Berita Jateng
1 Rumah Roboh dan Ratusan Lainnya Rusak Diterjang Puting Beliung, BPBD Cilacap: Total 143 Rumah
1 rumah roboh dan 142 rumah lainnya di Cilacap rusak setelah diterjang angin puting beliung pada Minggu dan Senin (9-10/10/2022).
Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, CILACAP - Ratusan rumah di Kabupaten Cilacap rusak diterjang angin puting beliung.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, sedikitnya 143 warga rusak, setelah diterjang puting beliung atau angin kencang, pada Minggu (9/10/2022) dan Senin (10/10/2022) kemarin.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Widjonardi, menyebut 143 rumah rusak tersebut tersebar di 11 desa di 5 kecamatan di Kabupaten Cilacap.
Kelima kecamatan itu, sambung Widjonardi, berada di wilayah Cilacap bagian barat, yakni Kecamatan Bantarsari, Kedungreja, Sidareja, Gandrungmangu dan Patimuan.
"Untuk bencana angin kencang sendiri terjadi secara bergantian selama dua hari yaitu pada hari Minggu dan Senin kemarin," kata Widjonardi, Rabu (12/10/2022).
Widjonardi menyebutkan bahwa sebagian besar kerusakan rumah warga masuk dalam kategori rusak ringan.
Namun sebuah rumah dilaporkan roboh akibat diterjang angin kencang yakni di Desa Rejamulya, Kecamatan Kedungreja.
Adapun rincian rumah rusak yaitu ada 108 unit rumah rusak ringan, 26 unit rumah rusak sedang, 8 unit rumah rusak berat dan satu unit rumah roboh.
"Kerusakan terparah ada di Kedungreja, berdasarkan data yang kami peroleh ada 5 desa yang terdampak."
"Jumlah rumah yang rusak ada 84 dengan kondisi 1 rumah roboh dan 5 rusak berat," jelasnya.
Selain merusak ratusan rumah, angin kencang juga merobohkan pepohonan.
Beberapa rumah nampak rusak setelah tertimpa pohon.
Bahkan pohon yang roboh juga sempat menutupi jalan.
Wijonardi mengungkapkan bahwa bencana tersebut mengakibatkan kerugian material yang mencapai Rp280.950.000.
"Alhamdulillah untuk korban jiwa sama sekali tidak ada, hanya saja kerugian material akibat kerusakan rumah mencapai Rp 280 juta," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa perbaikan untuk 108 rumah yang masuk dalam kategori rusak ringan sudah selesai diperbaiki.
Perbaikan dilakukan oleh para pemilik rumah beserta warga yang juga dibantu oleh aparat setempat.
Sementara itu kata Widjonardi untuk rumah yang kondisinya rusak dan roboh belum tersentuh, pasalnya masih membutuhkan logistik berupa bahan bangunan.
BPBD Cilacap sendiri sudah melakukan pengecekan dan assesmen di lokasi.
"Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, siaga, dan waspada apabila nantinya terjadi hujan yang disertai angin kencang," imbaunya.
Pengungsi bencana banjir di Cilacap pulang
Terpisah, warga di Cilacap yang sebelumnya mengungsi karena terdampak bencana banjir, sudah pulang ke rumah masing-masing.
Sebab, banjir yang menggenangi 15 kecamatan di Kabupaten Cilacap, berangsur surut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap melaporkan, pengungsi sudah mulai pulang dan membersihan tempat tinggal.
Meski demikian, kewaspadaan mutlak diperlukan, mengingat cuaca ekstrem masih akan berlangsung beberapa hari ke depan.
Analis Kebencanaan BPBD Cilacap Gatot Arief Widodo mengatakan, ada 42 desa di 15 kecamatan yang terdampak banjir.
Mereka yang terdampak dan mengungsi kini sudah mulai pulang ke rumah masing-masing.
"Secara umum, sudah kembali ke rumah masing-masing sudah kembali pulang dan membersihkan rumah," ujarnya, melalui sambungan telepon, Selasa (11/10/2022) siang.
Ia mengatakan, pengungsi paling banyak terdapat di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten dengan 2.500 pengungsi.
Di Kecamatan Sidareja, ada 72 jiwa yang mengungsi ke Koramil Sidareja.
Selain itu adapula pengungsian di Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Kroya.
Selain banjir, bencana longsor juga menimpa warga di Kecamatan Kesugihan di Desa Ciwuni.
Gatot menyebut, akibat kejadian tersebut warga harus mengungsi ke rumah famili, karena kerusakan yang cukup parah.
Namun demikian, longsor telah ditangani secara gotong royong oleh masyarakat dan unsur pemerintah terkait.
"Saat ini yang dibutuhkan oleh warga terdampak banjir adalah sarana kesehatan lingkungan (Sarkesling) seperti sapu, pel dan disinfektan, khususnya di Desa Kalijeruk karena terendam cukup lama perlu pembersihan, juga memerlukan sabun cuci," ujarnya.
Terkait kerugian materil, ia menyebut belum bisa merinci. Mengingat, penghitungan kerugian bisa dilakukan ketika perincian dilakukan sampai pasca bencana.
Tetap siaga
Meskipun kondisi hujan berkurang dan banjir sudah mulai surut, Gatot menyebut warga masih perlu siaga.
Mengingat, prediksi BMKG cuaca ekstrem yang melanda Pulau Jawa masih akan berlangsung hingga 15 Oktober 2022.
Oleh karena itu, ia juga meminta dinas terkait ikut menyiagakan personel termasuk alat berat.
Hal ini mutlak, mengingat penanganan bencana tidak bisa dilakukan oleh satu instansi semata.
"Kepala BMKG Dwikorita menyampaikan pentingnya percepatan penyampaian informasi ke masyarakat."
"Oleh karena itu, kita gunakan WAG (WA Grup) untuk menyampaikan informasi ke masyarakat, terkait peringatan dini, peringatan cuaca ekstrem hujan lebat kita sampaikan satu jam sebelumnya," bebernya.
Gatot menambahkan warga diminta ikut melakukan asessment mandiri terhadap kondisi cuaca.
"Untuk warga secara umum disampaikan untuk pengamanan diri dan keluarga, cermati informasi cuaca, apabila terjadi hujan ekstrem bisa kembali tempat evakuasi yang telah ditentukan desa secara mandiri," pungkas Gatot. (pnk)