbedaan. Bagaimana kita menyikapi media sosial sebagai pasar opini yang sangat beragam. Bahwa kalau berbeda, ya sudah kita hargai itu," ucap dia.

Baca juga: Pusara KH Samanhudi Tidak di Makam Pahlawan, Permintaan Keluarga Biar Bebas Berziarah Tanpa Prosedur

Kamilia berharap, melalui pelatihan ini, kalangan muda dapat menciptakan konten-konten edukatif yang tidak membangun kebencian atau hasutan dan keresahan di masyarakat.

"Itu tujuan utamanya. (Dalam pelatihan ini) kami juga menyampaikan bagaimana cara menganalisa narasi (negatif di media sosial) dan mengolahnya untuk membangun narasi yang positif (konter narasi/narasi alternatif)," papar Kamilia.

Narasi positif tersebut disampaikan melalui konten medsos yang beragam, mulai dari teks, infografis, hingga vlog.

"Termasuk teman-teman juga kami ajak untuk mempelajari bagaimana mendesain skrip yang baik, membuat konten yang baik," ujar dia.

Interaksi antarpengguna media sosial juga tak luput dari perhatian Madrasah Damai.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved