Berita Jateng
Resto Digusur, Bangunan Baru Tak Kunjung Jadi, Investor Lokal Merasa Disia-siakan di KIT Batang
Manajemen KIT Batang atau KITB dinilai tidak profesional karena menyia-nyiakan investor lokal. Hal ini dialami oleh Juhara Suleman
Penulis: Dina Indriani | Editor: Yayan Isro Roziki
"Perjanjian kesepakatan relokasi sudah ada berita acaranya, hasil rapat terakhir dibuatkan bangunan baru yg sepadan mulai 10 Februari 2022, sehingga selesai di 10 Mei 2022."
"Tetapi karena ada libur puasa dan Idulfitri kami toleransi sampe akhir Mei bisa serah terima bangunan baru."
"Namun kenyataanya sampai sekarang belum ada progres yang signifikan, dan sekarang terkesan mangkrak, tidak ada aktivitas proyek pembangunan resto," terangnya.
Ia yang juga sebagai Ketua Koperasi Bhakti Makmur Jaya itu juga menanggapi pernyataan manajemen KITB.
Baginya, alasan KITB bahwa ada force majeur yang membuat harga bahan bangunan naik hingga membhat proses relokasi terhenti, tidak masuk akal.
Menurutnya, force majeur itu berlaku jika ada bencana alam dan kejadian besar lainnya.
Dalam kesepakatan pun tidak ada istilah force majeure, baginya pihak KITB seharusnya menepati kesepakatan, membangunkan kembali restorannya yang dirobohkan dalam jangka tiga bulan.
Ia kembali mempertanyakan komitmen terhadap investasinya yang bernilai miliaran rupiah.
"Kita ini riil saja, berbisnis di situ ya tentunya ingin mendapatkan profit, saat itu ada penawaran relokasi awalnya saya ingin sampai bangunan baru itu jadi, izinkan saya operasional, tapi dari pihak manajemen tidak mengizinkan."
"Saya manut aja dan saya tidak menyangka kebonafitan mereka seperti ini ternyata," tuturnya.
Sangsikan keprofesionalan manajemen KITB
Juhara pun mempertanyakan profesionalitas manajemen PT KIT Batang terhadap para investor lokal maupun luar negeri.
"Saya tidak menyangka kalau mereka seperti ini, kalau permasalahan ini tidak ada penyelesaian, saya akan berbicara di jalanan," imbuhnya.
Ia pun berharap ada solusi yang terbaik bagi pihaknya dan bagi pihak PT KIT Batang, agar nantinya tidak menjadi preseden buruk.
"Saya inginnya win win solution, bilangnya terbuka untuk investasi, tapi investor lokal justru disia-siakan," tandasnya.