Berita Nasional
Muslihat Ponpes Gontor Tutupi Kematian Santri Dianiaya, Bohongi Keluarga Korban Pakai Surat Dokter
Muslihat Ponpes Gontor tutupi kematian santri AM yang tewas karena dianiaya sesama santri: membuat surat keterangan bahwa AM meninggal karena sakit.
TRIBUNMURIA.COM, PONOROGO - Muslihat Pondok Pesantren atau Ponpes Gontor di Ponorogo tutupi kematian santri, dengan menggunakan surat keterangan dokter.
Diketahui, seorang santri Ponpes Modern Darussalam Gontor 1 di Ponorogo, berinisial AM, meninggal dunia setelah dianianya oleh sesama santri.
Kepada keluarga korban, pihak Ponpes Gontor berupaya tutupi kematian santri dengan menyatakan santri AM meninggal dunia karena sakit, berdasarkan surat keterangan dokter yang dibuat Rumah Sakit (RS) Yasfin Darusalam Gontor.
Lantaran itu, keluarga AM, santri asal Palembang, Sumatera Selatan, merasa Ponpes Gontor menutupi penyebab kematian AM.
Saat jenazah AM tiba di Palembang pada 23 Agustus 2022, keluarga mendapatkan surat keterangan kematian AM dari Rumah Sakit (RS) Yasfin Darusalam Gontor yang menyatakan bahwa AM meninggal akibat sakit.
Dalam surat yang diterbitkan pada hari kematian AM itu, tertulis nama dokter bernama Mukhlas Hamidy yang menyatakan korban meninggal karena penyakit tidak menular.
Adapun surat kematian tersebut diberikan langsung oleh seseorang yang mengaku sebagai perwakilan dari Gontor saat penyerahan jenazah.
Tak percaya, keluarga santri buka peti jenazah korban

Titis Rachmawati, kuasa hukum keluarga korban, mengatakan, Soimah, ibu AM, yang tidak percaya dengan meninggalnya AM karena sakit, memaksa untuk membuka peti jenazah.
Saat dibuka, kondisi jenazah tidak seperti orang sakit, banyak ditemukan luka lebam dari kepala sampai dada hingga mengeluarkan darah.
"Setelah didesak, pihak Gontor mengakui bahwa AM ini meninggal karena dianiaya, bukan sakit seperti yang terulis dalam surat itu," kata Titis saat saat memberikan keterangan pers, di Palembang, Selasa (6/9/2022).
"Yang disesalkan adalah ada hal yang tidak konsisten ketika awal mengatakan anaknya meninggal karena sakit."
"Ketika keluarga memaksa membuka jenazah melihat kondisi, ternyata dianiaya. Jadi terkesan ditutupi," ujarnya.
Perjuangan keluarga tuntut keadilan, ngadu ke Hotman Paris
Dilansir kompas.com, Soimah tak percaya bahwa putra sulungnya, AM, yang menempuh pendidikan Kelas 5i (setara SMA) di Pondok Modern Darussalam Gontor 1, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, diantarkan pulang dalam keadaan meninggal tak wajar.