Berita Kudus

Tradisi Unik Rebo Wekasan di Jepang, Ribuan Warga Kudus Kirab Air Salamun dan Arak 34 Gunungan

Masyarakat Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus kembali menggelar kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur

Penulis: Saiful MaSum | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Saiful Masum
Masyarakat Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mengikuti kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur, Selasa (20/9/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Masyarakat di Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus kembali menggelar kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur, Selasa (20/9/2022).

Kirba Air Salamaun dan arak-arakan gunungan merupakan tradisi tahunan warga Jepang, Kudus, yang sempat terhenti karena dampak pandemi Covid-19.

Setelah sempat vakum, warga kembali menggelar tradisi Rebo Wekasan. 1.300-an masyarakat di Jepang, mengikuti kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan, yang disertai dengan iring-ringan 34 gunungan.

Masyarakat Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mengikuti kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur, Selasa (20/9/2022).
Masyarakat Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mengikuti kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur, Selasa (20/9/2022). (TribunMuria.com/Saiful Masum)

Tradisi kirab Air Salamun diperingati warga Jepang setiap menjelang habisnya bulan Safar, atau malam Rabu terakhir di penghujung bulan Sapar --dalam penanggalan Jawa.

Koordinator kirab budaya, Ti'an Suwandi, mengatakan kirab budaya menempuh rute kurang lebih 2 kilometer dan finish di halaman Masjid Wali Al Ma'mur.

Pesertanya terdiri dari semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. 

Setelah finish di halaman masjid, lanjut dia, gunungan yang dibawa masing-masing kelompok dikumpulkan dalam satu tempat, kemudian dilanjutkan tradisi berdoa yang dipimpin oleh tokoh kiyai sekitar. 

Setelah dilakukan doa bersama, pihak penyelenggara mempersilakan masyarakat untuk mengambil isian gunungan untuk dikonsumsi bersama keluarga.

Misalnya sayuran, aneka buah-buahan, jajanan pasar, hingga makanan tradisional. 

"Setelah didoakan, isian gunungan langsung bisa diambil warga sebagai upaya ngalap berkah," ujarnya 

Dia menambahkan, tradisi budaya dilanjutkan dengan ritual Salamun pada malam harinya.

Pihak takmir masjid menyiapkan ribuan kemasan air dan membagikannya kepada masyarakat. 

"Air salamun ini diharapkan bisa jadi usaha mencegah dari segala bala penyakit."

"Karena sebelumnya dilakukan khataman Al Qur'an dan doa bersama," tuturnya. 

Nadzir Masjid Wali Al Ma'mur, Muhammad Ridwan (70) mengatakan, tradisi ini sudah ada dan diperingati selama puluhan tahun.

Dia meyebut, pada awalnya hanya diperingati sederhana dengan berdoa bersama dan membagikan Air Salamun.

Yaitu air yang diambil dari sumur peninggalan wali di lokasi masjid.

Siapakan 10.000 kemasan Air Salamun

Muhammad Ridwan menerangkan, pihak takmir masjid menambahkan kirab budaya (karnaval) yang dimulai sejak 2009, tanpa meninggalkan tradisi utamanya.

"Tahun ini kami siapkan kurang lebih 10 ribu kemasan Air Salamun ukuran 5 literan, untuk dibagikan kepada masyarakat," ujarnya.

Dia menjelaskan, prosesi pembagian air Salamun dimulai selepas waktu Maghrib sampai tengah malam di lokasi masjid.

Biasanya, masyarakat Jepang dan sekitarnya berbondong-bondong mengambil air yang sudah disiapkan untuk dibawa pulang. 

"Air ini istimewa, dan dipercaya bisa menyehatkan dan membawa berkah, karena sebelumnya dilakukan prosesi khataman Al Qur'an dan doa-doa bersama," tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved