Berita Jateng
Maraknya Badut Jalanan Dikeluhkan Pebadut Profesional Semarang: Mereka Tampil Tanpa Ilmu Perbadutan
Fenomena munculnya badut jalanan yang marak di lampu merah dikeluhkan pebadut profesional Semarang. Badut jalanan dinilai tampik tanpa ilmu perbadutan
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
"Baru minggu kemarin kami operasi gabungan saat malam hari tapi tidak ada yang ketangkap, kami hanya menemukan kostum badut di taman yang ditinggal kabur," katanya kepada Tribunjateng.com.
Ia menjelaskan, sewaktu operasi gabungan bersama Satpol PP tersebut setiap badut maupun PGOT akan dilakukan penangkapan.
"Kami lakukan pembinaan, jadwalkan waktu bisa sehari satu malam atau 12 jam baru dilepas."
"Syarat bisa dilepas harus membuat surat pernyataan tidak mengulangi lagi sekaligus pendataan," ungkapnya.
Misal para badut berasal dari luar Kota Semarang harus mengambil surat keterangan dari dinas sosial kota asal.
Namun rata-rata mereka berasal keluar kota Semarang, kebanyak dari Purwodadi dan Kendal.
"Efek jera harus ada, kami bina biar tidak mengulangi lagi dengan sanski berupa surat pernyataan lalu kami kembalikan ke kota asal," katanya.
Ia mengaku, belum pernah menemukan bukti bahwa badut jalanan teroganisir.
Hanya saja ada informasi terdapat tempat kos-kosan khusus badut jalanan yang dijadikan tempat berkumpul di Kota Semarang.
"Tapi bukan ranah kami untuk mendatangi lokasi tersebut, harus ada aksi di jalan dulu baru bisa kami lakukan penertiban," tandasnya.(Iwn)