Berita Jateng
Anisa, Petani Kopeng Kab Semarang Sedih Harga Tomat Hasil Taninya Cuma Dihargai Rp 1.500/Kg
Harga tomat di sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terpantau mengalami penurunan harga secara drastis.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Moch Anhar
TRIBUNJATENG.COM, KABUPATEN SEMARANG - Harga tomat di sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terpantau mengalami penurunan harga secara drastis.
Berdasarkan penelusuran TribunMuria.com di tingkat petani wilayah Desa Kopeng, Kecamatan Getasan dan Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan pada Senin (19/9/2022) rata-rata harga tomat hasil panen mereka saat ini berkisar antara Rp 1.000 sampai Rp 1.500 per kilogram.
Seorang petani di Desa Kopeng, Anisa Putri (32) mengatakan bahwa penurunan harga yang signifikan itu sudah terjadi sejak awal Agustus 2022 dan masih berlangsung hingga sekarang.
Bahkan, harga tomatnya juga pernah ditawar seharga Rp 500 per kilogram.
Baca juga: Tinjau Proyek Jembatan di Wonosoco, Bupati Hartopo: Pembangunan Jangan Hambat Irigasi Petani
Baca juga: Novelis-Penyair asal Kudus Reyhan M Abdurrohman Tutup Usia, Sang Ahli Puasa Berpulang Memeluk Puisi
“Dulunya Rp 10 ribu, terus mulai Bulan Sura (Muharram) turun terus, Rp 5 ribu, terus pernah dibeli tengkulak Rp 500 dan sekarang Rp 1.500.
Ya, kecewa, sedih, tapi mau bagaimana lagi.
Jadi rasanya seperti kerja bakti saja karena merugi,” ujarnya kepada TribunMuria.com.
Ia yang memiliki lahan seluas setengah hektare tersebut terpaksa mencari penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Anisa menerangkan, modal yang harus ia dan suaminya keluarkan untuk menanam tomat yaitu total sebanyak Rp 2,4 juta.
“Jadi saya beli 2.000 benih, per benihnya Rp 200.
Kemudian untuk pupuknya dan perawatan biayanya sekitar Rp 2 juta,” ujarnya.
Anisa mengungkapkan, dirinya dapat mendapatkan keuntungan dari tomat yang ia panen setidaknya atau minimal seharga Rp 5 ribu per kilogram.
Menurutnya, turunnya harga itu dikarenakan dirinya bersama petani-petani lain tengah beramai-ramai menanam dan memanen tomat secara bersamaan hingga menyebabkan kelebihan pasokan.
“Karena cuaca yang panas saat kemarau, jadi semua menanam tomat. Padahal yang nyari tomat juga sedikit dan tidak nambah,” ujarnya.
Sementara itu, Anthony Cahyono (43), petani di Desa Sidomukti mengungkapkan, harga tomat hasil panennya justru lebih rendah lagi.